EDITORIAL Pro:aktif Online, Edisi Desember 2014

Salam inspiratif dan transformatif!

Di penghujung tahun 2014 ini, Pro:aktif Online hadir dengan mengusung tema “Peran Ibu Masa Kini.”
Istilah ibu kerap diasosiasikan pada peran wanita dalam ranah domestik, yaitu rumah tangga. Ibu, sebagai pengurus rumah tangga, sekaligus berperan sebagai istri suaminya dan melahirkan serta membesarkan anak-anak. Namun, peran ibu terus mengalami perubahan seiring perkembangan jaman. Kini semakin banyak ibu berkarya di luar rumah, sekaligus mengasuh dan membesarkan anak-anaknya. Potret kehidupan ibu masa kini, menjadi pembahasan dalam edisi Desember Pro:aktif Online, terkait dengan peringatan hari Ibu, tanggal 22 Desember 2014.
Kesempatan bagi perempuan Indonesia masa kini untuk mendapatkan hak-hak mereka tidak terlepas dari perjuangan para Srikandi Indonesia pada masa lampau. Keberanian dan kegigihan para pejuang perempuan ini untuk mengangkat harkat perempuan dan memperjuangkan kemerdekaannya membuahkan hasil yang tidak sedikit. Tetapi perjuangan mereka belumlah selesai. Sampai hari ini perjuangan itu masih dilanjutkan oleh para Srikandi Indonesia modern, meskipun dalam bentuk dan situasi yang berbeda. Sosok para tokoh pejuang wanita sebelum dan sesudah kemerdekaan, dan pergerakan-pergerakan mereka akan diulas oleh Melly Amalia dalam rubrik Profil.

[PROFIL] Srikandi Nusantara : Perjuangan yang Tak Pernah Padam


Dari masa perjuangan sebelum Proklamasi sampai mencapai kondisi seperti sekarang, Indonesia tidak akan bisa besar tanpa adanya uluran tangan para Srikandi Nusantara. Dengan gigih mereka berjuang, mengajak menggali harapan dan membangun perubahan demi kemajuan bangsa Indonesia. Tanpa pamrih, tanpa lelah, tanpa tanda jasa mereka terus berjuang dalam segala kondisi.Di masa sebelum proklamasi banyak tokoh-tokoh perempuan yang berjuang melawan penjajah. Lalu perlahan di masa orde lama peranan perempuan mulai dihargai dan mereka memperjuangkan hak-haknya untuk memperoleh pendidikan walaupun masih sangat terbatas. Kemudian di masa orde baru, mulai muncul kesetaraan bahwa perempuan punya hak untuk mengeluarkan pendapat dan pemikirannya. Di masa reformasi peranan perempuan  semakin dihargai dalam banyak hal. Perempuan juga bisa memegang jabatan atau posisi tertentu, punya banyak kesempatan dalam hal pendidikan, berpendapat, pemikiran bahkan berkarya.  Bentuk gerakan perubahan yang dilakukan oleh kaum perempuan ini setiap masa berbeda, ada yang melakukannya secara individu atau dalam satu wadah komunitas/organisasi.

Disini kita akan mengulas lebih dalam bagaimana para Srikandi Nusantara ini memulai gerakannya, apa yang melatarbelakangi perjuangannya, bagaimana cara mereka melakukan perjuangan dan perubahan apa saja yang telah mereka kontribusikan dari masa ke masa.

[PIKIR] Tantangan dan Peran Ibu Masa Kini



http://www.ajcebeats.com/maa/
Kita hidup di jaman modern. Modernitas sering dimaknai sebagai kemajuan dalam tatanan masyarakat saat ini. Masyarakat kita pun disebut masyarakat modern. Masyarakat seperti ini diidentikkan dengan masyarakat yang menguasai teknologi, memiliki gaya hidup yang serba cepat dan praktis, dengan tingginya tuntutan pemenuhan kebutuhan untuk menjawab modernitas itu. Semua ini membawa perubahan dan dampak dalam wajah keluarga jaman ini. Khususnya, peran ibu dan budaya pengasuhan serta pendidikan dalam keluarga.


