EDITORIAL PROAKTIF ONLINE DESEMBER 2015

Kita mengenal sebuah pepatah lama, “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Sebaliknya, kita juga mengenal banyak penyakit psikosomatis di kehidupan modern ini. Artinya banyak penyakit fisik yang dialami sebetulnya merupakan ekspresi penyakit mental. Jadi dengan mental yang sehat, tubuh pun menjadi lebih sehat dan kuat. Meskipun mulai menjadi perhatian, persoalan kesehatan mental belum sepopuler kesehatan fisik. Banyak orang masih mengabaikan persoalan-persoalan mental ini karena dianggap bukan masalah, tabu atau malah ketika mengalami persoalan mental justru ditutupi karena dianggap negatif.

Mengingat pentingnya kesehatan mental ini, Proaktif edisi Desember 2015 ini mengangkat tema tersebut. Berbagai artikel disajikan, mulai dari bagaimana potret kondisi kesehatan mental di berbagai negara, bagaimana para aktivis menghadapi dan menyikapi persoalan kesehatan mental serta berbagai cerita dan berbagai tantangan dan kiat-kiat seputar penyelesaian persoalan mental melalui rubrik-rubrik berikut ini.

Dalam rubrik Pikir, penulis memaparkan berbagai fakta seputar kesehatan mental, berbagai tantangan yang dihadapi berikut usulan langkah-langkah penyelesaiannya di tingkat global. Di tingkat yang lebih mikro, penulis rubrik Masalah Kita mengulas soal burn-out pada aktivis dan kiat-kiat penanggulangannya. Tantangan penyelesaian persoalan kesehatan mental ternyata tidak sederhana. Mental blocking yang menghambat kesehatan emosi diulas di dalam rubrik Opini.

Bagaimana cara-cara memelihara dan meningkatkan kesehatan mental diulas dalam rubrik Tips. Selain itu, masih ada Rubrik Media mengangkat tentang musik dan lagu sebagai media pelepas ketegangan dan rubrik Jalan-jalan yang memaparkan berbagai tempat dan kegiatan untuk melepaskan ketegangan sekaligus menyalurkan bakat dan kegemaran.

Dalam Rubrik Profil disajikan informasi mengenai dua organisasi yang bergerak untuk pendampingan perempuan dan anak korban kekerasan, yaitu LBH APIK dan Hotline Surabaya. Kedua organisasi ini berfokus antara lain pada proses penyembuhan mental korban akibat trauma kekerasan yang mereka alami di masa lalu. Semoga tulisan-tulisan di atas memberikan inspirasi bagi anda sekalian untuk memelihara dan menjaga kesehatan mental. Selamat menutup tahun ini dan menyongsong tahun 2016.

Selamat berbahagia!
Redaksi

[PROFIL] LBH APIK (Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia Untuk Keadilan)

Oleh: Melly Amalia

Semakin hari kita semakin sering mendengar, melihat dan membaca dari berbagai media, baik televisi,koran atau media sosial berita tentang korban kekerasan, khususnya terhadap perempuan dan anak-anak. Bahkan bayi pun ada yang menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa terdekatnya, seperti pengasuh, pembantu bahkan orang tuanya sendiri. Kekerasan yang dialami korban seringkali menimbulkan berbagai permasalahan mental yang ditanggung oleh korban dalam jangka waktu lama setelah tindak kekerasan terjadi.

Mari kita ulas sedikit tentang kekerasan terhadap anak dan kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan yang dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja baik secara fisik, seksual, penganiayaan emosional/psikologis, atau pengabaian terhadap anak. Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan pada perempuan secara fisik, non fisik (seksual) atau psikologis/jiwa, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi. ( Disarikan dari berbagai sumber)

[PROFIL] Yayasan Hotline Surabaya (YHS)

Oleh: Melly Amalia

Konseling psikologis adalah salah satu media yang dapat kita akses ketika kita memiliki persoalan mental. Hotline Surabaya adalah salah satu organisasi yang menyediakan layanan tersebut dengan fokus kepada perempuan dan anak, khususnya korban kekerasan seksual. Berikut ini adalah tulisan yang disarikan dari website organisasi tersebut.

Hotline Surabaya adalah sebuah organisasi nirlaba yang berdiri sejak tahun 1989. Pada awalnya, Hotline Surabaya merupakan divisi sosial Harian SURYA yang memberikan pelayanan konseling psikologis melalui surat, telepon, tatap muka dan konsultasi di rubrik “Hotline” SURYA. Pada tahun 1992 YHS menjadi sebuah yayasan mandiri dengan nama Yayasan Hotline Service Surya (YHSS) terlibat dalam kampanye penanggulangan HIV&AIDS khususnya untuk kelompok beresiko tinggi di kalangan pekerja seks di Surabaya. Di akhir tahun 1999 YHSS berubah nama menjadi Yayasan Hotline Surabaya dan berpisah dengan harian SURYA menjadi satu LSM mandiri yang punya kepedulian terhadap kesehatan reproduksi perempuan, khususnya perempuan yang berpenghasilan rendah di Surabaya.

[PIKIR] Kesehatan Mental Dunia

Oleh: David Ardes Setiady
 
Sepotong Realitas Kesehatan Mental Dunia 



Sumber : www.dreamstime.com
Dunia yang kita tinggali saat ini, kian hari kian kompleks, di mana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi belum berhasil meminimalkan mudarat dengan memaksimalkan manfaat penggunaannya bagi kesejahteraan kemanusiaan. Ditambah kondisi geopolitik, serta sistem perekonomian global yang masih tidak adil karena keberpihakan kepada pemilik modal besar. Variabel-variabel tersebut berinteraksi dalam kehidupan masyarakat dunia dan berdampak kepada kondisi kesehatan mental anggotanya. Bagaimana cara pandang kita terhadap dunia saat ini sedikit banyak dipengaruhi oleh persepsi kita terhadap peristiwa yang terjadi saat ini. Perilaku para pemimpin dunia dan keputusan politik yang diambil dalam menyikapi isu global, pada satu sisi berakibat pada benturan identitas pada masyarakat di bawahnya, seperti konflik sosial antara warga pendatang dengan warga asli (native) yang telah lebih dahulu. Isu terorisme yang juga telah berkontribusi terhadap meningkatnya prasangka sosial terhadap identitas Islam dan Arab, terutama karena pemberitaan media mainstream yang tidak berimbang.

