Editorial Proaktif Online Edisi April 2016

Pada Pro:aktif Online edisi Desember 2015, KAIL mengangkat topik tentang kesehatan mental. Salah satu cara membangun dan menjaga kesehatan mental kita adalah dengan mengurangi stres. Berbagai tulisan di internet mengatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi stres adalah melakukan hobi atau aktivitas yang menyenangkan sesuai minat. Penelitian berjudul Real-Time Associations Between Engaging in Leisure and Daily Health and Well-Being yang dilakukan Zawadzki, dkk. (2015), menunjukkan hasil bahwa subjek penelitian yang secara rutin melakukan aktivitas rekreasi menyatakan bahwa mereka memiliki mood yang lebih baik, semangat yang lebih tinggi, dan tingkat stres yang lebih rendah. Aktivitas rekreasi dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai aktivitas khusus yang dipilih sendiri (self-selected) dan memberikan kepuasan sendiri (self-rewarding) yang dilakukan di luar jam kerja.

Pro:aktif Online edisi April 2016 mengangkat tema Hobi dari sudut pandang aktivisme. Disandingkan dengan pekerjaan aktivis yang biasanya merupakan kerja-kerja panjang yang membutuhkan pemikiran dan kerja keras dan membuat perubahan, maka hobi bisa dianggap sebagai kegiatan mengisi kembali baterai energi. Karena itu, pemilihan hobi yang sesuai perlu dipertimbangkan. Di Rubrik Tips, penulis menyampaikan beberapa tips pertimbangan memilih hobi yang sesuai dengan diri kita.

Ketika telah memiliki hobi yang sesuai dengan diri kita pun, ternyata masih ada kendala ketika menjalankan hobi. Rubrik Masalah Kita mencoba mengulas kendala-kendala yang dihadapi aktivis berkaitan dengan kegiatan menjalankan hobi mereka serta bagaimana cara para aktivis menyiasati kendala-kendala yang mereka hadapi.

Sementara itu, penulis di Rubrik Opini mengajak kita menempatkan hobi sebagai kegiatan yang membebaskan sehingga dapat menjadi nutrisi bagi jiwa raga. Jangan sampai kegiatan hobi yang seharusnya melegakan berubah menjadi seperti beban.

Dalam Rubrik Pikir, penulis mengajak pembaca untuk melihat hobi lebih jauh dari sekadar kegiatan pengisi waktu luang dan rekreatif. Kegiatan-kegiatan aktivisme yang dilakukan dengan semangat hobi bisa jadi lebih berdaya mendorong perubahan. Hal ini sejalan dengan aktivitas gerakan yang dilakukan sosok Profil kita kali ini, di mana aktivitas hobi dalam hidupnya menjadi jembatan untuk berbagi dan bergerak menggiatkan terjadinya perubahan.

Bagi para pembaca yang membutuhkan informasi tentang tempat mengeksplorasi, menyalurkan dan mengembangkan hobi di Bandung, silahkan membaca ulasan di Rubrik Jalan-Jalan. Demikian juga jika Anda tertarik untuk mencari hobi baru dan mengembangkan hobi Anda, silahkan menengok Rubrik Media, yang menyajikan informasi tentang laman-laman hobi di dunia maya.

Mulai edisi April 2016 ini, ada rubrik baru di majalah Pro:Aktif Online, yaitu Rubrik tentang Rumah KAIL. Rubrik Rumah KAIL akan berbagi tentang berbagai hal yang diterapkan di Rumah KAIL sebagai upaya mendukung hidup berkelanjutan. Pada edisi kali ini, Koordinator Rumah KAIL berbagi tentang sistem penanganan sampah yang dijalankan di Rumah KAIL.

Selamat membaca. Semoga hobi membuat Anda lebih banyak berkarya.

[PROFIL] Merawat Hobi, Merawat Hidup

Oleh: Deta Ratna Kristanti 

Apa aktivitas yang Anda bayangkan akan Anda lakukan saat Anda mencapai usia 60 tahun? Atau saat Anda sudah pensiun dari pekerjaan Anda saat ini?