Tantangan modernitas bagi ibu

Dulu ibu dikenal sebagai pelaku utama pekerjaan domestik atau wilayah kerumahtanggaan. Kini ia tidak lagi menjadi satu-satunya ruang yang ditempati ibu untuk keluarganya. Banyak pihak kini dapat mengambil peran domestik ini, misalnya ayah, anggota keluarga yang lain, atau bahkan asisten rumah tangga. Sebaliknya, juga makin banyak ibu mengambil pekerjaan ‘non-domestik’ – artinya pekerjaan di luar wilayah kerumahtanggaan, baik untuk mencari uang ataupun motif non-finansial (misalnya kerja sosial). Pekerjaan non-domestik ini bisa dikerjakan secara fisik di luar rumah, ataupun secara fisik tetap di dalam rumah.

[MASALAH KITA] Konflik Peran Ganda Ibu Aktivis

Oleh: Anastasia Levianti

Ibu aktivis menjalankan setidaknya dua peran, yakni peran domestik sebagai ibu dari anak-anaknya ataupun istri, dan peran sosial sebagai agen perubahan di masyarakat. Di samping idealisme yang intensif, kedua peran ini menuntut pemberian waktu, pikiran, perhatian, dan tindakan dari ibu. Ada kalanya, kedua peran menuntut pemberian yang sama banyaknya pada saat bersamaan, sehingga ibu mengalami konflik.
Saat menghadapi situasi konflik, ibu dihadapkan pada setidaknya 3 pilihan, yakni : (1) mendahulukan peran domestiknya, (2) mengutamakan peran sosialnya, atau (3) mencari cara untuk memadukan keduanya. Yang paling sering terjadi adalah ibu mengedepankan salah satu peran dan mengebelakangkan peran yang lain. Sebagai akibatnya, ibu merasa bersalah karena salah satu peran tidak ia jalankan secara optimal.

[OPINI] Merenungkan Peran dan Beban Ganda Perempuan

Oleh: Theresia Sri Endras Iswarini

http://mariapandu.files.wordpress.com/2011/02/peranganda200410-1.jpg
 Hari ini keponakan saya lahir.  Semua bahagia. Sebagaimana biasa, lahirnya anggota keluarga baru membawa aura kegembiraan tersendiri meski tugas dan tanggungjawab orangtua bertambah. Bangun tengah malam, mengganti popok jika pipis, memberi minum jika haus atau sekedar menidurkannya jika tiba-tiba si kecil bangun. Semua dilakukan dengan kesadaran bahwa ini adalah sebuah tanggungjawab atas apa yang telah dipilih. Menjadi orangtua. Tentu saja tugas menjadi orangtua tidak hanya tugas ibu melainkan juga sang ayah. Itu sebabnya jauh hari saya sudah mengatakan pada adik saya untuk berbagi tugas domestik karena sulit bagi sang ibu untuk melakukannya sendiri karena pada saat yang sama dia juga harus mendapatkan istirahat yang cukup mengingat tugas reproduksi yang tidak mudah. Sang ibu harus menyusui dan demi mendapatkan susu yang sehat dan berlimpah maka sang ibu harus mendapatkan istirahat yang cukup, relaks dan gizi yang cukup. 

[TIPS] Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga

Kenaikan harga bahan bakar minyak beberapa waktu ini membuat harga-harga semakin melambung. Hampir semua orang merasakan akibat dari kenaikan harga-harga itu. Para ibu rumah tangga berteriak, “Bagaimana kami bisa membeli bahan-bahan makanan yang semakin mahal?” Bapak-bapak mengeluh karena beban mereka semakin berat oleh kenaikan biaya hidup. Banyak anak yang terpaksa berhenti bersekolah karena keuangan orang tua mereka hanya cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Penambahan penghasilan yang tidak signifikan terhadap kenaikan harga membuat persoalan keluarga semakin bertambah rumit.
Sebagian orang berusaha untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar agar kebutuhan mereka bisa tercukupi. Mereka mencari pekerjaan tambahan atau membuat usaha bisnis untuk menaikkan pendapatan. Ada kalanya usaha mereka berhasil, tapi tidak sedikit pula yang gagal. Ketika usaha-usaha untuk memperbaiki situasi tersebut tidak berhasil, banyak orang yang marah dan mengutuk keadaan. Tidak sedikit keluarga yang cekcok dan pecah karena persoalan keuangan rumah tangga yang berlarut-larut. Bahkan ada orang-orang yang stres dan depresi karena tidak bisa mengatasi masalah keuangannya.