Umumnya, ketika krisis ekonomi terjadi, tingkat depresi dan bunuh diri cenderung naik, seperti yang juga terjadi di Indonesia sebagai salah satu negara yang terkena dampak krisis ekonomi. Di sisi lain, persepsi masyarakat tentang kebutuhan mengalami peningkatan, di mana kebutuhan primer tidak lagi sebatas pangan-sandang-papan saja, namun merambah pada gadget (produk teknologi) yang sebetulnya berada pada lapis kedua (sekunder) ataupun ketiga (tersier). Kemudian, peristiwa politik dan hukum yang disiarkan melalui media publik (televisi, koran, radio, internet, dll) turut membentuk semacam pesimisme komunal tentang harapan akan peningkatan kesejahteraan. Belum ditambah aspek pendidikan yang masih dalam tahap reformasi (pembenahan) di tingkat masyarakat, bahwa pendidikan yang harusnya lebih diutamakan berbasis pada nilai-nilai kehidupan dan moral, bukan pada teknis kompetensi yang sejauh ini belum terbukti berkontribusi positif bagi perkembangan mental anak-anak masa kini.

Kondisi-kondisi di atas telah meningkatkan potensi terjadinya penyakit mental seperti depresi, kecemasan, skizofrenia, penggunaan narkoba, anti-sosial, bunuh diri. Secara umum, permasalahan kesehatan mental dunia adalah jumlah tenaga medis untuk menangani penyakit mental tersebut belum mencapai proporsi yang berimbang, di mana hanya ada satu persen tenaga kesehatan global yang menangani penyakit mental. Untuk negara-negara berkembang, hanya ada 1 psikiater per 100.000 orang, sementara pada negara-negara maju, ada 1 psikiater untuk 2.000 orang (bds jurnal Mental Health Atlas WHO 2014).

[MASALAH KITA] Ketika Burnout Melanda Aktivis

Oleh: Navita K. Astuti

Pada masa sekarang, masalah-masalah kesehatan baik pada raga dan jiwa semakin bermunculan dan jumlahnya terus meningkat. Hal ini diduga disebabkan oleh perkembangan zaman yang mengakibatkan perubahan gaya hidup, memicu persaingan yang kian ketat di antara sesama manusia hingga melebarkan kesenjangan sosial di masyarakat. Hidup yang kian kompleks mempengaruhi kesehatan jiwa dan raga manusia.

Jika raga yang terserang penyakit, dapat didiagnosa secara medis, bagaimana dengan jiwa? Permasalahan mental seringkali menjadi lebih pelik, karena sifatnya intangible – tidak terlihat dari luar diri, meskipun dapat dilakukan diagnosa setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan. Karena permasalahan mental tidak terlihat langsung penyebabnya dan lebih kompleks untuk dipahami, umumnya masyarakat yang kurang paham memberi label pada permasalahan mental sebagai sesuatu yang negatif dan memalukan. Padahal, setiap orang tanpa kecuali dapat dihinggapi permasalahan mental. Dari yang kadarnya sangat rendah sampai yang tinggi hingga tak sadarkan diripun, persoalan kesehatan mental sesungguhnya merupakan pertanda bagi seseorang untuk memberi perhatian lebih pada kesejahteraan batin dirinya sendiri.

[OPINI] Mental Blocking vs Kesehatan Emosi

Oleh: Anastasia Levianti 

Pernahkah Anda merasakan amarah luar biasa terhadap seseorang? Apakah amarah itu mendorong Anda melakukan tindakan tertentu secara intens? Pernahkah Anda merasa sangat suka terhadap seseorang atau sesuatu, sehingga ketagihan ingin terus bersamanya secara berlebihan? Atau, pernahkah Anda merasakan ketakutan besar sehingga Anda menghindari hal tersebut setiap kali berhadapan dengannya? Satu jawaban Ya, menunjukkan Anda memiliki mental blocking.

Mental blocking adalah sebuah kondisi mental yang terbatas atau terhalang, sehingga aktivitas mental tidak lancar. Batasan atau halangan itu terbentuk akibat pengalaman masa kecil, yang tanpa sadar, Anda hayati menyakitkan. Misalnya, anak yang ditinggal tidur sendiri tanpa ditemani, merasa ketakutan, dan mengalami serangan panik, akan tumbuh menjadi pribadi yang takut, tidak nyaman, dan gelisah saat berada sendirian tanpa teman, tanpa melakukan suatu aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu, atau tanpa sesuatu hal lain yang dapat ia jadikan sandaran. Situasi ketidakpastian membuatnya resah. Ia lalu mencari-cari sumber ketenangan dari luar, berupa teman, bacaan, kegiatan, dan lain sebagainya. Tanpa ia sadari, ia melekat (terpaku, menempel erat, sulit lepas) pada kebutuhan akan rasa aman-nyaman.

Mental blocking dan kelekatan ini beragam macamnya. Apapun itu, hal tersebut menjebak Anda dalam pemahaman keliru atas peristiwa baru yang dihadapi pada masa sekarang. Contohnya, seorang staf terluka oleh kritik dari pimpinannya. Ia merasa pimpinan terlalu fokus menyoroti hasil kerjanya, seperti mencari-cari kesalahan. Ia merasa bagaimanapun hasil kerjanya, tidak pernah sempurna, dan selalu saja ada perbaikan yang harus ia lakukan. Dalam contoh ini, peristiwanya adalah bawahan menerima saran-kritik dari atasan. Namun bawahan menghayatinya secara berlebihan, yaitu sebagai kritikan yang terus menerus dan tidak mungkin pernah absen, sampai ia kelelahan karena diri tidak pernah sempurna. Saran-kritik atasan, mencungkil mental blocking bawahan, dimana ia sendiri sebetulnya (nyata terjadi, tapi tidak disadari / diakui) selalu merasa ada cacat yang tidak dapat disembuhkan.

[TIPS] Cara Memelihara dan Meningkatkan Kesehatan Mental

Oleh: Any Sulistyowati

Di kehidupan modern yang penuh tekanan, banyak orang menderita penyakit psikosomatis. Penyakit ini sebetulnya merupakan sebuah ekspresi penyakit fisik yang dipengaruhi oleh persoalan psikologis (mental). Masalahnya banyak penderita psikosomatis tidak menyadari bahwa permasalahan fisik yang mereka alami sebetulnya dipengaruhi oleh persoalan mental. Banyak dari mereka yang bolak balik ke dokter, mengkonsumsi obat tanpa pernah menyentuh penyebab persoalan yang sebenarnya.

Sebagai aktivis, banyak tekanan yang kita hadapi dalam menjalankan misi hidup kita. Berbagai tekanan tersebut potensial menyebabkan berbagai persoalan kesehatan mental. Padahal kesehatan mental ini sangat penting untuk kualitas hidup kita. Tanpa kualitas hidup yang bagus, kekuatan kita untuk membuat perubahan menjadi melemah. Kita tidak dapat secara penuh memberikan diri kita untuk perubahan yang kita cita-citakan.

Kesehatan mental berperan sangat penting dalam hidup kita. Tanpa kesehatan mental, kualitas hidup kita akan merosot tajam. Kesehatan mental akan lebih baik jika disirami dengan emosi positif. Emosi positif dibangun dari cara berpikir positif. Cara berpikir positif lahir dari cara pandang positif terhadap diri sendiri dan kehidupan.