Foto Ibu Susen - dengan talas raksasa di Tahura
Sambil membayangkan, penulis mengajak Anda menemui sosok seorang ibu berusia 61 tahun yang masih aktif berkegiatan di berbagai tempat. Ibu Susann Suryanto, biasa dipanggil Ibu Susen, dulu berprofesi sebagai Dosen di Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran hingga pensiun 8 tahun yang lalu. Ibu Susen juga merupakan pendiri Perhimpunan Insan Kreatif dan Pecinta Lingkungan (PIKPL) Semanggi, sebuah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Saat ini, ibu Susen aktif sebagai penasehat di Perkumpulan Pecinta Tanaman di Kotamadya Bandung, Ketua 1 di Ikatan Perangkai Bunga cabang Jawa Barat serta beberapa kegiatan lainnya. Aktivitas lain yang sedang dikerjakan Ibu Susen saat ini adalah menyusun Buku 101 Pesona Pohon di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda Bandung, berdasarkan penelusuran/ identifikasi terhadap 112 tanaman di Tahura yang dilakukannya pada tahun 2013. Ibu yang selalu antusias bercerita ini juga memproduksi beberapa makanan tanpa monosodium glutamat (MSG), pengawet, pemanis dan perasa buatan. Ibu Susen memproduksi makanan sehat setelah di’curhat’i beberapa kawannya yang kesulitan menemukan makanan sehat saat makan di luar rumah. Ibu Susen lalu berkesimpulan bahwa kalau ingin aman makan makanan sehat berarti makanannya perlu diproduksi sendiri. Maka kemudian Ibu Susen memutuskan untuk membuat makanan sehat.

[PIKIR] Ketika Menjadi Aktivis Adalah Hobi

Oleh: Tarlen Handayani 

Memasak: salah satu jenis hobi
Hobi seperti apakah yang cocok untuk para aktivis? Pertanyaan ini muncul ketika saya diminta menulis soal hobi untuk para aktivis untuk laman ini. Saya kira, siapa pun, dari latar belakang apapun, baik aktivis maupun bukan, bisa bebas memilih hobi untuk dijalaninya. Karena hobi adalah pilihan bebas. Ia menjadi aktivitas yang dikerjakan dengan senang hati di waktu luang. Apapun bentuk kegiatannya, selama aktivitas itu bisa memberikan kesenangan bisa disebut hobi.

Sebelum membicarakan bagaimanakah hobi untuk para aktivis ini, saya akan terlebih dahulu membicarakan soal hobi, terutama yang hobi yang merupakan keterampilan tangan. Selain memberikan kesenangan, aktivitas ini bisa melatih kemampuan motorik dan keahlian dalam membuat sesuatu. Misalnya saja menjahit, merajut, automotif, pertukangan, apapun kegiatan yang membutuhkan keterampilan tangan.

Banyak orang merasa, aktivitas ini terlalu merepotkan untuk dilakukan, membuang waktu, tenaga, uang dan tidak ada gunanya, karena pekerjaan jauh lebih penting dari kegiatan di waktu luang. Tapi banyak pula yang kemudian justru ketika menekuni hobi, pekerjaan menjadi tidak lagi menarik bahkan seringkali hobi menggantikan pekerjaan. Sebenarnya, tidak harus seekstrem itu. Banyak juga yang kemudian bisa menemukan keseimbangan dari pekerjaan dan hobi di waktu luang. Hobi menjadi penyeimbang, ketika hidup tidak hanya melulu soal pekerjaan.

[MASALAH KITA] Aktivis dan Hobi : Menjawab Panggilan Tubuh dan Jiwa

Oleh: Navita K. Astuti

Membaca - salah satu jenis hobi
Hobi didefinisikan sebagai aktivitas menyenangkan yang dijalani pada waktu senggang. Meski tak sedikit juga yang justru menekuni hobi sebagai profesi utama. Hobi dijalani untuk menjawab suatu panggilan tertentu yang berasal dari jiwa atau tubuh seseorang. Panggilan tersebut dapat kita terjemahkan sebagai kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk merasa rileks, gembira, nyaman dan bebas. Kebutuhan seseorang untuk menjalani hobi layaknya manusia yang membutuhkan asupan oksigen dari udara untuk menyambung hidup mereka. Namun, sifatnya tentu berbeda antara kebutuhan untuk melakukan hobi dengan kebutuhan akan oksigen atau asupan gizi tertentu bagi tubuh. Ketika pada suatu kurun waktu tertentu manusia tidak menjalani hobi, ia tetap hidup dan mampu beraktivitas seperti biasa. Namun, hidup yang dijalani tanpa diwarnai dengan aktivitas hobi sama sekali, terasa kurang lengkap.