[MEDIA] Internet – Media Belajar Masa Kini


Mau coba resep baru, lihat internet. Mau tahu tips hidup sehat, lihat internet. Mau tahu cara bercocok tanam di lahan sempit, lihat internet. Mau cari barang yang berkualitas harga terjangkau, lihat internet. Mau tahu apa yang dilakukan kaum muda di belahan dunia yang lain, lihat internet. Mau tahu organisasi-organisasi mana yang bergerak di bidang apa, lihat internet. Mau tahu apa yang terjadi dengan kawan lama kita, cari informasinya di internet.

Dalam tahun-tahun terakhir, penggunaan internet makin populer di kalangan masyarakat. Berbeda dengan pada awal penerapannya yang terbatas pada fasilitas email, penggunaan internet di masa kini jauh lebih luas. Internet menjadi media yang sangat efektif untuk penelusuran informasi. Kita dapat berbagi dan mendapatkan informasi yang kita butuhkan dengan mudah, dalam waktu singkat dan biaya yang relatif murah.

www.google.co.id

Jika dapat memanfaatkannya, internet juga dapat menjadi media belajar yang luar biasa efektif. Pada dasarnya belajar adalah proses mengakses informasi dan memasukkannya dalam otak. Belajar dapat dilakukan lewat media apa saja, termasuk internet. Dengan internet, kita dapat menelusuri informasi dengan cepat dan mudah. Sejauh ada koneksi, kita bisa terhubung dengan ilmu pengetahuan dari seluruh penjuru dunia yang juga terhubung di internet.

[MEDIA] Memperjuangkan Kebenaran : Kisah di Balik Pembuatan Film “Temani Aku Bunda”

Oleh: Dhitta PutiSarasvati (Associate KAIL)

Di bulan Mei tahun 2011, Abrar harus mengikuti sebuah hajatan besar yang diselenggarakan oleh orang dewasa. Selain Abrar, ada hampir lima juta anak lainnya, siswa-siswa SD kelas 6 (Kemendikbud, 2011/2012) yang harus mengikuti hajatan yang sama. Hajatan tersebut bernama Ujian Nasional (UN).

Untuk menghadapi UN, anak menjadi semakin sibuk. Jam belajar mereka di sekolah bertambah. Sesekali mereka menginap di sekolah untuk  melakukan istighosah, shalat malam, dan berdoa bersama menghadapi UN. Tak jarang mereka juga mengikuti bimbingan test.  Bermaknakah kegiatan-kegiatan tersebut? Tidak juga.

Jam belajar anak ditambahkan tapi yang dipelajari hanya latihan soal, biasanya berupa pilihan ganda. Anak bukan didorong untuk belajar mengobservasi alam, mencari data dari sekitar, membuat penelitian, membuat karya seni, membaca karya sastra bermutu ataupun menulis karya sendiri.  Kegiatan istighosah yang dilakukan sebelum menghadapi UN seakan-akan melihat UN sebagai sesuatu yang sakral. Siswa dilelahkan dengan kegiatan bimbingan test sehingga tak sempat lagi menjaga kebugaran tubuh dengan berolah raga, mengasah jiwa dengan kegiatan kesenian, maupun terjun ke masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan sosial. Penalaran pun tak diasah karena siswa hanya sibuk mengerjakan soal-soal yang menguji kemampuan berpikir tingkat rendah seperti hapalan.

[JALAN-JALAN] Mengunjungi Pengrajin Kreasi Perca Dampingan Dwaya Manikam


Foto: dokumentasi Penulis



Pada suatu Jumat siang yang agak mendung di Kota Bandung, saya menaiki angkutan umum dari Jalan Supratman ke arah Jalan Ahmad Yani. Di Jalan Ahmad Yani, saya lalu berganti angkutan yang menuju ke daerah Cicadas. Saya turun di depan sebuah jalan kecil, Jalan Asep Berlian. Saya masuk ke jalan tersebut, dan sesuai petunjuk pesan di telepon seluler saya, saya menuju ke satu alamat: Gang Proklamasi Nomor 3.
Alamat tujuan membawa saya ke sebuah bangunan sederhana serba hijau. Hanya ada satu ruangan seluas sekitar 5 x 6 meter dengan teras kecil, mirip kantor RW atau posyandu. Saya longok ke dalam, ada dua orang ibu yang sedang berdiskusi. Segera saya mengucapkan salam, lalu masuk. Saya lalu berkenalan dengan keduanya: Bu Ani dan Bu Nani.

Editorial Agustus 2014

Salam Transformatif! Salam Kemerdekaan!