Berikut ini adalah beberapa tips memelihara dan meningkatkan kesehatan mental:

[MEDIA] Musik Sebagai Media Pelepas Ketegangan

Oleh: Any Sulistyowati

Dalam kehidupan, kita mengalami pasang surut situasi emosi. Ada masa-masa membahagiakan, ada masa-masa sedih dan mengecewakan. Semua itu adalah bagian dari dinamika kehidupan yang perlu kita jalani. Telah banyak media dikembangkan manusia untuk mengekspresikan dan melepaskan emosi. Salah satunya adalah lewat musik.

Musik dan lagu sebagai media untuk penyembuhan jiwa telah dikenal sejak lama. Sejak zaman dahulu kala sampai saat ini, musik telah dikenal sebagai media untuk mengekspresikan dan melepaskan emosi, baik positif maupun negatif. Banyak karya seni luar biasa lahir dari ekspresi emosi jiwa penciptanya. Banyak di antara karya-karya tersebut yang kemudian diwariskan dari generasi ke generasi dan tetap dapat dinikmati hingga kini.

Selain sebagai ekspresi atau melepas emosi jiwa penciptanya, karya-karya seni itupun seringkali digunakan oleh banyak orang dari masa ke masa. Banyak orang menggunakan musik untuk mengekspresikan emosi mereka, misalnya mengekspresikan kegembiraan dan juga untuk melepaskan emosi negatif misalnya dalam bentuk berbagai ketegangan yang berkecamuk di dalam dada. Ketika kita sedih, kita menghibur diri dengan mendengarkan lagu-lagu yang membangkitkan semangat dan kegembiraan. Setelah mendengarkan musik, hati kita yang suram menjadi cerah kembali. Hati yang cerah akan membawa kegembiraan di dalam hidup kita. Kegembiraan itu akan membuat kita lebih bersemangat untuk menghasilkan karya-karya terbaik di dalam hidup kita.

[JALAN-JALAN] Lepaskan Stres Anda di Sini

Oleh: Agustein Okamita

Stres merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang dihadapi oleh manusia saat ini. Penyebab stres bisa berasal dari berbagai sumber, misalnya pekerjaan, uang, kesehatan, kekhawatiran hubungan, maupun media. Dengan begitu banyaknya sumber stres, orang mulai sulit menemukan waktu bersantai dan melepaskan diri dari stres. Ketika orang mulai mengalami stres kronis, hal itu akan mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya secara negatif.

Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan hobi merupakan salah satu cara yang baik untuk mengurangi stres. Ketika mengerjakan sesuatu yang menjadi passion atau hobi, kita akan mengerjakannya dengan gembira. Kegembiraan itu membuat pikiran kita lebih segar (fresh) dan menolong untuk berpikir lebih jernih dalam menghadapi persoalan-persoalan yang muncul dalam kehidupan. Hobi dapat dilakukan sendirian maupun bersama-sama dalam sebuah kelompok atau komunitas. Melakukan kegiatan bersama-sama banyak manfaatnya, antara lain membuat kita bisa saling berbagi dengan teman-teman.

Di kota Bandung, banyak sekali komunitas yang dapat menjadi wadah bagi orang-orang untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan hobi atau passion mereka. Di antaranya adalah:

Komunitas Merajut Bandung 

Komunitas Merajut Bandung berawal dari beberapa para perajut yang berkumpul sebulan sekali untuk merajut bersama. Setiap kali berkumpul, mereka berbagi teknik merajut yang baru dan saling mengajar satu dengan yang lain. Dengan mempelajari berbagai teknik merajut, para perajut ini mengembangkan kemampuan merajut mereka dan tidak terpaku pada satu teknik merajut saja. Mereka juga menerima para perajut pemula di dalam kelompok, sehingga para pemula ini dapat belajar cara merajut dari teknik yang paling mudah untuk dikuasai. Setelah kemampuan merajut mereka semakin baik, mereka juga bisa mengajari orang lain untuk merajut.

Seiring kemajuan teknologi informasi dan media sosial, para perajut ini kemudian membuat sebuah grup di Facebook dengan nama Komunitas Merajut Bandung. Grup ini terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar merajut bersama-sama di dalam komunitas. Sekarang kelompok ini dikenal dengan nama Komunitas Merajut Bandung (KMB), sesuai dengan nama grup di Facebook tersebut. Selain membuat grup, KMB juga membuat laman (page) di Facebook untuk memberi wadah bagi para perajut yang ingin memasarkan hasil rajutan mereka secara online.

Selain melakukan kegiatan merajut bersama, Komunitas Merajut Bandung juga menyelenggarakan beberapa acara baik yang bersifat lokal maupun nasional. Beberapa acara yang sudah dilaksanakan adalah Festival Rajut Indonesia (tahun 2012) dan Festival Rajut Bandung (2013). Kedua acara ini diselenggarakan di Bandung. Di Festival Rajut tersebut para perajut dapat memamerkan dan menjual hasil-hasil karya mereka. Melalui acara ini, masyarakat umum juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai kegiatan merajut. Di sana masyarakat dapat melihat bahwa merajut merupakan salah satu hobi yang positif dan yang dapat menghasilkan karya-karya yang indah dan bermanfaat.

Komunitas Merajut Bandung juga ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh para perajut sedunia, seperti WWKIP (World Wide Knitting and Crochet In Public), di mana para perajut berkumpul di tempat-tempat umum untuk merajut. Merajut adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk stress releasing.

Jika Anda bertanya kepada para perajut, apa arti merajut bagi mereka, seperti yang dilakukan oleh Craft Yarn Council dalam #StitchAwayStress Campaign mereka, maka Anda akan mendapatkan berbagai jawaban seperti:

  • Merajut itu menenangkan 
  • Merajut memungkinkan Anda untuk menyelesaikan berbagai hal 
  • Merajut itu terapi 
  • Merajut dapat membantu Anda melalui situasi stress, trauma atau sedih 
  • Merajut membuat Anda menyadari bahwa Anda bisa mengendalikan sesuatu 
  • Merajut itu menghibur 
  • Menyenangkan untuk melihat suatu bentuk yang terjadi/muncul dan mengetahui bahwa Anda membuat kemajuan 
  • Merajut memberikan Anda sesuatu yang Anda dapat kendalikan 
  • dan lain-lain. 

Contoh Rajutan. Foto koleksi pribadi penulis
Sebagai tambahan, kegiatan merajut bersama memotivasi setiap perajut untuk menyelesaikan proyek-proyek rajutan mereka dan belajar teknik merajut yang tidak mereka kuasai sebelumnya, dibandingkan ketika kegiatan merajut dilakukan seorang diri. Selain itu, sambil berkumpul bersama untuk menyalurkan hobi dan passion, para perajut juga bisa berbagi kegembiraan dan --untuk sementara-- bisa mengambil jarak dengan berbagai persoalan kehidupan. Setelah berhasil mengambil jarak dari persoalan mereka, mereka diharapkan dapat melihat persoalan hidup dengan cara pandang yang lebih baik yang berdampak pada menurunnya tingkat stres mereka.

