[PROFIL] Usia Bukan Penghalang Untuk Menjadi Relawan



Meski usia sudah kepala empat, tepatnya 43 tahun, bukan menjadi penghalang untuk seorang Tini MF menjadi relawan di mana-mana.

Kenapa di mana-mana?

Ya, karena setiap kali kegiatan komunitas-komunitas di Bandung yang mengusung isu lingkungan, anak, pendidikan dan sosial hampir dapat dipastikan, akan bertemu dengan beliau. Beliau adalah relawan di YPBB (Yayasan Pengembangan Bioteknologi dan Biosains), KSK (Komunitas Sahabat Kota), Kail (Kuncup Padang Ilalang), Bandung Berkebun,  GSSI (Garage Sale Sekolah Ibu), Madrasah Nurul Iman dan kegiatan PKK di sekitar rumah. Belum lagi aktivitas rutinnya mengajar di salah satu bimbingan belajar.

[PIKIR] Relawan : Siapakah Mereka?


Dunia yang semakin tua ini kini penuh oleh kecamuk masalah. Beragam masalah, mulai dari masalah sosial kemasyarakatan, lingkungan, hingga kemanusiaan. Setiap permasalahan seringkali berujung pada degradasi kualitas hidup manusia, dari segi kesehatan, kesejahteraan hingga moralitas.
Di tengah hiruk pikuk permasalahan  yang sering melanda masyarakat dunia, terdapat segelintir orang yang memberikan sumbangsih berupa tenaga, dana, pikiran, untuk mendorong ke arah penyelesaian masalah. Bahkan mengupayakan ke arah perubahan yang lebih baik. Para penggerak perubahan itu adalah para aktivis dan relawan. Ulasan tentang aktivis secara detail dapat juga Anda klik di sini.
Tidak semua aktivis adalah relawan. Tetapi, kebanyakan aktivis seringkali memulai debutnya dengan menjadi relawan. Bila aktivis mendedikasikan seluruh hidupnya untuk keberpihakan tertentu, maka relawan adalah orang-orang yang menyisihkan sebagian waktunya untuk memberikan sumbangsih tertentu pada sebuah gerakan ke arah perubahan. Namun demikian, ada juga orang-orang yang memilih jalan hidupnya sebagai relawan full time. Jadi, ada beberapa orang menjalani hidupnya sebagai aktivis sekaligus relawan.

Menjadi Relawan : Tanpa Nyali dan Berani Mati?

Rachel Corrie, adalah nama yang sangat fenomenal di dalam dunia aktivis dan relawan. Lahir pada tahun 1979 di Washington, Amerika Serikat, gadis ini semenjak kecil telah memiliki keprihatinan pada masalah-masalah kemanusiaan. Semasa sekolah, ia telah menjadi relawan yang menyuarakan masalah-masalah kemiskinan, gelandangan dan kelaparan. Setelah lulus kuliah, gadis ini berangkat ke Palestina untuk menjadi aktivis perdamaian. Ia gugur oleh sebuah buldozer milik Israel yang melindas tubuhnya di Kota Rafah, Jalur Gaza. Buldozer milik Israel itu tengah menghancurkan perumahan warga Palestina dengan alasan hendak mencari kaum teroris di Kota Rafah.
Rachel Corrie
Sumber foto : www.rachelcorrie.org

[MASALAH KITA] Suka Duka Menjadi Relawan

Jujur, pengalaman saya menjadi relawan tidaklah banyak, tapi dari pengalaman yang hanya beberapa itu kemudian saya merasa ketagihan. Mungkin terdengar agak berlebihan, tapi rasanya benar-benar ada kepuasan tersendiri ketika tahu bahwa sedikit saja bantuan kita ternyata bisa meringankan beban orang lain. Dan nyatanya tidak semua orang bisa mengerti akan situasi itu jika tidak merasakannya sendiri.
Beberapa teman dekat saya bilang “Ngapain sih kamu capek-capek kerja buat orang lain tapi gak dibayar?” Padahal sebenarnya saya mengharap sesuatu yang lain dari hanya sekedar materi. Saya ingin mendapat berbagai pengalaman dan ilmu baru, punya banyak teman baru untuk saling berbagi, bahkan kesempatan terekspos dengan segala hal yang belum pernah saya jumpai sebelumnya. Hidup itu, kan, bukan hanya tentang uang, semua ini membuat saya lebih bersyukur dan menghargai hidup.