Memasuki bulan peringatan kemerdekaan Bangsa Indonesia, Pro:aktif Online kembali hadir di tengah-tengah Anda. Namun, sebelum beranjak lebih jauh, kami ingin mengajak pembaca semua untuk mempertanyakan kembali, sudahkah Anda memaknai kemerdekaan bagi diri Anda sendiri? Sudahkah hidup Anda berdaulat, di tengah hiruk pikuk perkembangan jaman saat ini?

Dalam rangka memperingati kemerdekaan Republik Indonesia, Pro:aktif Online hadir untuk memaknai kemerdekaan dari aspek mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu pangan. Oleh karena itu, tema yang kami usung kali ini adalah “Bangsa Indonesia dan Kedaulatan Pangan”

[PROFIL] Gerakan Koperasi Teikei di Jepang

Penulis: Any Sulistyowati
Sistem Pertanian Jepang dan Perkembangan Pasar Global
Di negeri Jepang, 70% lahan adalah hutan dan lahan-lahan pertanian sangat terbatas. Delapan puluh persen petani Jepang mengelola kurang dari 1.5 hektar tanah. Meskipun sempit, lahan-lahan tersebut sangat subur sehingga dapat ditanami 2-3 jenis tanaman secara bergantian, seperti gandum, padi dan sayuran maupun buah-buahan. Produksi pertanian di Jepang berkembang pesat setelah perang dunia kedua, di mana para tuan tanah diminta untuk menyerahkan lahan-lahannya kepada para penggarap, yang dengan penuh semangat menghasilkan produksi pangan nasional. Pertanian di Jepang berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat Jepang di tingkat lokal.

[PIKIR] Sudahkah Bangsa Indonesia Berdaulat Pangan?

Penulis: David Ardes Setiady

1http://www.spi.or.id/wp-content/uploads/2011/10/Aksi-Pemuda-Peduli-Pangan3.jpg
Menyambut peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-69, sebuah pertanyaan yang selalu relevan untuk ditanyakan adalah “sudahkah kita merdeka?”. Pertanyaan tersebut merupakan upaya pemaknaan yang diperlukan agar kita membangun kesadaran kritis tentang kondisi negeri ini. Bagaimanakah perkembangan kehidupan bangsa ini setelah mendeklarasikan kemerdekaannya tahun 1945 silam? Mimpi para pendiri bangsa ini adalah menyaksikan rakyatnya berdaulat, mandiri dalam mengelola kehidupannya. Di sini, pertanyaannya bisa diganti menjadi “sudahkah bangsa ini menjadi mandiri?”.

[PIKIR] Pangan Dalam Cengkeraman Kapitalisme

Penulis: Angga Dwiartama

Berbagai kasus tentang pangan dan pertanian di Indonesia bermunculan dalam 68 tahun sejak Indonesia merdeka. Penggundulan hutan dan konflik dengan masyarakat adat akibat perluasan lahan kelapa sawit di Kalimantan dan Sumatera, importasi jutaan ton beras yang mengancam kestabilan harga gabah antara petani padi di Jawa,masuknya Monsanto, perusahaan raksasa Amerika, dan bibit jagung transgenik ke Indonesia, rencana pendirian Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) di Papua yang mengancam keberlangsungan masyarakat lokal dan lingkungan, hingga terakhir kasus kriminalisasi petani di Karawang – semua dapat ditilik dari kuatnya kapitalisme mengakar di dalam sektor pertanian dan pangan di Indonesia. Kapitalisme pangan adalah suatu sistem di mana pangan dan produk pertanian diperoleh melalui mekanisme pasar dan dioperasikan untuk memperoleh keuntungan (profit). Meski muncul dalam berbagai bentuk, kapitalisme pangan bukan hal baru, dan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Tulisan ini bermaksudmengulas evolusi kapitalisme pangan di Indonesia dan dunia, dampaknya bagi petani, konsumen dan lingkungan, serta solusi aksi yang dapat kita berikan sebagai aktivis untuk melawan cengkeraman kapitalisme ini.

[MASALAH KITA] Krisis Mutu Pangan di Indonesia

Penulis: Agustein Okamita dan Navita Astuti

Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Makanan yang masuk ke dalam tubuh berperan penting dalam mendukung kehidupan kita dan segala aktivitas yang kita lakukan. Agar pertumbuhan dan regenerasi sel-sel di dalam tubuh berlangsung dengan baik, sel-sel tubuh membutuhkan berbagai vitamin dan mineral yang diperoleh dari makanan dan minuman yang kita konsumsi.