Jendela Ide

Jendela Ide adalah wadah berkumpulnya berbagai komunitas yang mayoritas anggotanya terdiri atas anak-anak dan remaja, untuk menyalurkan hobi, bakat, dan passion mereka. Di Jendela Ide, mereka belajar bermain musik, bernyanyi, melukis, craft, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Selain berkegiatan, anak-anak juga berinteraksi satu sama lain. Dalam mempelajari berbagai hal di Jendela Ide, anak-anak didampingi olehbeberapa orang dewasa yang berperan sebagai fasilitator.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Jendela Ide memang berfokus pada anak-anak dan remaja. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain visual art, body movement, musik, dan lain-lain. Selain menyelenggarakan kegiatan rutin, Jendela Ide juga mengikutsertakan anggotanya untuk tampil dalam berbagai acara, salah satunya di Festival Anti Korupsi yang diselenggarakan di Bandung pada bulan Desember 2015. Pada acara yang diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini, Jendela Ide berpartisipasi dengan mengikutsertakan Suara Anak. Suara Anak adalah sekumpulan anak yang menciptakan dan menyanyikan beberapa lagu ciptaan mereka sendiri. Dalam menciptakan lagu dan berlatih menyanyi, mereka didampingi oleh para fasilitator Jendela Ide.

Suara Anak Jendela Ide di Festival Hutan 2015 THR Juanda Bandung
Foto: koleksi pribadi penulis
Jendela Ide memiliki misi menjadi ruang bagi dialog antar pemuda dari berbagai latar belakang ekonomi, sosial, budaya dan politik, demikian juga anak-anak dengan kebutuhan khusus. Mereka berorientasi pada pribadi manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Jendela Ide berusaha agar anak dan remaja dapat menggunakan kemampuan mereka dan mengembangkan informasi yang diterima, sehingga informasi yang tidak hanya 'dikenal', tapi menjadi sesuatu yang dipelajari, mempertanyakan, dan dapat menjadi bahan untuk hidup mereka untuk memahami secara kritis. Selain itu mereka juga memberikan kesempatan untuk mengambil peran aktif dalam menentukan nilai-nilai dalam kehidupan mereka.

Jendela Ide memang tidak secara spesifik mencantumkan stress releasing sebagai tujuan dari komunitas mereka. Akan tetapi setiap kegiatan yang dilakukan di Jendela Ide dapat memunculkan kegembiraan sehingga diharapkan dapat mengurangi tingkat stress. Kegiatan di Jendela Ide memberi ruang kepada anak-anak dan remaja untuk mengekspresikan dirinya dan untuk belajar menemukan cara-cara yang sesuai bagi dirinya untuk bergembira dan mengurangi tekanan-tekanan dalam hidup.

Tempat-tempat untuk Membantu Melepaskan Stress 

Di kota Bandung juga banyak tempat yang dibuat sebagai sarana untuk mengurangi stress. Dua di antaranya adalah HanAra Wellbeing Center dan Yoga Leaf. HanAra Well-being Center yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto 68 Bandung ini menawarkan berbagai program yang efektif untuk membantu membersihkan meridian tubuh dari setiap penghalang sehingga memungkinkan kehidupan energi (Chi) untuk bebas mengalir. The HanARa Way adalah proses yang sederhana dan dapat diverifikasi dirancang untuk mengisi ulang energi kehidupan tubuh, yang jika dilakukan setiap hari akan mengaktifkan kembali kecerdasan tubuh bawaan kita di penyembuhan diri yang berkelanjutan. 

Masyarakat umumnya mengenal yoga sebagai aktivitas latihan utama asana (postur) yang merupakan bagian dari hatta yoga. Yoga juga digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya hal ini dilakukan dengan latihan pernapasan, olah tubuh dan meditasi, yang telah dikenal dan dipraktekkan selama lebih dari 5000 tahun. Selain manfaat-manfaat di atas, yoga juga dapat membantu untuk melepaskan stress. Di Yoga Leaf, kita bisa mempelajari teknik-teknik dan gerakan yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh fisik dan teknik – teknik pernapasan dan meditasi yang dapat memberikan ketenangan pikiran.

Selain tempat-tempat yang disebutkan di atas, ada banyak pilihan tempat yang dapat membantu mengurangi kondisi stres yang Anda alami. Demikian juga, terdapat sangat banyak komunitas di Kota Bandung yang bermanfaat untuk menyalurkan hobi dan secara tidak langsung membantu untuk mengurangi stres, di antaranya komunitas olah raga bela diri, komunitas olah raga bersepeda, komunitas yoga, komunitas pencinta bunga, dan lain-lain. Kita bisa mencari dan memilih untuk ikut dalam komunitas yang sesuai dengan hobi kita, atau membuat komunitas sendiri bersama orang-orang yang dekat dengan kita.


***

Editorial Pro:Aktif Online Agustus 2015

http://www.kidnesia.com/Kidnesia/
Potret-Negeriku/Warisan-Nusantara/
Mengibarkan-Bendera-Merah-Putih
Salam kemerdekaan!
Salam Informatif dan Transformatif!

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang merdeka, Pro:aktif Online ingin ikut mengambil bagian dalam mengisi kemerdekaan ini dengan menyajikan berbagai informasi yang memberikan perubahan positif bagi masyarakat. Perubahan-perubahan yang diharapkan dapat terjadi itu dimulai dari bagian terkecil masyarakat, yaitu keluarga. Untuk itu, Pro:aktif Online edisi Agustus 2015 ini mengambil tema "Keluarga". Dalam edisi ini, kami mengangkat berbagai isu seputar keluarga.

Konsep keluarga mengalami perubahan makna dari masa ke masa. Mulai dari keluarga besar di masa lalu, sampai keluarga inti di masa sekarang. Saat ini keluarga dianggap sebagai satuan terkecil di masyarakat. Di dalam keluarga terjadi proses transfer nilai-nilai yang ingin diwujudkan di masyarakat. Nilai-nilai tersebut yang diharapkan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.

Keluarga banyak berperan dalam kemunculan para aktivis. Banyak aktivis yang tumbuh dan berkembang karena inspirasi dan dukungan keluarganya. Banyak pula aktivis yang justru tumbuh karena berbagai masalah yang dihadapi di dalam keluarganya..

Rubrik Profil Pro:aktif Online kali ini mengangkat profil keluarga aktivis Antonius Sartono (Black) dan Elisabeth A.S. Dewi (Nophie). Hasil wawancara penulis dengan keluarga ini dirangkum dalam sebuah tulisan menarik tentang bagaimana keluarga aktivis ini membagi waktu untuk menjalankan kegiatan keluarga dan aktivisme mereka.

