Oleh: Agustein Okamita
Kenaikan harga bahan bakar minyak beberapa waktu ini membuat harga-harga
semakin melambung. Hampir semua orang merasakan akibat dari kenaikan
harga-harga itu. Para ibu rumah tangga berteriak, “Bagaimana kami bisa membeli bahan-bahan
makanan yang semakin mahal?” Bapak-bapak mengeluh karena beban mereka semakin
berat oleh kenaikan biaya hidup. Banyak anak yang terpaksa berhenti bersekolah
karena keuangan orang tua mereka hanya cukup untuk membeli kebutuhan
sehari-hari. Penambahan penghasilan yang
tidak signifikan terhadap kenaikan harga membuat persoalan keluarga semakin
bertambah rumit.
Sebagian orang berusaha untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih besar agar kebutuhan mereka bisa tercukupi. Mereka
mencari pekerjaan tambahan atau membuat usaha bisnis untuk menaikkan
pendapatan. Ada kalanya usaha mereka berhasil, tapi tidak sedikit pula yang
gagal. Ketika usaha-usaha untuk memperbaiki situasi tersebut tidak berhasil, banyak
orang yang marah dan mengutuk keadaan. Tidak sedikit keluarga yang cekcok dan
pecah karena persoalan keuangan rumah tangga yang berlarut-larut. Bahkan ada
orang-orang yang stres dan depresi karena tidak bisa mengatasi masalah
keuangannya.
Solusi lain untuk mengatasi persoalan
keuangan adalah dengan melakukan pengelolaan keuangan. Uang yang ada dikelola atau
diatur pengeluarannya, sehingga diharapkan dapat mencukupi semua kebutuhan
hidup. Tidak tertutup kemungkinan bahwa dengan pengaturan yang benar akan ada
kelebihan uang yang bisa ditabung atau dijadikan modal kerja.
Peran
Ibu dalam Pengelolaan Keuangan
Peran ibu-ibu dalam pengelolaan keuangan
keluarga sangat signifikan. Memang ada sebagian suami-isteri yang menyepakati
bahwa keuangan keluarga mereka diatur oleh ayah, dan ada juga yang sepakat
untuk masing-masing pihak mengelola keuangan sendiri. Akan tetapi, sebagian
besar keluarga biasanya menyerahkan pengaturan keuangan kepada ibu.
Pengelolaan keuangan merupakan salah
satu kecakapan yang perlu dikuasai oleh para ibu agar kelangsungan hidup
keluarga mereka dapat terus berjalan. Meskipun demikian, sebagian besar ibu
tidak secara khusus mendapat bekal keterampilan untuk mengatur keuangan
keluarga, mereka mungkin belajar dari pengalaman orang tua atau teman-teman
mereka. Sebagian di antara mereka belajar secara otodidak dengan trial and error setelah berumah tangga
beberapa waktu lamanya. Hanya sebagian kecil yang secara khusus mempelajari
keterampilan pengelolaan keuangan rumah tangga.
Sebelum berkeluarga saya tidak menganggap
pengelolaan keuangan sebagai suatu hal yang mendesak untuk dilakukan. Keuangan
saya terlihat baik-baik saja, saya tidak pernah merasa kurang, dan saya masih
bisa membeli barang-barang yang saya inginkan. Setelah berkeluarga dan memiliki
anak-anak saya baru merasakan perlunya pengelolaan keuangan.
Tips-tips
dalam Mengelola Keuangan
Ada banyak tips yang pernah saya dapatkan
tentang pengelolaan keuangan keluarga, baik dari seminar-seminar, internet,
maupun dari teman-teman yang berbagi tentang pengaturan keuangan. Mungkin kita
sudah pernah mendengar atau mempraktekkan sebagian dari tips-tips tersebut. Beberapa tips yang
bisa dicoba untuk dipraktekkan adalah sebagai berikut:
1.
Catat dan evaluasi
pengeluaran setiap hari selama satu bulan terakhir
Mungkin
kita tidak menyadari bahwa selama ini kita sudah menggunakan sebagian besar
uang untuk memuaskan keinginan ketimbang memenuhi kebutuhan. Untuk itu kita
perlu mengevaluasi berapa banyak uang yang kita belanjakan untuk memenuhi
kebutuhan dan berapa banyak yang kita gunakan untuk memuaskan keinginan kita.
Hal
ini bisa kita lakukan dengan mencatat secara rinci semua pengeluaran setiap
hari selama sebulan dalam sebuah buku atau catatan digital. Pada bagian kanan catatan
bisa ditambahkan kolom bertuliskan “kebutuhan/keinginan”. Setelah semua
pengeluaran selesai dicatat, jumlahkan semua pengeluaran yang bersifat
kebutuhan dan pengeluaran yang bersifat keinginan secara terpisah. Periksalah
hal-hal apa saja yang merupakan keinginan, dan berapa pengeluaran kita untuk hal
itu. Lakukan tindakan yang sama untuk barang-barang/hal-hal yang bersifat
kebutuhan. Tuliskan kesimpulan dari pengeluaran tersebut di akhir catatan
pengeluaran bulan itu.
