Editorial Pro:aktif Online Edisi April 2015

Salam Inspiratif dan Transformatif!

Apa kabar? Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan sejahtera.

Setelah menyajikan tema tentang Ibu pada edisi sebelumnya, Pro:aktif Online memilih menu yang bertema “Peran Ayah Masa Kini” untuk edisi April 2015 kali ini.

Istilah ayah kerap diasosiasikan pada peran laki-laki sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Namun, peran ayah terus mengalami perubahan seiring perkembangan jaman. Kini semakin banyak ayah terlibat dalam pekerjaan domestik, termasuk mengasuh dan membesarkan anak-anaknya. Dalam Proaktif Online edisi April 2015 ini, kami akan mencoba membahas potret kehidupan ayah masa kini dan peran penting mereka bagi keluarga.

Apa saja peran ideal yang diharapkan dari para ayah dan tantangan-tantangan apa yang mereka hadapi dengan kondisi-kondisi mereka yang unik? David Ardes Setiady yang berkolaborasi dengan Navita Kristi mencoba menggambarkan peran ayah masa kini di dalam keluarga. Mari kita simak hasil kerja sama mereka dalam rubrik Masalah Kita.

[PROFIL] Ayah ASI Bandung


Sumber gambar: https://roisz.wordpress.com/2014/01/25
dua-tahun-aab/
“Meningkatkan kesadaran akan peran ayah melalui cara ayah.” Itulah yang dilakukan Idzma Mahayattika dan teman-teman melalui gerakan Ayah ASI Bandung. Dengan adanya gerakan ini, diharapkan akan semakin banyak ayah yang peduli dan mau terlibat dalam pengasuhan anak-anaknya.

Idzma, co-founder Ayah ASI Bandung, lebih suka menyebut gerakan ini sebagai Komunitas Ayah ASI Bandung. Meskipun Ayah ASI Bandung muncul setelah adanya gerakan ID Ayah ASI, namun menurut Idzma, bentuknya berbeda. “Kalau ID Ayah ASI menyatakan diri sebagai social media movement, sedangkan Ayah ASI Bandung bentuknya lebih cocok disebut komunitas. Juga, karena Bandung itu kota komunitas, maka kampanye Ayah ASI Bandung lebih mudah dengan cara menggandeng komunitas-komunitas yang melibatkan para ayah. Jadi kerjasama antar komunitas,” jelas Idzma.

Komunitas Ayah ASI Bandung menempatkan diri sebagai teman ngobrol pada ayah. Yang dikampanyekan sebenarnya isu parenting, namun penyampaiannya dikemas dengan mengikuti gaya ayah. “Ayah itu tidak suka diceramahi, lebih suka ngopi, bersepeda, kegiatan yang cowok banget lah,” kata ayah dari tiga anak ini. Berbekal pemahaman akan kebiasaan dan perasaan para ayah inilah, kampanye Ayah ASI Bandung dijalankan dengan pendekatan yang berbeda dengan seminar-seminar parenting yang biasa digelar. Ayah ASI Bandung memanfaatkan momen-momen santai para ayah untuk menyelipkan isu-isu tentang pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak.  Selama ini, cara yang umumnya dilakukan untuk mengampanyekan parenting kepada para ayah dinilai Idzma jauh dari efektif. Jumlah ayah yang dengan sukarela mau hadir dalam acara-acara parenting jumlahnya sedikit sekali. Mengapa demikian? “Dalam banyak acara parenting, yang membawakan kebanyakan perempuan, lalu ayah yang hadir ditunjuk-tunjuk, ayah harusnya dukung ibu, ayah harus begini, harus begitu. Ayah jadi malas untuk ikut lagi. Ayah merasa dituntut, dan mereka tidak suka,” jelas Idzma.