Makanan mendukung vitalitas manusia. Namun, dari makanan jugalah penyebab utama munculnya penyakit-penyakit yang diderita manusia. Baik itu penyakit yang timbul secara langsung setelah makanan dikonsumsi (keracunan akibat mengonsumsi makanan tertentu), maupun penyakit menahun akibat gaya hidup seseorang dengan pola makan tidak sehat yang ia jalani selama bertahun-tahun.

Kita mungkin sering mendengar, kasus-kasus keracunan makanan. Tragedi Minamata (http://en.wikipedia.org/wiki/Minamata_disease)di Jepang

[OPINI] Proklamasi Sudah, Berdaulat Belum Sepenuhnya! Ironi Negeri Agraris Pengimpor Bahan Pangan

Penulis: Anton Waspo

Tragedi Impor Pangan
Impor pangan sudah menjadi candu bagi pelaku impor. Pernyataan seorang anggota ahli dewan ketahanan pangan nasional ini ada benarnya[i]. Sementara produksi pangan mengalami surplus dibandingkan jumlah konsumsi tetapi impor tetap dilakukan. Mencermati data-data yang diolah oleh Bappenas dalam dokumen RPJMN 2015 – 2019[ii] maka pernyataan itu benar adanya. Pada periode tahun 2009 – 2012, ada surplus beras, cabai dan bawang merah tetapi impor tetap terjadi. Sedangkan untuk kedelai, gula dan daging sapi produksi dalam negeri memang defisit.

Tabel 1. Produksi, Konsumsi dan Impor Bahan Pangan 2009 - 2012
 

Perdebatan tentang data produksi, konsumsi dan impor kerap terjadi. Ini yang menjadi pangkal masalah pertama di tataran kebijakan dan pengambilan keputusan untuk impor. Data produksi pangan yang tidak akurat menjadi pintu untuk memuluskan impor produk pangan.  Ambil contoh produksi beras, bisa jadi uang negara yang sudah dihamburkan untuk membeli beras lebih banyak daripada untuk memperbaiki peningkatan produksi pangan. Sudah jamak dimaklumi, membeli itu lebih murah sehingga membuat malas untuk memproduksi sendiri. Perlu alasan kuat untuk berhenti membeli dan mulai memproduksi sendiri.

[OPINI] Menelusuri Hakikat Ketahanan Pangan

Penulis: Angga Dwiartama

Memperingati kemerdekaan RI ke-69, menarik untuk menilik makna kemerdekaan dalam kaitannya dengan pangan. Dalam pidato kepresidenannya di tahun 1941, Presiden AS Franklin D. Roosevelt menegaskan bahwa terdapat empat bentuk kemerdekaan yang harus melekat dalam setiap individu – kemerdekaan untuk berpendapat, untuk berkeyakinan, dari ketakutan, dan atas kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan). Penyelenggaraan pemerintahan hendaknya selalu didasari oleh semangat kemerdekaan ini. 

Gambar 1, diambil dari http://inspirasifajardepok.com

[TIPS] Makanan Sehat Itu Murah

Penulis: Maya A. Pujiati

            Produk organik telah menjadi populer beberapa tahun belakangan ini. Demi kesehatan, orang mau bersusah payah untuk mendapatkannya. Namun seiring dengan popularitasnya yang menanjak, harga produk organik di pasaran ternyata lebih mahal dari sayuran biasa.  Satu ikat kangkung, misalnya,  jika berlabel organik bisa berharga 2 sampai 3 kali lipat daripada kangkung tak berlabel.

            Secara logika, biaya pertanian dengan cara alami seharusnya  lebih murah dibandingkan dengan cara modern. Pupuk dan pestisidanya bisa berasal dari bahan-bahan yang tersedia di alam. Terlebih di masa sekarang,  telah ditemukan berbagai teknik pembuatan kompos dari sampah organik yang sangat mudah dan sederhana. Setiap orang bisa membuatnya dan biaya bertanam bisa semakin berkurang. Penyebab  paling mungkin dari mahalnya produk organik adalah berlakunya hukum pasar: makin diminati, harga makin tinggi.

