EDITORIAL Pro:aktif Online, Edisi Desember 2014

Salam inspiratif dan transformatif!

Di penghujung tahun 2014 ini, Pro:aktif Online hadir dengan mengusung tema “Peran Ibu Masa Kini.”
Istilah ibu kerap diasosiasikan pada peran wanita dalam ranah domestik, yaitu rumah tangga. Ibu, sebagai pengurus rumah tangga, sekaligus berperan sebagai istri suaminya dan melahirkan serta membesarkan anak-anak. Namun, peran ibu terus mengalami perubahan seiring perkembangan jaman. Kini semakin banyak ibu berkarya di luar rumah, sekaligus mengasuh dan membesarkan anak-anaknya. Potret kehidupan ibu masa kini, menjadi pembahasan dalam edisi Desember Pro:aktif Online, terkait dengan peringatan hari Ibu, tanggal 22 Desember 2014.
Kesempatan bagi perempuan Indonesia masa kini untuk mendapatkan hak-hak mereka tidak terlepas dari perjuangan para Srikandi Indonesia pada masa lampau. Keberanian dan kegigihan para pejuang perempuan ini untuk mengangkat harkat perempuan dan memperjuangkan kemerdekaannya membuahkan hasil yang tidak sedikit. Tetapi perjuangan mereka belumlah selesai. Sampai hari ini perjuangan itu masih dilanjutkan oleh para Srikandi Indonesia modern, meskipun dalam bentuk dan situasi yang berbeda. Sosok para tokoh pejuang wanita sebelum dan sesudah kemerdekaan, dan pergerakan-pergerakan mereka akan diulas oleh Melly Amalia dalam rubrik Profil.

[PROFIL] Srikandi Nusantara : Perjuangan yang Tak Pernah Padam


Dari masa perjuangan sebelum Proklamasi sampai mencapai kondisi seperti sekarang, Indonesia tidak akan bisa besar tanpa adanya uluran tangan para Srikandi Nusantara. Dengan gigih mereka berjuang, mengajak menggali harapan dan membangun perubahan demi kemajuan bangsa Indonesia. Tanpa pamrih, tanpa lelah, tanpa tanda jasa mereka terus berjuang dalam segala kondisi.Di masa sebelum proklamasi banyak tokoh-tokoh perempuan yang berjuang melawan penjajah. Lalu perlahan di masa orde lama peranan perempuan mulai dihargai dan mereka memperjuangkan hak-haknya untuk memperoleh pendidikan walaupun masih sangat terbatas. Kemudian di masa orde baru, mulai muncul kesetaraan bahwa perempuan punya hak untuk mengeluarkan pendapat dan pemikirannya. Di masa reformasi peranan perempuan  semakin dihargai dalam banyak hal. Perempuan juga bisa memegang jabatan atau posisi tertentu, punya banyak kesempatan dalam hal pendidikan, berpendapat, pemikiran bahkan berkarya.  Bentuk gerakan perubahan yang dilakukan oleh kaum perempuan ini setiap masa berbeda, ada yang melakukannya secara individu atau dalam satu wadah komunitas/organisasi.

Disini kita akan mengulas lebih dalam bagaimana para Srikandi Nusantara ini memulai gerakannya, apa yang melatarbelakangi perjuangannya, bagaimana cara mereka melakukan perjuangan dan perubahan apa saja yang telah mereka kontribusikan dari masa ke masa.

[PIKIR] Tantangan dan Peran Ibu Masa Kini



http://www.ajcebeats.com/maa/
Kita hidup di jaman modern. Modernitas sering dimaknai sebagai kemajuan dalam tatanan masyarakat saat ini. Masyarakat kita pun disebut masyarakat modern. Masyarakat seperti ini diidentikkan dengan masyarakat yang menguasai teknologi, memiliki gaya hidup yang serba cepat dan praktis, dengan tingginya tuntutan pemenuhan kebutuhan untuk menjawab modernitas itu. Semua ini membawa perubahan dan dampak dalam wajah keluarga jaman ini. Khususnya, peran ibu dan budaya pengasuhan serta pendidikan dalam keluarga.