Dalam rubrik Pikir, penulis memaparkan tentang perubahan definisi dan bentuk keluarga dari masa ke masa serta peran penting keluarga dalam proses penemuan panggilan hidup seorang aktivis.

“Aktivisme selalu digerakkan oleh kasih sayang,” demikian salah satu kalimat yang disampaikan oleh penulis rubrik Masalah Kita. Dalam rubrik ini, penulis menceritakan pengalaman masa kecilnya bersama kedua orang tuanya yang menjadi aktivis. Selain kisah suka dan duka, penulis menceritakan bagaimana aktivitas kedua orang tuanya menginspirasinya sehingga menjadi seorang aktivis seperti sekarang ini.

Terbentuknya sebuah keluarga bukan semata-mata disebabkan oleh takdir. Ikatan suami dan isteri di dalam keluarga terjalin karena komitmen dan visi bersama. Penulis Rubrik Opini menguraikan mengenai pentingnya visi bersama di dalam keluarga. Ia juga mengungkapkan bahwa visi bersama di dalam keluarga juga perlu diarahkan menjadi sebuah visi transformatif. Visi transformatif merupakan sebuah visi yang mampu menempatkan peran setiap anggota keluarga di tengah lingkungan dan masyarakat, guna mendukung perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Bagi seorang aktivis yang banyak melakukan kegiatan, pengelolaan waktu secara efektif merupakan salah satu kunci keberhasilan. Bagaimana cara aktivis mengelola waktu mereka? Bagaimana agar mereka bisa menjadi aktivis profesional sekaligus sungguh-sungguh memperhatikan kehidupan pribadi dan hubungan dengan anggota-anggota keluarga? Dalam rubrik Tips, penulis membagikan kiat-kiat pengelolaan waktu yang lebih efektif.

Rubrik-rubrik lain yang melengkapi sajian Pro:aktif Online Agustus ini adalah rubrik Media yang mengangkat tentang cara pemanfaatan media sebagai sarana parenting di era internet dan rubrik Jalan-jalan yang menceritakan bagaimana para aktivis mengisi waktu luang mereka dan tempat-tempat wisata yang mereka kunjungi bersama keluarga.

Semoga setiap rubrik yang kami sajikan dalam edisi ini dapat menginspirasi terjadinya perubahan baik dalam paradigma maupun di dalam cara kita mengisi kemerdekaan yang sudah kita jalani selama ini.

Selamat menikmati!

[PROFIL] Dinamika Keluarga Aktivis: Dialog, Komitmen, Pengaturan



Mbak Nophie dan Mas Black

Aktivis, umumnya punya segudang kegiatan. Ketika seorang aktivis memutuskan untuk berkeluarga, akan muncul berbagai dinamika baru terkait urusan keluarga dan kegiatan-kegiatannya. Apakah aktivis harus selalu memilih salah satu antara keluarga atau aktivitismenya? Dapatkah pasangan aktivis menjalankan kedua peran sekaligus, mengelola keluarga dan tetap menjadi aktivis?

Kali ini, Pro:aktif Online mengangkat profil keluarga Elisabeth A.S. Dewi "Nophie"dan Antonius Sartono‘Black’, pasangan suami istri dengan dua orang anak, yang berbagi kepada KAIL tentang pengalaman hidup mereka dalam berkeluarga sekaligus menjalankan peran sebagai aktivis . Berikut petikan wawancaranya:

[PIKIR] Menjadi Keluarga di Indonesia


Sumber: pelajaranilmu.blogspot.com
Sebagai manusia, kita semua terlahir dari sebuah keluarga, dalam bentuk yang paling sederhana yakni ayah dan ibu.

Keluarga…
Kita mengenal keluarga tertua di dunia ini adalah keluarga Adam dan Hawa, menurut cerita yang ada di dalam kitab suci agama samawi (Kristiani, Islam, Yahudi), di mana diyakini bahwa mereka adalah manusia pertama yang ada di muka bumi ini. Adam dan Hawa membentuk keluarga dengan kedua anak mereka yang bernama Kain dan Habel, jadilah mereka keluarga pertama di dunia. Tentunya menurut kisah kitab suci tersebut.

Terlepas apa pun keyakinan Anda, kita tahu bahwa dengan komposisi yang membentuk sebuah keluarga, tidak memiliki banyak perubahan dari jaman dahulu hingga sekarang. Sebuah keluarga pada umumnya terdiri dari seorang ayah dan seorang ibu, serta anak-anak, inilah yang disebut sebagai keluarga inti.

[MASALAH KITA] Keluarga Aktivis, Aktivisme, dan Kasih Sayang

Oleh: Kontributor Pro:aktif Online


Sumber gambar:
http://moeslema.com/kontes-my-familiy-my-inspiration/
Buat saya seorang aktivis adalah sesorang yang mendedikasikan hidupnya untuk menjadikan dunia ini lebih baik. Apa yang menjadi concern  seorang aktivis bisa bervariasi baik dari isu lingkungan, masalah keadilan sosial, isu pendidikan, dan sebagainya. Cara memperjuangkannya juga bisa berbeda-beda. Ada yang aktif di LSM, ada yang merancang gerakan politik, ada yang menjadi relawan di berbagai tempat, ada yang menulis melalui media, dan sebagainya.  Yang jelas, bagi seorang aktivis, apa yang diperjuangkannya  lebih dari sekedar untuk kebaikan diri sendiri dan keluarga, tetapi juga untuk masyarakat yang lebih luas.

Saya sendiri tidak tahu apakah bisa mendefinisikan keluarga saya sebagai keluarga aktivis atau bukan. Yang jelas, tidak semua anggota keluarga saya adalah aktivis. Kedua adik saya adalah profesional di bidang masing-masing. Yang satu jadi wiraswasta dan yang lain bekerja sebagai seorang arsitektur di sebuah perusahaan. Namun, jelas kedua orang tua saya adalah seorang aktivis. Namun aktivitas Bapak maupun Ibu (Almh) sedikit berbeda.

Ibu saya sebenarnya dulu seorang arsitektur profesional. Namun, sejak muda beliau punya ketertarikan terhadap bidang-bidang sosial. Ketika masih mahasiswa beliau menghabiskan waktu luang menjadi reader tuna netra, mengurus anak-anak di panti asuhan, mengumpulkan darah untuk donor darah, dan sebagainya. Ketika beliau sudah berkeluarga dan berkarir, beliau tetap menyempatkan waktu untuk berkegiatan sosial, baik dengan mengedarkan dan merancang sistem pendistribusian buku bacaan untuk anak jalanan, membantu mendirikan taman bacaan, menyumbang pemikiran untuk mengurus pengungsi di Poso, dan ikut terbang ke daerah konflik untuk menghibur anak-anak yang ada di sana.