Contoh Tabel Catatan Pengeluaran Keuangan |
- a. Jenis pengeluaran yang bisa dihilangkan, misalnya: rokok
- b. Jenis pengeluaran yang bisa dikurangi, misalnya: makan/minum di kafe
- c. Jenis pengeluaran yang bisa diganti dengan alternatif lain, misalnya: minuman soda diganti dengan air putih
Lakukan
catatan itu untuk pengeluaran yang bersifat keinginan maupun yang bersifat
kebutuhan. Anda bisa menambahkan komentar/catatan
di bawah bagian tersebut dengan tulisan “Dengan menghilangkan atau mengurangi
pengeluaran ini aku bisa menghemat sebesar Rp …. / bulan atau Rp …. / tahun.”
2.
Usahakan dan pertahankan
kualitas hidup yang baik
Kualitas
hidup yang baik merupakan impian setiap orang. Hal itu bisa saja berupa kesehatan
jasmani dan rohani, pendidikan yang cukup, kebahagiaan keluarga, dan lain-lain.
Ketika
mulai bekerja dan punya penghasilan sendiri, saya mulai membeli pakaian,
sepatu, pembersih, dan lain-lain, yang bermerek tertentu dan harganya lebih
mahal daripada yang biasa saya beli. Saya mulai sering makan di luar, dan lebih
memilih daging untuk lauk pauk daripada tahu, tempe, dan sayuran. Saya berpikir
dengan melakukan semua itu maka kualitas hidup saya akan lebih baik.
Sebenarnya
kita dapat mencapai kualitas hidup yang baik tanpa harus mengeluarkan uang
berlebih. Misalnya dalam hal makanan, mungkin sekali-sekali kita boleh makan
daging, tetapi dengan mengonsumsi tahu dan tempe kita tetap bisa mendapatkan
asupan protein yang cukup dengan harga murah. Jika memasak makanan di rumah,
kita mungkin bisa melibatkan anggota keluarga yang lain untuk ikut ambil
bagian. Kegiatan memasak bersama dapat memperkuat ikatan emosional antar
anggota keluarga, yang berarti juga meningkatkan kualitas hidup. Kita bisa
mencari cara-cara yang lebih kreatif dalam melakukan kegiatan lainnya dengan
meminimalkan keterlibatan uang di dalamnya.
Gambar 2. Memasak bersama, mempererat ikatan emosi anggota keluarga foto: dokumen penulis |
Di
sisi lain, penghematan juga tidak berarti kita harus menurunkan kualitas hidup
kita. Jika dengan tujuan berhemat akhirnya kita hanya mengonsumsi mi instan
setiap hari, tentu saja hal itu tidak akan membuat kualitas hidup kita lebih baik.
Makanan seperti mi instan biasanya dibubuhi pengawet agar tahan lebih lama dan tidak
cepat membusuk dalam penyimpanan. Pengawet dan zat aditif berbahaya yang ada
dalam makanan berkemasan justru akan mengganggu kesehatan kita. Pada akhirnya bukan
hanya kualitas hidup kita yang akan menurun, kita juga akan mengeluarkan lebih
banyak biaya untuk pengobatan jika kita jatuh sakit.
3.
Lakukan perencanaan keuangan
jangka panjang
Perencanaan keuangan jangka pendek mencakup perencanaan untuk sebulan atau
beberapa bulan ke depan, misalnya biaya sekolah anak setiap bulan atau semester.
Perencanaan jangka panjang bisa berupa tabungan untuk membeli rumah atau
kendaraan, tabungan pensiun, tabungan untuk biaya kuliah anak, asuransi kesehatan/jiwa,
dan lain-lain. Jika pemasukan kita berasal
dari penghasilan yang diterima sebulan sekali, kita bisa merencanakan berapa
uang yang akan kita sisihkan setiap bulan. Jika sesekali kita mendapatkan uang
berlebih, sebaiknya kita sisihkan sebagian besar uang tersebut untuk menambah
jumlah tabungan kita.
Kita juga bisa menabung atau berinvestasi dalam bentuk surat
berharga/saham, tanah, emas, dan lain-lain, yang dapat dijual kembali pada saat
kita membutuhkan. Pilihlah investasi yang memiliki nilai jual cenderung
meningkat pada masa yang akan datang.
Perencanaan seperti ini membutuhkan tekad dan disiplin. No pain no gain bisa menjadi prinsip
kita. Kita mungkin harus sangat berhemat dan membatasi pengeluaran-pengeluaran lain
yang kurang penting.
4.