Tantangan modernitas bagi ibu

Dulu ibu dikenal sebagai pelaku utama pekerjaan domestik atau wilayah kerumahtanggaan. Kini ia tidak lagi menjadi satu-satunya ruang yang ditempati ibu untuk keluarganya. Banyak pihak kini dapat mengambil peran domestik ini, misalnya ayah, anggota keluarga yang lain, atau bahkan asisten rumah tangga. Sebaliknya, juga makin banyak ibu mengambil pekerjaan ‘non-domestik’ – artinya pekerjaan di luar wilayah kerumahtanggaan, baik untuk mencari uang ataupun motif non-finansial (misalnya kerja sosial). Pekerjaan non-domestik ini bisa dikerjakan secara fisik di luar rumah, ataupun secara fisik tetap di dalam rumah.

[MASALAH KITA] Konflik Peran Ganda Ibu Aktivis

Oleh: Anastasia Levianti

Ibu aktivis menjalankan setidaknya dua peran, yakni peran domestik sebagai ibu dari anak-anaknya ataupun istri, dan peran sosial sebagai agen perubahan di masyarakat. Di samping idealisme yang intensif, kedua peran ini menuntut pemberian waktu, pikiran, perhatian, dan tindakan dari ibu. Ada kalanya, kedua peran menuntut pemberian yang sama banyaknya pada saat bersamaan, sehingga ibu mengalami konflik.
Saat menghadapi situasi konflik, ibu dihadapkan pada setidaknya 3 pilihan, yakni : (1) mendahulukan peran domestiknya, (2) mengutamakan peran sosialnya, atau (3) mencari cara untuk memadukan keduanya. Yang paling sering terjadi adalah ibu mengedepankan salah satu peran dan mengebelakangkan peran yang lain. Sebagai akibatnya, ibu merasa bersalah karena salah satu peran tidak ia jalankan secara optimal.

[OPINI] Merenungkan Peran dan Beban Ganda Perempuan

Oleh: Theresia Sri Endras Iswarini

http://mariapandu.files.wordpress.com/2011/02/peranganda200410-1.jpg
 Hari ini keponakan saya lahir.  Semua bahagia. Sebagaimana biasa, lahirnya anggota keluarga baru membawa aura kegembiraan tersendiri meski tugas dan tanggungjawab orangtua bertambah. Bangun tengah malam, mengganti popok jika pipis, memberi minum jika haus atau sekedar menidurkannya jika tiba-tiba si kecil bangun. Semua dilakukan dengan kesadaran bahwa ini adalah sebuah tanggungjawab atas apa yang telah dipilih. Menjadi orangtua. Tentu saja tugas menjadi orangtua tidak hanya tugas ibu melainkan juga sang ayah. Itu sebabnya jauh hari saya sudah mengatakan pada adik saya untuk berbagi tugas domestik karena sulit bagi sang ibu untuk melakukannya sendiri karena pada saat yang sama dia juga harus mendapatkan istirahat yang cukup mengingat tugas reproduksi yang tidak mudah. Sang ibu harus menyusui dan demi mendapatkan susu yang sehat dan berlimpah maka sang ibu harus mendapatkan istirahat yang cukup, relaks dan gizi yang cukup. 

[TIPS] Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga

Kenaikan harga bahan bakar minyak beberapa waktu ini membuat harga-harga semakin melambung. Hampir semua orang merasakan akibat dari kenaikan harga-harga itu. Para ibu rumah tangga berteriak, “Bagaimana kami bisa membeli bahan-bahan makanan yang semakin mahal?” Bapak-bapak mengeluh karena beban mereka semakin berat oleh kenaikan biaya hidup. Banyak anak yang terpaksa berhenti bersekolah karena keuangan orang tua mereka hanya cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Penambahan penghasilan yang tidak signifikan terhadap kenaikan harga membuat persoalan keluarga semakin bertambah rumit.
Sebagian orang berusaha untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar agar kebutuhan mereka bisa tercukupi. Mereka mencari pekerjaan tambahan atau membuat usaha bisnis untuk menaikkan pendapatan. Ada kalanya usaha mereka berhasil, tapi tidak sedikit pula yang gagal. Ketika usaha-usaha untuk memperbaiki situasi tersebut tidak berhasil, banyak orang yang marah dan mengutuk keadaan. Tidak sedikit keluarga yang cekcok dan pecah karena persoalan keuangan rumah tangga yang berlarut-larut. Bahkan ada orang-orang yang stres dan depresi karena tidak bisa mengatasi masalah keuangannya.