[OPINI] Visi Keluarga Transformatif - Visi yang Berpihak Pada Masyarakat


Diskusi Keluarga
Sebuah keluarga terbentuk atas dasar ikatan dan komitmen bersama antara suami dan istri. Ikatan tersebut dilandasi oleh perasaan saling mengasihi, komitmen bersama untuk membentuk sebuah keluarga, serta memiliki tujuan bersama yang hendak dicapai oleh pasangan tersebut. Seringkali, komponen yang terakhir disebutkan jarang dibahas oleh pasangan suami istri yang saling mengikat diri dalam ikatan pernikahan. Kebanyakan, pernikahan  diartikan semata-mata sebagai takdir hidup semata, hanya agar masyarakat menilai bahwa dirinya berada pada status aman dan dapat diterima oleh masyarakat.

Sebagaimana layaknya sebuah pesawat yang hendak lepas landas, dalam sebuah pernikahan diperlukan arah yang hendak dituju bersama oleh pasangan suami istri. Mau ke mana arah keluarga kami? Akan menjadi seperti apa keluarga yang akan kami bentuk? Begitulah kira-kira pertanyaan yang perlu dijawab sebelum pasangan suami istri membentuk keluarga.

Keluarga dan Tantangan Jaman
Akhir-akhir ini, begitu sering kita menemui keluarga yang retak oleh beberapa sebab. Pertengkaran yang berlarut-larut, sulitnya menemukan kata rujuk, ketidakcocokan di antara suami dan istri. Saling tidak memahami keinginan satu sama lain. Merasa paling benar sendiri. Semua itu berujung pada perpisahan dan perceraian.

[TIPS] Berbagi Waktu Antara Keluarga dan Aktivitas


Sebagai manusia, kita tentu merupakan bagian dari sebuah keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga besar.  Posisi dan peran kita di dalam sebuah keluarga pun berbeda-bada, misalnya sebagai istri, suami, anak, menantu, kakek, nenek, paman dan bibi dan sebagainya. Setiap peran tentu menuntut perhatian kita yang kita berikan antara lain dalam bentuk waktu.

Sebagai aktivis, kita juga perlu melakukan kerja-kerja penting kita untuk mewujudkan impian kita akan perubahan dunia ke arah yang lebih baik. Masalahnya, kerja-kerja penting kita tersebut banyak sekali membutuhkan waktu dari kita. Jangankan berbagi waktu untuk keluarga, banyak aktivis bahkan kekurangan waktu untuk mengurus dirinya sendiri.

Akibat situasi ini amatlah beragam. Banyak aktivis kemudian memilih untuk tidak menikah, sehingga mereka bisa fokus membaktikan diri mereka pada kerja-kerja penting untuk mewujudkan impian mereka. Ada yang menikah, tetapi memilih untuk tidak memiliki anak, agar masing-masing bisa fokus pada kerja-kerja aktivis mereka. Ada juga yang menikah, memiliki anak dan kemudian berbagi waktu dengan pasangannya agar masing-masing dari mereka dapat tetap beraktivitas dengan porsi waktu kerja yang lebih sedikit. Ada yang kebetulan cukup berada sehingga bisa membayar pembantu atau mengirim anaknya ke daycare, sehingga keduanya tetap bisa beraktivitas secara penuh. Apapun pilihan kita, semua memiliki konsekuensi.

[MEDIA] Media Internet dan Parenting

Oleh: Agustein Okamita

Di era internet ini, banyak kemudahan yang kita dapatkan dalam mengakses informasi. Kita bisa memperoleh informasi hanya dengan mengklik mouse di komputer atau menggeser jari di smartphone/tablet yang terhubung dengan internet. Mulai dari resep masakan sampai persoalan politik, semua ada di dalam genggaman kita.

Dunia parenting saat ini juga tidak bisa dilepaskan dari internet. Sebelum era internet, media yang menyajikan informasi tentang keluarga dan parenting masih sangat terbatas. Salah satu contoh media yang saya ingat adalah majalah Ayah Bunda, yang terbit sekitar tahun 1980-anLalu ketika era tabloid dimulai pada akhir tahun 1990-an, mulai muncul beberapa media yang membahas parenting di antaranya adalah tabloid Nakita, Mom and Kiddie, dan lain-lain. Ada juga beberapa majalah lain yang di dalamnya terdapat rubrik keluarga, tetapi tidak selalu berfokus pada tumbuh kembang anak.



Majalah Ayah Bunda.
Sumber: http://www.bimbingan.org/referensi-pilih-majalah-parenting-atau-ayah-bunda.htm
Internet memungkinkan kita untuk memperoleh lebih banyak informasi mengenai parenting. Jika informasi yang kita dapatkan dari media cetak masih terbatas, maka kita bisa mendapatkan informasi yang tidak terbatas dari media online. Ada banyak media cetak tentang parenting yang juga membuat website, agar informasi yang mereka berikan bisa diakses oleh lebih banyak orang. Media online berbahasa Indonesia yang membahas tentang parenting di antaranya Ayahbundatabloid Nakita, dan tabloid Parenting. Ada juga beberapa website atau blog pribadi yang membagikan hal-hal yang berkenaan dengan parenting dan keluarga, misalnya Rumah InspirasiParenting Ayah Edy, dan lain-lain. Jika informasi yang kita butuhkan tidak ada di media-media tersebut, kita bisa mencarinya dengan berbagai mesin pencari (search engine) seperti Google, Bing, Yahoo, dan lain-lain. Kita hanya perlu memasukkan beberapa kata kunci sesuai dengan kebutuhan kita, misalnya ‘potensi dan kecerdasan anak’, ‘penanganan anak autis’, ‘anak dan gadget’, ‘memilih bacaan anak’, dan sebagainya.


http://microsite.tabloid-nakita.com/newsletter/


[JALAN-JALAN] Liburan ala Aktivis


Di sela-sela kesibukan sebagai seorang aktivis, kadang kita tidak ada waktu untuk rehat sejenak bersama orang-orang terkasih. Apakah itu dengan orang tua, pasangan, anak atau bahkan sahabat. Berlibur adalah salah satu kegiatan menarik yang patut menjadi pertimbangan dalam mengisi waktu luang. Berlibur bukan sekedar tidak ‘bekerja’, tapi benar-benar memanfaatkan waktu dengan mengisi kesenangan dan berkumpul bersama. Mungkin ada yang sekedar jalan-jalan di sekitar kota atau ada juga yang sengaja merencanakan jauh-jauh hari sebelumnya untuk berlibur ke luar kota.


Kebanyakan bagi seorang aktivis, waktu libur dilakukan untuk menghilangkan kejenuhan dan refreshing dari aktivitas keseharian. Pilihan lokasi liburan menjadi salah satu pertimbangan utama. Ada yang memang pilihan sendiri, diskusi dengan pasangan atau bahkan memenuhi keinginan/minat anak.