[OPINI] Pentingnya Relawan Bagi Gerakan Sosial

Selain organisasi dan jaringan, ada satu faktor lain yang berpengaruh bagi munculnya sebuah gerakan sosial, yakni nilai-nilai yang menggerakkan seseorang sebagai aktor gerakan sosial, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Nilai-nilai berperan memandu seseorang untuk melakukan perubahan, sekaligus menemukan kawan seiring yang mempunyai nilai-nilai yang sama. Nilai-nilai juga memengaruhi seseorang untuk menetapkan tujuan-tujuan khusus dan mengidentifikasi strategi yang secara moral bisa diterima ( Donatella Della Porta& Mario Diani, 2006 : 67).  Seseorang yang memegang teguh nilai-nilai yang diperjuangkan, akan memunculkan sikap kerelawanan dalam tindakan-tindakan sosialnya.

Kerelawanan menggerakkan seseorang untuk melakukan kerja-kerja bagi perubahan sosial dengan tulus, tanpa pamrih dan kepentingan individu. Ada tujuan-tujuan besar yang melandasi kerelawanan tersebut, seperti untuk kemanusiaan, terciptanya keadilan sosial, dan sebagainya. Beberapa gerakan mahasiswa disinyalir didorong oleh prinsip ini, karena mahasiswa dianggap belum mempunyai pamrih kekuasaan politik atau keuntungan materi. Tetapi tentu ini perlu dilihat secara lebih teliti mana saja yang benar-benar mempunyai tujuan mulia tersebut.

Relawan mengajar anak-anak korban gempa 2006, Yogyakarta
Sumber : http://www.asiapacificymca.org

[MEDIA] Internet dan Kerelawanan


Rasanya cukup mengherankan bila anak muda masa kini tidak mengenal internet, bahkan rasanya internet telah menjadi kebutuhan atau gaya hidup manusia. Banyak hal yang disediakan oleh internet, terutama berbagai bentuk hiburan dan juga ruang eksplorasi yang tidak ada habisnya. Terlebih setelah media jejaring sosial muncul, seperti Friendster, Facebook, Twitter, dll. Semuanya itu menjadi daya pikat yang menyita waktu banyak orang untuk berkutat di dunia cyber tanpa pernah bosan.

Internet mulai bertindak seperti “warung serba ada” yang menyediakan apa pun bagi orang-orang yang mencari sesuatu. Segala hal yang dapat diubah ke dalam bentuk digital akan tersedia, terlebih semenjak fasilitas mesin pencari seperti Google muncul, pencarian informasi melalui internet semakin mudah untuk dilakukan.

[TIPS] Kesuksesan Seorang Relawan

Sumber foto : http://www.heartsofvolunteers.blogspot.com/


Relawan adalah profesi yang sangat mulia dimana dia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, bahkan uangnya untuk mendukung kegiatan-kegiatan sosial. Adanya relawan akan membantu terciptanya visi, misi, dan tujuan bersama suatu lembaga atau kelompok tertentu. 

Beberapa waktu yang lalu, saya menyebarkan kuesioner online kepada pada 100 orang[1], untuk mengidentifikasi peran relawan, dimana terkumpul sejumlah 100 orang responden. Dari keseluruhan responden tersebut, 66 orang pernah menjadi relawan dan 34 orang belum atau tidak pernah menjadi relawan. Oleh karena itu, kami mengasumsikan bahwa  kelompok individu yang menjawab kuesioner yang disebar secara acak ini sebagian besar adalah relawan. 

[JALAN-JALAN] Menengok Dapur Relawan YPBB

Sejak pertama kali didirikan, YPBB sebagai organisasi non-profit berbasis relawan, melibatkan banyak peran relawan hampir di dalam setiap kegiatannya. Mereka yang jadi garda depan YPBB ini mendedikasikan waktu dan tenaganya, bahu membahu merealisasikan cita-cita bersama tentang kualitas hidup manusia yang baik, dengan memperbaiki kualitas lingkungan alamnya. YPBB melihat ini sebagai satu dari beberapa titik kampanye hidup organis yang sejalan dengan visi dan misi YPBB. Karena itulah Divisi Relawan dibentuk.  Saat ini divisi relawan YPBB dikelola oleh dua orang staf dengan total jumlah rata-rata jam kerja sebesar 40 jam efektif/bulan.

Dokumen YPBB
Pertemuan Relawan untuk Revisi Katalog Diet Karbon, bertempat di selasar kampus ITB