Hidup lengkap dan utuh adalah hidup yang seimbang antara pemenuhan hak dan kewajiban. Diri yang rileks, gembira, nyaman adalah kebutuhan tubuh dan jiwa sekaligus hak setiap orang yang dapat dipenuhi dengan kegiatan hobi. Bagaimana upaya pemenuhan kebutuhan tubuh dan jiwa yang dituangkan dalam aktivitas hobi ini ditanggapi dan diperhatikan?

Artikel ini akan menguraikan bagaimana para aktivis menjawab kebutuhan akan hobi. Kiranya apa yang dialami oleh aktivis yang menjadi narasumber dalam artikel ini ketika menjalani hobi dapat menjadi inspirasi bagi diri pembaca dalam menjawab kebutuhan diri masing-masing akan hobi.

[OPINI]: Hobi yang Membebaskan

Oleh: Caroline Najoan

“Hobi kamu apa?”, “Kamu sekarang sedang senang ngapain?”, “Waktu luang kamu pilih diisi dengan apa?” adalah pertanyaan yang sering kita dengar atau lontarkan pada teman yang baru kita kenal. Bisa jadi sekadar lontaran basa-basi, mencari topik pembicaraan netral sebagai pembuka interaksi sosial, atau benar-benar ingin tahu. Pertanyaan yang sama juga kita lontarkan pada diri kita dari waktu ke waktu. Jawabannya pun akan bervariasi, mulai dari melamun hingga mengoleksi mobil mewah. Tak jarang jawabannya adalah “Tidak tahu.” atau “Masih bingung.” Hobi memang selalu asyik untuk ditelaah. Setiap orang senang menekuninya, kadang lebih tekun berhobi daripada bekerja. Beruntunglah mereka yang hobinya juga merupakan pekerjaannya. Uniknya, manusia adalah satu-satunya mahluk yang memilih untuk mempunyai hobi tertentu.

Jadi sebenarnya apa sih hobi? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “hobi” adalah kegemaran, kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. Wikipedia mengatakan bahwa hobi adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan pada waktu luang untuk menenangkan pikiran seseorang. Rekreasi secara harafiah berarti membuat ulang adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang. Kegiatan ini dilakukan dengan sengaja.

Bila kita berangkat dari kedua definisi ini, maka bisa kita pastikan bahwa hobi adalah kegiatan yang menyenangkan dan mendatangkan manfaat bagi diri kita. Setiap orang akan memilih hobi berdasarkan minat, selera, dan kesenangan masing-masing. Bisa saja seseorang memilih hobi di dalam ruangan atau di alam bebas, hobi yang berkaitan dengan seni atau olah pikir, hobi yang dilakukan sendiri atau bersama kelompok. Hobi bisa dilakukan dengan alat atau tanpa alat. Melukis memerlukan kertas, cat, dan kuas. Ada temanku yang hobinya menyimak pembicaraan penumpang angkot bila ia dalam perjalanan pulang dari tempat kerja. Tingkat ekstrimnya suatu hobi juga bisa menjadi diskusi yang menarik. Hobi mengumpulkan kartu pos tentu tidak seekstrim hobi balap mobil.

[TIPS] Tips Memilih Hobi untuk Aktivis

Oleh: Any Sulistyowati

Kesukaan berkebun bisa dibangun sejak anak-anak
Menurut Wikipedia, hobi adalah kegiatan yang dilakukan secara rutin untuk memberikan kesenangan di waktu luang. Yang termasuk di dalam hobi antara lain adalah mengumpulkan benda-benda koleksi, terlibat dalam kegiatan kreatif, seni, olah raga atau melakukan kesenangan lainnya. Setelah melakukan hobi, seseorang akan mencapai keterampilan terkait dengan hobi tersebut. Banyak orang sudah memiliki hobi sejak masa kanak-kanak. Hobi ini dapat terus berlanjut, berubah seiring dengan semakin variatifnya jenis kegiatan yang diketahui seseorang, atau justru terhenti karena semakin sedikit waktu luang yang dimiliki.