Dari hasil wawancara dengan beberapa aktivis, tempat favorit mereka untuk berlibur adalah pergi ke alam terbuka atau daerah wisata alam seperti pegunungan, pantai, dan laut. Tujuannya pun beragam, mulai dari menikmati keindahan alam dan keagungan Tuhan, menikmati udara segar dan menenangkan jiwa. Menyaksikan keindahan alam yang ada dapat membuat kita merasakan kebesaran Tuhan dengan menyaksikan ciptaan-NYA.

Editorial Pro:aktif Online Edisi April 2015

Salam Inspiratif dan Transformatif!

Apa kabar? Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan sejahtera.

Setelah menyajikan tema tentang Ibu pada edisi sebelumnya, Pro:aktif Online memilih menu yang bertema “Peran Ayah Masa Kini” untuk edisi April 2015 kali ini.

Istilah ayah kerap diasosiasikan pada peran laki-laki sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Namun, peran ayah terus mengalami perubahan seiring perkembangan jaman. Kini semakin banyak ayah terlibat dalam pekerjaan domestik, termasuk mengasuh dan membesarkan anak-anaknya. Dalam Proaktif Online edisi April 2015 ini, kami akan mencoba membahas potret kehidupan ayah masa kini dan peran penting mereka bagi keluarga.

Apa saja peran ideal yang diharapkan dari para ayah dan tantangan-tantangan apa yang mereka hadapi dengan kondisi-kondisi mereka yang unik? David Ardes Setiady yang berkolaborasi dengan Navita Kristi mencoba menggambarkan peran ayah masa kini di dalam keluarga. Mari kita simak hasil kerja sama mereka dalam rubrik Masalah Kita.

[PROFIL] Ayah ASI Bandung


Sumber gambar: https://roisz.wordpress.com/2014/01/25
dua-tahun-aab/
“Meningkatkan kesadaran akan peran ayah melalui cara ayah.” Itulah yang dilakukan Idzma Mahayattika dan teman-teman melalui gerakan Ayah ASI Bandung. Dengan adanya gerakan ini, diharapkan akan semakin banyak ayah yang peduli dan mau terlibat dalam pengasuhan anak-anaknya.

Idzma, co-founder Ayah ASI Bandung, lebih suka menyebut gerakan ini sebagai Komunitas Ayah ASI Bandung. Meskipun Ayah ASI Bandung muncul setelah adanya gerakan ID Ayah ASI, namun menurut Idzma, bentuknya berbeda. “Kalau ID Ayah ASI menyatakan diri sebagai social media movement, sedangkan Ayah ASI Bandung bentuknya lebih cocok disebut komunitas. Juga, karena Bandung itu kota komunitas, maka kampanye Ayah ASI Bandung lebih mudah dengan cara menggandeng komunitas-komunitas yang melibatkan para ayah. Jadi kerjasama antar komunitas,” jelas Idzma.

Komunitas Ayah ASI Bandung menempatkan diri sebagai teman ngobrol pada ayah. Yang dikampanyekan sebenarnya isu parenting, namun penyampaiannya dikemas dengan mengikuti gaya ayah. “Ayah itu tidak suka diceramahi, lebih suka ngopi, bersepeda, kegiatan yang cowok banget lah,” kata ayah dari tiga anak ini. Berbekal pemahaman akan kebiasaan dan perasaan para ayah inilah, kampanye Ayah ASI Bandung dijalankan dengan pendekatan yang berbeda dengan seminar-seminar parenting yang biasa digelar. Ayah ASI Bandung memanfaatkan momen-momen santai para ayah untuk menyelipkan isu-isu tentang pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak.  Selama ini, cara yang umumnya dilakukan untuk mengampanyekan parenting kepada para ayah dinilai Idzma jauh dari efektif. Jumlah ayah yang dengan sukarela mau hadir dalam acara-acara parenting jumlahnya sedikit sekali. Mengapa demikian? “Dalam banyak acara parenting, yang membawakan kebanyakan perempuan, lalu ayah yang hadir ditunjuk-tunjuk, ayah harusnya dukung ibu, ayah harus begini, harus begitu. Ayah jadi malas untuk ikut lagi. Ayah merasa dituntut, dan mereka tidak suka,” jelas Idzma.

Padahal, peran ayah untuk mendukung ibu sejak kehamilan dan pasca melahirkan sangatlah penting. Dalam hal menyusui misalnya, tanpa peran dan dukungan ayah, keberhasilan ibu menyusui hanya sekitar 26%. Sedangkan, dengan keterlibatan ayah, keberhasilan ibu menyusui dapat meningkat hingga 98%. “Masa-masa awal ibu menyusui adalah masa yang berat untuk ibu. Masalahnya banyak. ASI tidak keluar, payudara membengkak dan luka, jam tidur yang tidak teratur, banyaklah. Pada masa-masa seperti ini, tanpa dukungan dari Ayah, peluang susu formula masuk besar sekali. Seorang ibu secara alamiah ingin memenuhi kebutuhan bayinya. Pada saat ia kelelahan, dan ASI yang keluar sedikit, ibu tidak bisa lagi berpikir panjang dan jernih. Maka memilih susu formula jadi solusi jangka pendek. Lain halnya jika ayah terlibat. Sebagai orang yang mendampingi ibu, ayah bisa berlaku lebih tenang dan berpikir lebih panjang,” kata Idzma. Hal kedua yang ingin disasar Ayah ASI Bandung adalah keberlanjutan dari keterlibatan ayah dalam mengasuh anak. Jika sejak kelahiran anak, ayah sudah terlibat, maka ayah akan melanjutkan keikutsertaannya mengasuh anak. “Sudah terlibat selama dua tahun di awal, masa tidak berlanjut?" tambah Idzma.

Dari aktivitas twitter @AyahASI_Bandung, terlihat bahwa selain mengampanyekan pentingnya peran ayah, Ayah ASI Bandung juga menyediakan diri sebagai wadah para ayah untuk eksis – menunjukkan kebanggaannya bermain bersama anak dengan mengunggah foto di twitter, - wadah berkegiatan dan kumpul bersama para ayah, hingga menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar parenting.  Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para ayah, dianggap Idzma sebagai salah satu keberhasilan kampanye Ayah ASI Bandung. “Dulu, hanya ibu-ibu yang sering bertanya seputar hal pengasuhan anak. Sekarang para ayah mulai bertanya-tanya. Para ayah menemukan wadah yang nyaman untuk berbagi dan bertanya. Karena sesungguhnya mereka juga ingin tahu, tapi selama ini tidak tahu mau membahas dengan siapa.  Ya, kegiatannya tetap ngopi-ngopi, jalan dengan Land Rover mereka misalnya. Gaya  obrolannya tetap khas para laki-laki.  Tapi kalau saya dan teman-teman Ayah ASI sudah ngobrol tentang parenting, paling tidak sedikit-sedikit mereka juga dengarlah. Lalu mulai ikut mengobrol dan bertanya.”