[MEDIA] Internet – Media Belajar Masa Kini


Mau coba resep baru, lihat internet. Mau tahu tips hidup sehat, lihat internet. Mau tahu cara bercocok tanam di lahan sempit, lihat internet. Mau cari barang yang berkualitas harga terjangkau, lihat internet. Mau tahu apa yang dilakukan kaum muda di belahan dunia yang lain, lihat internet. Mau tahu organisasi-organisasi mana yang bergerak di bidang apa, lihat internet. Mau tahu apa yang terjadi dengan kawan lama kita, cari informasinya di internet.

Dalam tahun-tahun terakhir, penggunaan internet makin populer di kalangan masyarakat. Berbeda dengan pada awal penerapannya yang terbatas pada fasilitas email, penggunaan internet di masa kini jauh lebih luas. Internet menjadi media yang sangat efektif untuk penelusuran informasi. Kita dapat berbagi dan mendapatkan informasi yang kita butuhkan dengan mudah, dalam waktu singkat dan biaya yang relatif murah.

www.google.co.id

Jika dapat memanfaatkannya, internet juga dapat menjadi media belajar yang luar biasa efektif. Pada dasarnya belajar adalah proses mengakses informasi dan memasukkannya dalam otak. Belajar dapat dilakukan lewat media apa saja, termasuk internet. Dengan internet, kita dapat menelusuri informasi dengan cepat dan mudah. Sejauh ada koneksi, kita bisa terhubung dengan ilmu pengetahuan dari seluruh penjuru dunia yang juga terhubung di internet.

[MEDIA] Memperjuangkan Kebenaran : Kisah di Balik Pembuatan Film “Temani Aku Bunda”

Oleh: Dhitta PutiSarasvati (Associate KAIL)

Di bulan Mei tahun 2011, Abrar harus mengikuti sebuah hajatan besar yang diselenggarakan oleh orang dewasa. Selain Abrar, ada hampir lima juta anak lainnya, siswa-siswa SD kelas 6 (Kemendikbud, 2011/2012) yang harus mengikuti hajatan yang sama. Hajatan tersebut bernama Ujian Nasional (UN).

Untuk menghadapi UN, anak menjadi semakin sibuk. Jam belajar mereka di sekolah bertambah. Sesekali mereka menginap di sekolah untuk  melakukan istighosah, shalat malam, dan berdoa bersama menghadapi UN. Tak jarang mereka juga mengikuti bimbingan test.  Bermaknakah kegiatan-kegiatan tersebut? Tidak juga.

Jam belajar anak ditambahkan tapi yang dipelajari hanya latihan soal, biasanya berupa pilihan ganda. Anak bukan didorong untuk belajar mengobservasi alam, mencari data dari sekitar, membuat penelitian, membuat karya seni, membaca karya sastra bermutu ataupun menulis karya sendiri.  Kegiatan istighosah yang dilakukan sebelum menghadapi UN seakan-akan melihat UN sebagai sesuatu yang sakral. Siswa dilelahkan dengan kegiatan bimbingan test sehingga tak sempat lagi menjaga kebugaran tubuh dengan berolah raga, mengasah jiwa dengan kegiatan kesenian, maupun terjun ke masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan sosial. Penalaran pun tak diasah karena siswa hanya sibuk mengerjakan soal-soal yang menguji kemampuan berpikir tingkat rendah seperti hapalan.

[JALAN-JALAN] Mengunjungi Pengrajin Kreasi Perca Dampingan Dwaya Manikam


Foto: dokumentasi Penulis



Pada suatu Jumat siang yang agak mendung di Kota Bandung, saya menaiki angkutan umum dari Jalan Supratman ke arah Jalan Ahmad Yani. Di Jalan Ahmad Yani, saya lalu berganti angkutan yang menuju ke daerah Cicadas. Saya turun di depan sebuah jalan kecil, Jalan Asep Berlian. Saya masuk ke jalan tersebut, dan sesuai petunjuk pesan di telepon seluler saya, saya menuju ke satu alamat: Gang Proklamasi Nomor 3.
Alamat tujuan membawa saya ke sebuah bangunan sederhana serba hijau. Hanya ada satu ruangan seluas sekitar 5 x 6 meter dengan teras kecil, mirip kantor RW atau posyandu. Saya longok ke dalam, ada dua orang ibu yang sedang berdiskusi. Segera saya mengucapkan salam, lalu masuk. Saya lalu berkenalan dengan keduanya: Bu Ani dan Bu Nani.