Biasanya memang, makin bertambah usia, semakin sedikit waktu luang yang dimiliki seseorang. Hal ini terus berlanjut sampai pensiun. Ketika itu terjadi, waktu luang menjadi tiba-tiba begitu banyak, sementara mungkin kawan-kawan kita mulai sedikit karena mungkin sudah punya kesibukan sendiri, tinggal di tempat yang jauh atau bahkan sudah meninggal dunia. Pilihan hobi yang dapat dipilih juga makin terbatas, sementara kemampuan kita untuk mempelajari sesuatu yang baru juga sudah mulai berkurang.

[MEDIA] Mengembangkan Hobi dengan Memanfaatkan Media Internet

Oleh: Agustein Okamita 

Para aktivis adalah orang-orang yang sangat sibuk. Kadang kala, karena kesibukannya, banyak di antara mereka lebih memfokuskan diri pada kegiatan aktivismenya ketimbang dirinya sendiri. Padahal, Steven Covey dalam bukunya “Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif” atau “Seven Habits of Highly Effective People”, mengatakan bahwa salah satu kebiasaan manusia yang efektif adalah ‘mengasah gergaji (sharpen the saw)’. Mengasah gergaji artinya menjaga/memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang dimiliki – yaitu diri sendiri. Ini berarti memiliki program yang seimbang untuk memperbarui empat area di dalam diri: fisik, sosial/emosional, mental, dan spiritual adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

Melakukan kegiatan yang menjadi hobi merupakan salah satu cara yang disarankan untuk ‘mengasah gergaji’. Ketika mengerjakan hobi, biasanya kita akan menjadi lebih santai dan gembira. Kondisi santai dan gembira mengurangi rasa stres dan beban di dalam pikiran, yang membantu memperbaiki kondisi mental dan meningkatkan kesehatan emosional kita. Karena itu, sangat baik bagi para aktivis untuk terus mengembangkan hobi dan passion masing-masing. Beberapa hal yang disarankan kepada para aktivis untuk tetap sehat secara emosi dengan cara melakukan hobi antara lain:
  1. Sediakan waktu khusus untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan hobi secara teratur,
  2. Tingkatkan kemampuan atau keterampilan yang berhubungan dengan hobi dengan mempelajarinya lebih dalam, 
  3. Carilah teman-teman yang memiliki hobi yang sama atau bergabunglah dalam sebuah komunitas hobi tersebut, agar Anda lebih terpacu dan bersemangat untuk mengembangkan hobi, 
  4. Manfaatkan media, khususnya internet dan media sosial untuk meningkatkan kemampuan dan saling berbagi dalam kegiatan yang berhubungan dengan hobi tersebut.
Memanfaatkan Media Internet

Djaman sekarang ini, media internet merupakan salah satu alat bantu yang sangat efektif dalam mengembangkan hobi. Jika dulu kita bergantung pada buku-buku yang ada di toko buku atau perpustakaan, atau perlu mengikuti kursus jika ingin menguasai suatu hobi tertentu, sekarang kita bisa mendapatkan banyak informasi dengan memanfaatkan internet.

[JALAN-JALAN] Mengintip Toko Buku Kecil di Kota Bandung

Oleh: Debby Josephine

Rubrik jalan-jalan edisi kali ini akan mengajak kita untuk menemui salah satu toko buku indie di Kota Bandung yang dapat menjadi pilihan destinasi saat hendak menyalurkan hobi, yaitu Tobucil & Klabs. Berdiri sejak 2001, Tobucil hadir dengan tagline: “buku, hobi dan komunitas” Jika kita tarik mundur ke belakang tepatnya pada masa munculnya budaya kreatif di Kota Bandung tahun 90’an, maka kita akan melihat wajah pergerakan independen yang ramai bermunculan. Terlebih pada krisis ekonomi 1998 yang mendorong munculnya pergerakan dan wirausaha kreatif di Kota Bandung, dan ya! embrio Tobucil mulai terbentuk pada masa itu.

Tobucil saat ini
Lahirnya Tobucil pada tahun 2001 merupakan jejak awal munculnya toko buku alternatif di Kota Bandung. Tidak hanya menawarkan buku, Tobucil pun dapat menjadi wadah pergerakan komunitas dengan memberikan ruang-ruang pengembangan diri aktivis sehingga tak heran jika klab-klab tobucil terdengar di mana-mana.