[PIKIR] Ayah, Mari Mengasuh...

Oleh: Yully Purwanti


Di banyak kota besar di Indonesia, salah satu indikator kemapanan ekonomi keluarga, bisa terlihat dari semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor. Baik yang roda dua, maupun roda empat. Dengan semakin banyak kemudahan untuk memiliki kendaraan yang menunjang mobilitas ini, sementara perluasan, apalagi penambahan ruas jalan tidak berjalan seiring peningkatannya, maka tak heran jika jalanan pun jadi semakin padat alias macet.  

Dampaknya? Jelas, semakin lama waktu tempuh menuju tempat beraktivitas, termasuk perjalanan saat kembali pulang ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga. Sahabat pembaca, begitu besar tantangan para petarung jalanan, khususnya mereka yang tinggal di perbatasan kota,  untuk beraktivitas di tengah kota.

[MASALAH KITA] – Peran Ayah Dalam Keluarga Masa Kini


Pengantar


Foto: dokumen pribadi Navita
Peran seorang ayah kerap diasosiasikan dengan peran sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah yang harus berada di luar rumah. Selain itu, sosok ayah yang dingin dan kurang dekat dengan anak-anaknya kerap menjadi pemandangan umum dalam keluarga di Indonesia. Namun, seiring dengan perkembangan jaman dan dinamika sosial masyarakat, peran ayah dalam keluarga sedikit demi sedikit mulai bergeser. Desakan finansial sedikit banyak telah menempatkan ayah dan ibu sebagai pencari nafkah untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan keluarga. Pada situasi yang lain, seorang ayah tidak lagi harus mencari nafkah dengan berada di luar rumah, bekerja bisa dilakukan dari dalam rumah, maka di sini ayah bisa turut berperan dalam mengerjakan tugas rumah tangga “yang biasanya” dikerjakan oleh para ibu. Secara umum, para ayah semakin banyak terlibat dalam pekerjaan domestik yang biasanya hanya dikerjakan oleh para ibu, seperti mengasuh dan mendidik anak.

[OPINI] Ayah: Bukan Sekadar Pencari Nafkah, Tapi Pengemban Amanah.


Zaman terus berganti dari waktu ke waktu. Mulai dari era pra sejarah, postmodernisme, era revolusi industri bahkan hingga saat ini. Banyak perubahan yang terjadi, mulai dari perubahan tata pemerintahan, sistem sosial, dan lain sebagainya. Namun demikian ternyata ada satu yang tidak pernah berubah: sosok ayah dalam keluarga.

Dahulu laki laki dikenal hanya sebagai orang yang bertanggung jawab atas nafkah keluarga. Pekerjaannya adalah berburu, mencarikan makanan untuk keluarga. Urusan meramu makanan dan merawat keluarga adalah urusan para kaum wanita. Termasuk mendidik anak.

Tapi tampaknya paradigma tersebut mulai berubah, meskipun baru perlahan-lahan. Maraknya tindak kejahatan, kekerasan pada remaja, pelecehan seksual, narkoba dan berbagai bentuk tindak kriminalitas lainnya menuntut para orangtua bertindak lebih hati-hati dalam mendidik anak. Peran ibu saja kini tak cukup untuk mengawal tumbuh kembang anak.

[TIPS] Menjadi Ayah Yang Dibanggakan Oleh Anak


Ayah adalah salah satu sosok yang dibanggakan oleh anak. Peran ayah dan ibu bisa disejajarkan dalam beberapa hal, misalnya berbagi peran dalam hal pengasuhan anak, mengerjakan pekerjaan domestik, dan sebagainya. Sebagian besar anak menganggap ayah itu adalah seorang pemimpin keluarga, pahlawan dan menjadi kebanggaan anaknya.  Sosok yang disegani selain ibu tentunya. Dari seorang ayah, anak pun bisa belajar banyak hal tentang kehidupan, bercerita dengan bebas tentang cita-cita dan harapannya.

[MEDIA] The Pursuit of Happyness - Kehadiran Seorang Ayah

Perjuangan Hidup
Chris Gardner adalah seorang bapak yang memiliki seorang anak, mereka tinggal di San Fransisco, USA. Sehari-hari, Chris berprofesi sebagai penjual alat kesehatan. Isteri Chris, Linda, bekerja sebagai pelayan di sebuah hotel. Kehidupan keluarga ini cukup sederhana. Mereka tinggal di sebuah rumah sewaan bersama anak laki-laki mereka, Christopher.

Sumber gambar: https://cronk3rdhoureng12.wikispaces.com/Pursuit+of+Happyness
Chris menjual portable bone-density scanners atau alat pemindai kerapatan tulang. Alat tersebut memberikan hasil yang sedikit lebih baik daripada x-ray scanners, tetapi harganya lebih mahal dua kali lipat. Penjualan alat ini tidak selalu berjalan mulus karena harganya yang mahal. Selain itu, banyak rumah sakit dan dokter merasa tidak memerlukan alat seperti itu.

[JALAN-JALAN] Kelompok Dukungan Untuk Ayah


Ketika diminta menulis rubrik jalan-jalan dengan tema ayah, saya agak kesulitan menemukan tempat mana yang sebaiknya dituliskan. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan di dunia maya, dan menemukan beberapa situs yang mungkin menarik untuk dijelajahi/dieksplorasi untuk memahami inisiatif-inisiatif yang telah dilakukan di belahan dunia yang lain terkait dengan peran ayah. Saya menemukan dua organisasi di Amerika yang berfokus pada “ayah” sebagai agen perubahan, yaitu National Fatherhood Initiative dan Father Support Center, St. Louis. Berikut ini adalah hasil liputannya.

National Fatherhood Initiative (http://www.fatherhood.org/)
Sejak awal tahun 90-an, banyak riset di Amerika yang menunjukkan ketiadaan ayah di dalam rumah telah berakibat negatif terhadap perkembangan anak. Saat itu, kenyataan ini belum banyak menjadi sorotan dan sedikit sekali pihak yang bekerja untuk isu ini. Kebanyakan program-program penguatan keluarga berfokus pada ibu dan anak. Padahal ayah juga memiliki peran yang sangat penting di dalam keluarga.

Organisasi ini didirikan oleh tim yang terdiri dari 20 orang ahli ilmu sosial yang berkumpul untuk membahas strategi nasional untuk mengubah realitas ketiadaan ayah di dalam keluarga. Organisasi ini berada di Maryland, tepatnya di 20410 Observation Drive, Suite 107, Germantown, MD 20876. 

National Fatherhood Initiative