Berbagi dengan
yang lain
Jika
kita bisa mengurangi pengeluaran untuk hal-hal yang tidak merupakan kebutuhan,
ada kemungkinan kita bisa menabung dalam jumlah tertentu. Bagaimana jika kita
mengalokasikan sebagian dari uang itu untuk membantu orang lain?
Ada
beberapa teman yang mengalokasikan sebagian penghasilannya untuk membangun
organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam peningkatan kualitas orang-orang muda dan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Ada juga teman lain yang membantu yayasan
sosial yang melayani anak-anak di daerah-daerah pedalaman. Sebenarnya yang
menjadi persoalan bukan berapa besar bantuan yang kita berikan, tetapi dengan pemberian
itu kita belajar tentang kepedulian sosial dan berempati terhadap masalah orang
lain.
5.
Belajar untuk merasa cukup
Menurut definisi www.thefreedictionary.com, rasa cukup (contentment) adalah rasa puas dan bahagia dengan apa yang ada. Rasa
cukup bukanlah perasaan yang kita dapatkan ketika semua kebutuhan kita sudah
terpenuhi. Ketika semua sudah kita dapatkan, bisa saja kita masih merasa
kekurangan dan tidak pernah puas.
Banyak di antara kita yang merasa kuatir akan kekurangan, meskipun
sebenarnya semua kebutuhan kita sudah tercukupi. Akhirnya kita berusaha untuk
bekerja lebih keras agar uang terus mengalir ke dalam pundi-pundi kita. Mungkin itu membuat kita mendapatkan
lebih banyak uang, tetapi seringkali mengorbankan banyak hal yang lebih
berharga, seperti waktu untuk keluarga, kesehatan fisik maupun mental, atau
kesempatan untuk menikmati semua yang sudah dikaruniakan kepada kita. Perasaan
tidak cukup inilah yang membuat kita selalu kuatir dan tidak bahagia.
Hal lain yang berkaitan dengan rasa cukup adalah pilihan gaya
hidup. Kita bisa memilih untuk hidup sederhana atau ikut dalam arus trend sekarang. Ada beberapa orang yang memilih
berpenampilan sederhana
dan tidak berlebihan. Mereka tidak memaksakan diri untuk membeli barang-barang
mewah atau gadget terbaru jika tidak dibutuhkan, meskipun sebenarnya mampu untuk
membelinya. Ada
keluarga
yang mengambil
langkah yang kurang populer seperti mendidik sendiri anak-anaknya di rumah (homeschooling) atau
menyekolahkannya di sekolah yang biasa-biasa saja, sementara keluarga yang lain
berlomba-lomba memasukkan anak-anaknya ke sekolah yang bergengsi dan mahal. Beberapa ibu memilih memasak makanan di rumah dan mengonsumsi
makanan yang sederhana tetapi lengkap kebutuhan gizinya daripada makan di luar
yang belum tentu terjamin kebersihan apalagi kandungan nutrisinya.
Rasa cukup terkait dengan rasa syukur. Ketika kita bisa
mengucap syukur dengan apa yang ada, kita akan merasa bahagia dengan apa yang
ada. Kebahagiaan
kita
tidak ditentukan oleh banyaknya uang atau harta yang kita miliki, tetapi karena
kita bisa menikmati semua yang dianugerahkan kepada kita.
Penutup
Sebagaimana keterampilan-keterampilan
lainnya, kemampuan dalam pengelolaan uang sangat menolong para ibu untuk
mendukung kelangsungan hidup keluarganya. Kecakapan dalam mengatur keuangan
sangat membantu dalam perencanaan kehidupan keluarga jangka pendek maupun
jangka panjang, bahkan menghindarkan keluarga dari berbagai masalah yang
berhubungan dengan uang.
Ada orang yang berpenghasilan tidak
besar, tetapi karena mampu mengatur keuangan dan mengelola hidupnya dengan
baik, mereka dapat hidup dengan kecukupan. Beberapa orang bisa menabung untuk
meraih impian dan cita-cita, bahkan melakukan sesuatu yang memberi manfaat bagi
orang lain. Di pihak lain, ada juga orang-orang yang berpenghasilan besar dan
terlihat mewah kehidupannya, tetapi akhirnya jatuh miskin atau tidak bisa
menikmati harta kekayaannya, karena tidak mengatur keuangan dengan serius.
Saya sendiri juga mengalami bahwa mengelola
keuangan bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Mengikuti pelatihan dan
seminar tentang pengelolaan keuangan belum cukup jika kita tidak
mempraktekkannya. Dalam praktek pasti ada trial
dan error, dan ada situasi di mana
kita merasa gagal atau tidak mampu mengelola uang dengan benar. Akan tetapi
ketika kita sudah semakin terlatih dan melakukannya secara disiplin, kita akan
mendapatkan manfaat yang tidak sedikit.
No comments:
Post a Comment
Silakan berikan tanggapan di sini