Buku-buku yang ditawarkan oleh Tobucil cukup beragam meskipun kebanyakan buku yang hadir adalah buku-buku tentang seni dan budaya. Apalagi ketika tahun-tahun awal berdiri menurut beberapa sumber banyak ditemukan buku-buku ke-”kiri”-an. Jelas, cukup sulit untuk bertahan dengan idealisme pada masa itu. Masa di mana pergerakan paham “kiri” mendapat “perhatian” lebih dari pemerintah, dan Tobucil merupakan salah satu toko buku yang cukup lestari karena dapat bertahan hingga sekarang.

[RUMAH KAIL] Ayo Minimalkan Sampah! - Belajar dari Cara Penanganan Sampah di Rumah KAIL-

Oleh : Melly Amalia – Koordinator Rumah KAIL

Sampah akan jadi menjijikan dan merusak keindahan bila tidak ditangani secara tepat. Biasanya ini disebabkan karena wadah pembuangannya tercampur antara material organik dan non organik atau tidak disimpan di tempat yang benar. Dalam hierarki penanganan sampah, biasanya kita mengenal istilah 3R (reduce, reuse, recycle). Banyak orang yang masih salah kaprah menerapkan konsep 3R ini dengan‘lompat’ langsung ke tahapan daur ulang (recycle). Padahal, sebaiknya konsep 3R ini dilakukan sesuai urutan prioritas, yaitu :
  1. Reduce - Kurangi sampah dari awal atau dari sumbernya, 
  2. Reuse - Bila terpaksa menghasilkan sampah, gunakan kembali barang tersebut sesuai dengan kebutuhan, dan 
  3. Recycle – Daur ulang sampah, yaitu mengubah sampah yang dihasilkan menjadi barang baru yang dapat dipergunakan lagi.Jadi perlu diingat bahwa recycle merupakan tahap terakhir dalam menangani sampah.
Dalam setiap kegiatan KAIL, Rumah KAIL berusaha memutar aliran material atau meminimalkan material yang dihasilkan. Mulai dari proses pembelian bahan baku, penyajian/kemasannya sampai ke pengolahannya. Meskipun KAIL bukanlah lembaga yang khusus bergerak di bidang lingkungan hidup, penanganan sampah merupakan bentuk kepedulian KAIL untuk berkontribusi dalam usaha pengurangan sampah di bumi serta kampanye hidup berkelanjutan.

Dari hasil identifikasi, sumber sampah dari Rumah KAIL berasal dari aktivitas dapur sehari-hari, konsumsi rapat, serta konsumsi kegiatan Program KAIL. KAIL mencoba menerapkan prinsip penanganan sampah yang pertama yaitu reduce untuk meminimalkan sampah yang dihasilkan.

Sebagai contoh, hal-hal yang biasanya kami lakukan adalah: kami mengingatkan sesama staf KAIL serta menyampaikan kepada peserta kegiatan dan tamu yang datang ke Rumah KAIL untuk tidak membawa makanan/minuman yang menghasilkan sampah. Bila membeli barang atau makanan untuk kegiatan KAIL, kami membawa wadah sendiri (seperti misting, rantang, botol minum) dan tas kain. Saat memesan makanan di warung, wadah makanan/ rantang kami titipkan pada penjual makanan di warung beberapa waktu sebelumnya, sehingga makanan yang dipesan tidak dibungkus menggunakan bungkus kertas,plastik atau kresek. Ketika membeli makanan, kami memilih membeli makanan yang tidak berkemasan, kecuali jika berkemasan daun.

Dalam penyajian konsumsi di Rumah KAIL, anda tidak akan menemukan air minum dalam kemasan gelas atau botol plastik. Kami menyajikan minuman yang kami masak dari air segar pegunungan dengan gelas/ cangkir.

Penyajian makanan dan minuman pada setiap kegiatan di Rumah KAIL
- Mengurangi pemakaian alat dan bahan yang menghasilkan sampah
Bila dengan terpaksa tetap ada sampah yang dihasilkan, maka barang/sampah tersebut tidak langsung kami buang ke tempat sampah, tetapi akan disimpan dan digunakan kembali (reuse) bila sewaktu-waktu diperlukan. Tentu tujuannya untuk memperpanjang umur barang tersebut. Atau kami kumpulkan dan pisahkan material yang masih berfungsi atau bernilai ekonomi, misalnya tas kresek, dus kertas bekas makanan dan kemasan gula kiloan, untuk kemudian diberikan kepada pemulung.