Padahal, peran ayah untuk mendukung ibu sejak kehamilan dan pasca melahirkan sangatlah penting. Dalam hal menyusui misalnya, tanpa peran dan dukungan ayah, keberhasilan ibu menyusui hanya sekitar 26%. Sedangkan, dengan keterlibatan ayah, keberhasilan ibu menyusui dapat meningkat hingga 98%. “Masa-masa awal ibu menyusui adalah masa yang berat untuk ibu. Masalahnya banyak. ASI tidak keluar, payudara membengkak dan luka, jam tidur yang tidak teratur, banyaklah. Pada masa-masa seperti ini, tanpa dukungan dari Ayah, peluang susu formula masuk besar sekali. Seorang ibu secara alamiah ingin memenuhi kebutuhan bayinya. Pada saat ia kelelahan, dan ASI yang keluar sedikit, ibu tidak bisa lagi berpikir panjang dan jernih. Maka memilih susu formula jadi solusi jangka pendek. Lain halnya jika ayah terlibat. Sebagai orang yang mendampingi ibu, ayah bisa berlaku lebih tenang dan berpikir lebih panjang,” kata Idzma. Hal kedua yang ingin disasar Ayah ASI Bandung adalah keberlanjutan dari keterlibatan ayah dalam mengasuh anak. Jika sejak kelahiran anak, ayah sudah terlibat, maka ayah akan melanjutkan keikutsertaannya mengasuh anak. “Sudah terlibat selama dua tahun di awal, masa tidak berlanjut?" tambah Idzma.

Dari aktivitas twitter @AyahASI_Bandung, terlihat bahwa selain mengampanyekan pentingnya peran ayah, Ayah ASI Bandung juga menyediakan diri sebagai wadah para ayah untuk eksis – menunjukkan kebanggaannya bermain bersama anak dengan mengunggah foto di twitter, - wadah berkegiatan dan kumpul bersama para ayah, hingga menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar parenting.  Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para ayah, dianggap Idzma sebagai salah satu keberhasilan kampanye Ayah ASI Bandung. “Dulu, hanya ibu-ibu yang sering bertanya seputar hal pengasuhan anak. Sekarang para ayah mulai bertanya-tanya. Para ayah menemukan wadah yang nyaman untuk berbagi dan bertanya. Karena sesungguhnya mereka juga ingin tahu, tapi selama ini tidak tahu mau membahas dengan siapa.  Ya, kegiatannya tetap ngopi-ngopi, jalan dengan Land Rover mereka misalnya. Gaya  obrolannya tetap khas para laki-laki.  Tapi kalau saya dan teman-teman Ayah ASI sudah ngobrol tentang parenting, paling tidak sedikit-sedikit mereka juga dengarlah. Lalu mulai ikut mengobrol dan bertanya.”

[PIKIR] Ayah, Mari Mengasuh...

Oleh: Yully Purwanti


Di banyak kota besar di Indonesia, salah satu indikator kemapanan ekonomi keluarga, bisa terlihat dari semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor. Baik yang roda dua, maupun roda empat. Dengan semakin banyak kemudahan untuk memiliki kendaraan yang menunjang mobilitas ini, sementara perluasan, apalagi penambahan ruas jalan tidak berjalan seiring peningkatannya, maka tak heran jika jalanan pun jadi semakin padat alias macet.  

Dampaknya? Jelas, semakin lama waktu tempuh menuju tempat beraktivitas, termasuk perjalanan saat kembali pulang ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga. Sahabat pembaca, begitu besar tantangan para petarung jalanan, khususnya mereka yang tinggal di perbatasan kota,  untuk beraktivitas di tengah kota.

[MASALAH KITA] – Peran Ayah Dalam Keluarga Masa Kini


Pengantar


Foto: dokumen pribadi Navita
Peran seorang ayah kerap diasosiasikan dengan peran sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah yang harus berada di luar rumah. Selain itu, sosok ayah yang dingin dan kurang dekat dengan anak-anaknya kerap menjadi pemandangan umum dalam keluarga di Indonesia. Namun, seiring dengan perkembangan jaman dan dinamika sosial masyarakat, peran ayah dalam keluarga sedikit demi sedikit mulai bergeser. Desakan finansial sedikit banyak telah menempatkan ayah dan ibu sebagai pencari nafkah untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan keluarga. Pada situasi yang lain, seorang ayah tidak lagi harus mencari nafkah dengan berada di luar rumah, bekerja bisa dilakukan dari dalam rumah, maka di sini ayah bisa turut berperan dalam mengerjakan tugas rumah tangga “yang biasanya” dikerjakan oleh para ibu. Secara umum, para ayah semakin banyak terlibat dalam pekerjaan domestik yang biasanya hanya dikerjakan oleh para ibu, seperti mengasuh dan mendidik anak.

[OPINI] Ayah: Bukan Sekadar Pencari Nafkah, Tapi Pengemban Amanah.