[TIPS] Makanan Sehat, Badan Sehat

Penulis: Melly Amalia

Saat ini gempuran makanan dari berbagai macam bahan pangan dan olahannya sudah semakin banyak. Slogan makanan sehat sepertinya hanya iming-iming belaka, dan yang lebih dipentingkan adalah rasa makanan tersebut yang lezat. Padahal kalau kita mengkonsumsi makanan yang sehat, akan mempengaruhi kesehatan kita pula. Kalau kita mengkonsumsi makanan sehat, maka berpotensi menjadikan badan sehat. Makanan sehat belum tentu 4 sehat 5 sempurna, tapi kandungan yang ada dalam makanan sehat tersebut kaya akan nutrisi dan bebas dari toksin, bakteri dan bibit penyakit. Makanan sehat memiliki kandungan gizi, kaya serat dan zat yang dibutuhkan oleh tubuh (karbohidrat, vitamin, protein, mineral dan air). Kita perlu lebih cermat dalam memilih bahan makanan dan mengolahnya, sehingga resiko penyakit yang ditimbulkan bisa diminimalisir.

[MEDIA] Pangan, Kedaulatan dan Ketahanan. Resensi Majalah dan Buku


Pangan, kedaulatan dan ketahanan. Resensi majalah dan buku
Majalah pertanian berkelanjutan “Petani” terbit pertama kali di tahun 2001 dan saat itu bernama “Majalah Salam”. Majalah ini menjadi sarana berbagi pengetahuan, inovasi, dan aktivitas antar tenaga penyuluh lapangan, petani, dan orang-orang yang bekerja di bidang pertanian berkelanjutan. Majalah ini terbit empat kali setahun dan didistribusikan ke seluruh Indonesia. Target pembaca majalah ini adalah kelompok petani, LSM, pemerintah, lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian. Edisi terakhir Majalah Petani terbit di bulan Maret 2011.
Ada dua edisi yang menyoroti masalah ketahanan pangan dan kedaulatan pangan:
Majalah SALAM No. 2 (http://www.agriculturesnetwork.org/magazines/indonesia/2-rawan-pangan). Edisi ini menyoroti masalah rawan pangan yang terjadi di Indonesia. Secara khusus artikel yang disajikan memuat contoh-contoh sistem pertanian berkelanjutan yang memiliki potensi mengatasi masalah rawan pangan.



[JALAN-JALAN] Bandung Berkebun

Penulis: Melly Amalia

Ada satu komunitas di Bandung yang mengajak orang-orang khususnya warga Bandung untuk berkebun. Gerakan ini sudah dimulai sejak tahun 2011 yang digagas oleh Ridwan Kamil, walikota Bandung saat ini. Diawali dari Jakarta Berkebun dan sampai saat ini sudah ada 30 kota berkebun (Bandung, Banten, Jogja, Bogor, Solo, Madiun, Pontianak, Aceh, Bali, dll) dan 8 kampus yang bersama-sama bergerak di bawah gerakan nasional Indonesia Berkebun. Cita-cita komunitas ini sederhana tapi gaungnya sangat besar yaitu mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk senang berkebun. Melalui berkebun, komunitas ini berupaya memanfaatkan ruang-ruang yang awalnya tidak produktif dan terbatas menjadi area produktif sehingga tercipta kualitas ruang kota yang baik.


Editorial April 2014

Salam inspiratif dan transformatif!

Proaktif Online hadir kembali di tengah-tengah Anda!
Bertepatan dengan Hari Kesehatan Sedunia yang jatuh pada tanggal 7 April, maka tema yang kami usung kali ini adalah “Kesehatan dan Gaya Hidup”.

Kami percaya, bahwa kesehatan tidak melulu yang terlihat secara lahiriah, tetapi juga meliputi kesehatan batin dan pikiran. Kesehatan seseorang juga perlu didukung oleh gaya hidup yang sehat serta lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku hidup sehat masyarakatnya.

[PROFIL] Ridwan Kamil dan Visi Sehat Untuk Kota Bandung

Setiap manusia ingin dikaruniai tubuh dan jiwa yang sehat. Karena dalam kondisi sehat, manusia mampu menghasilkan karya, menjadi produktif. Namun,manusia tidak tinggal sendiri. Kesehatan seseorang juga dipengaruhi oleh lingkungan maupun kota tempat tinggalnya.

Sebuah kota yang sehat perlu didukung oleh keseimbangan sosial, budaya, lingkungan hidup serta regulasi yang mendukung gaya hidup sehat warganya. Mewujudkan kota yang sehat, tak lepas dari partisipasi setiap warga kota, serta itikad baik dari pejabat pemerintah yang berwenang. Keduanya akan menjadi klop bila dijalankan dengan kepemimpinan yang memiliki visi kuat untuk sebuah kota yang bersih, sehat dan teratur.

[PIKIR] Menilik Persoalan Kesehatan di Indonesia

(Berdasarkan hasil wawancara dengan Yanuar Nugroho, Asisten Ahli Kepala UKP4, Jakarta)

Gambar diambil dari http://www.epa.gov/ttn/atw/3_90_024.html
Di era globalisasi dunia saat ini persoalan kesehatan tidak bisa dipandang sebagai persoalan tunggal yang berdiri sendiri, melainkan persoalan multidimensi. Indonesia sebagai negara berkembang kini mengalami perubahan demografi, di mana kelas menengah tumbuh dan menempati jumlah terbanyak dalam statistik kependudukan. Hal ini sedikit banyak telah menyumbang pada persoalan kesehatan yang disebabkan oleh gaya hidup tertentu dengan implikasi-implikasi sosial,

[MASALAH KITA] Mengulas Berbagai Masalah Kesehatan Zaman Sekarang


Masalah Kesehatan Zaman Sekarang
Pelatihan Yoga. Foto: dokumentasi KAIL
Kompleksitas persoalan masa kini menyebabkan orang menghadapi banyak masalah kesehatan, baik jasmani dan rohani. Kelangkaan sumber daya, persaingan, obsesi terhadap kesuksesan menyebabkan tekanan hidup yang mendorong timbulnya stress. Stress  yang berkepanjangan akan menyebabkan beban pikiran yang berkepanjangan yang mempengaruhi tubuh kita.

[OPINI] Plus Minus Asuransi Kesehatan

Gambar diambil dari http://www.kesehatanmasyarakat.info/?p=338

Sekarang ini tentu kita sudah tidak asing lagi dengan produk asuransi kesehatan. Berbagai perusahaan asuransi menawarkan produk asuransi kesehatan dengan macam-macam fitur yang pada intinya menawarkan kemudahan dan jaminan saat mengakses layanan kesehatan. Mengapa asuransi kesehatan beredar? Dan apa itu asuransi kesehatan?

[MEDIA] Dikepung oleh Zat Aditif yang Berbahaya pada Makanan!

Oleh: Tim YPBB

Pelatihan Zat Aditif Pada Makanan. Foto: dokumentasi YPBB
Pendidikan dan pelatihan adalah salah satu pilar Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) dalam menjalankan kampanye gaya hidup organis bagi kalangan menengah ke atas perkotaan di kota Bandung. Salah satu materi pelatihan yang pernah dibawakan adalah tentang Bahaya Zat Aditif pada Makanan.

[TIPS] Tips Hidup Sehat dan Hemat

Oleh: Melly Amalia

Dalam menjalankan aktivitas rutinnya, seorang aktivis harus selalu dalam kondisi fit dan sehat, baik secara jasmani dan rohani. Apalah artinya bila tubuh kuat, tapi jiwanya rapuh. Begitu pula sebaliknya, jiwa kuat tapi tubuh kita mudah lelah, stres dan tidak semangat. Bagaimana ingin mencapai mimpi bila hidupnya dikelilingi oleh kondisi yang rentan dengan penyakit. Saya percaya  bahwa semua orang ingin mempunyai

[JALAN-JALAN] Taman-Taman Kota di Bandung, Pendukung Gerakan Hidup Sehat Warga

Oleh: Selly Agustina

Banyak penelitian yang mengatakan bahwa kualitas hidup masyarakat perkotaan lebih rendah dari masyarakat perdesaan. Pertambahan penduduk yang sangat tinggi di kota seringkali melampaui kemampuan daya dukung lingkungannya, sehingga berimbas pada kualitas hidup manusia yang semakin rendah. Semakin meningkat jumlah populasi maka semakin banyak sumber daya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan juga semakin banyak limbah yang dihasilkan. Pada tahun 1990, hanya 14 persen dari penduduk dunia yang tinggal di kota besar. Tahun 2008, penduduk yang tinggal di kota meningkat menjadi 50 persen. PBB memperkirakan jumlah penduduk dunia yang tinggal di kota besar akan meningkat menjadi 70 persen. Hal ini menimbulkan berbagai