Zaman terus berganti dari waktu ke waktu. Mulai dari era pra sejarah, postmodernisme, era revolusi industri bahkan hingga saat ini. Banyak perubahan yang terjadi, mulai dari perubahan tata pemerintahan, sistem sosial, dan lain sebagainya. Namun demikian ternyata ada satu yang tidak pernah berubah: sosok ayah dalam keluarga.

Dahulu laki laki dikenal hanya sebagai orang yang bertanggung jawab atas nafkah keluarga. Pekerjaannya adalah berburu, mencarikan makanan untuk keluarga. Urusan meramu makanan dan merawat keluarga adalah urusan para kaum wanita. Termasuk mendidik anak.

Tapi tampaknya paradigma tersebut mulai berubah, meskipun baru perlahan-lahan. Maraknya tindak kejahatan, kekerasan pada remaja, pelecehan seksual, narkoba dan berbagai bentuk tindak kriminalitas lainnya menuntut para orangtua bertindak lebih hati-hati dalam mendidik anak. Peran ibu saja kini tak cukup untuk mengawal tumbuh kembang anak.

[TIPS] Menjadi Ayah Yang Dibanggakan Oleh Anak


Ayah adalah salah satu sosok yang dibanggakan oleh anak. Peran ayah dan ibu bisa disejajarkan dalam beberapa hal, misalnya berbagi peran dalam hal pengasuhan anak, mengerjakan pekerjaan domestik, dan sebagainya. Sebagian besar anak menganggap ayah itu adalah seorang pemimpin keluarga, pahlawan dan menjadi kebanggaan anaknya.  Sosok yang disegani selain ibu tentunya. Dari seorang ayah, anak pun bisa belajar banyak hal tentang kehidupan, bercerita dengan bebas tentang cita-cita dan harapannya.

[MEDIA] The Pursuit of Happyness - Kehadiran Seorang Ayah

Perjuangan Hidup
Chris Gardner adalah seorang bapak yang memiliki seorang anak, mereka tinggal di San Fransisco, USA. Sehari-hari, Chris berprofesi sebagai penjual alat kesehatan. Isteri Chris, Linda, bekerja sebagai pelayan di sebuah hotel. Kehidupan keluarga ini cukup sederhana. Mereka tinggal di sebuah rumah sewaan bersama anak laki-laki mereka, Christopher.

Sumber gambar: https://cronk3rdhoureng12.wikispaces.com/Pursuit+of+Happyness
Chris menjual portable bone-density scanners atau alat pemindai kerapatan tulang. Alat tersebut memberikan hasil yang sedikit lebih baik daripada x-ray scanners, tetapi harganya lebih mahal dua kali lipat. Penjualan alat ini tidak selalu berjalan mulus karena harganya yang mahal. Selain itu, banyak rumah sakit dan dokter merasa tidak memerlukan alat seperti itu.

[JALAN-JALAN] Kelompok Dukungan Untuk Ayah


Ketika diminta menulis rubrik jalan-jalan dengan tema ayah, saya agak kesulitan menemukan tempat mana yang sebaiknya dituliskan. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan di dunia maya, dan menemukan beberapa situs yang mungkin menarik untuk dijelajahi/dieksplorasi untuk memahami inisiatif-inisiatif yang telah dilakukan di belahan dunia yang lain terkait dengan peran ayah. Saya menemukan dua organisasi di Amerika yang berfokus pada “ayah” sebagai agen perubahan, yaitu National Fatherhood Initiative dan Father Support Center, St. Louis. Berikut ini adalah hasil liputannya.

National Fatherhood Initiative (http://www.fatherhood.org/)
Sejak awal tahun 90-an, banyak riset di Amerika yang menunjukkan ketiadaan ayah di dalam rumah telah berakibat negatif terhadap perkembangan anak. Saat itu, kenyataan ini belum banyak menjadi sorotan dan sedikit sekali pihak yang bekerja untuk isu ini. Kebanyakan program-program penguatan keluarga berfokus pada ibu dan anak. Padahal ayah juga memiliki peran yang sangat penting di dalam keluarga.

Organisasi ini didirikan oleh tim yang terdiri dari 20 orang ahli ilmu sosial yang berkumpul untuk membahas strategi nasional untuk mengubah realitas ketiadaan ayah di dalam keluarga. Organisasi ini berada di Maryland, tepatnya di 20410 Observation Drive, Suite 107, Germantown, MD 20876. 

National Fatherhood Initiative