Editorial Pro:aktif April 2017

Selamat berjumpa kembali di Pro:aktif Edisi April 2017 ini. Sudah 4 bulan perjalanan waktu kita di tahun 2017, dengan berbagai peristiwa yang terjadi, baik di sekitar kita maupun di dunia. Edisi kali ini, Pro:aktif Online mengangkat tema “Mengenal Diri Bagi Aktivis”.
Proses mengenal diri merupakan proses yang tidak berujung dan terjadi pada siapapun juga, tak pandang usia, jenis kelamin, apalagi pekerjaan dan jalan hidup. Seorang aktivis sekalipun tidak terlepas dari proses mengenal diri, baik yang disadari maupun yang berlalu begitu saja. Terlebih berbagai bidang kerja dan layanan yang diberikan oleh seorang aktivis, memerlukan pengenalan diri yang bisa membuatnya bertahan pada isu yang dikerjakan atau malah menemukan “panggilan hidup” yang selama ini dicari. Proses mengenal diri bukan berarti bahwa sebelumnya kita tidak kenal “siapa diri kita”, melainkan mempertanyakan kembali, sejauh mana kita mengenal dan memahami diri sendiri.
Edisi April 2017 ini mencoba mengupas berbagai sudut pandang yang  disajikan oleh para kontributor penulis Pro:aktif Online, yang diawali dengan rubrik PIKIR yang diisi oleh Umbu, yang akan membawa kita pada masa lampau dimana dua orang pangeran beda kebangsaan, yakni Hamlet dan Diponegoro disandingkan. Rangkaian kata yang disusun oleh Umbu mengajak kita untuk menemukan diri di pusat keberadaan, dengan metafora bahwa kitalah sang penyair yang mewujudkan eksistensi kita dengan sajak kehidupan yang menyelami seluruh sisi kehidupan agar indera kita semakin tajam menyerap realitas di sekitar kita.
Rubrik PIKIR yang kedua, ditulis oleh penulis yang sama. Kali ini Umbu mengetengahkan sebuah upaya untuk mengingatkan kita bahwa berpegang pada nilai-nilai perikemanusiaan berarti melepaskan diri dari berbagai label yang melekat. Melalui tokoh Raden Mas Minke, kita diingatkan soal realita kehidupan yang selalu berpotensi melahirkan penindasan karena dinamika kekuasaan antar kelas. Siapapun yang terbangun dan terpanggil untuk membela nilai-nilai perikemanusiaan tersebut, berempati pada kaum tertindas, berjuang karena memang “sudah sepantasnya saya berjuang”. Di sini, Umbu juga mengingatkan kita pada siapa Raden Mas Minke sebagai tokoh sejarah yang dilupakan oleh bangsa Indonesia.
Rubrik OPINI menghadirkan tulisan dari Anastasia Levianti yang dalam setiap baris tulisannya adalah proses refleksi itu sendiri, mencoba menyadarkan kita betapa pentingnya proses tersebut bagi seorang aktivis. Pilihan-pilihan atas isu yang dikerjakan, kepedulian atas isu sosial, maupun sumber stres pada bidang pekerjaan saat ini dapat ditemukan dengan menempatkan diri sebagai sumber masalah yang sekaligus juga sumber solusi. Rutinitas yang dijalani tanpa menyadari tujuan dari aksi yang dilakukan berpotensi menyesatkan seorang aktivis yang  kemudian bisa terjebak pada mengutamakan sarana, ketimbang tujuan yang hendak dicapai. Refleksi diri diharapkan menjernihkan kembali, mana yang sesungguhnya sarana dan mana yang menjadi tujuan yang seharusnya dilayani oleh sarana tersebut.
Rubrik MASALAH KITA yang ditulis oleh Siska mengulas konsep diri sebagai pusat refleksi, dimana apa yang ada di dalam pikiran kita  kemudian diwujudkan pada aksi-aksi yang dilakukan di dunia nyata. Konsep diri akan membantu kita membentengi diri dari persoalan-persoalan yang tidak perlu karena kita mengenal dan menerima batasan / kelemahan diri pada isu yang dikerjakan atau aksi yang dijalankan. Proses refleksi tidak dimaksudkan untuk meniadakan kelemahan, namun justru memampukan kita untuk memahami bahwa adanya kelemahan tersebut menjadi alarm ketika kita sudah melewati batas dan perlu menarik diri. Di samping itu, penguatan konsep diri tidak selalu tentang refleksi ke diri sendiri namun juga bercermin pada jalan hidup tokoh-tokoh dunia yang telah tertuang pada buku otobiografi.
Rubrik PROFIL kali ini, ada Alvieni Angelica yang mengajak kita berkenalan dengan Capacitar, sebuah organisasi nirlaba yang terbentuk di bumi Amerika Latin oleh seorang biarawati bernama Sr. Mary Hartmann, CSA. Capacitar memiliki tujuan utama memberdayakan manusia dalam aspek self-healing atau daya penyembuhan diri. Capacitar meyakini bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh kehidupan secara holistik. Penyakit-penyakit pada manusia seringkali timbul karena oleh trauma maupun luka batin yang belum tuntas.  Metoda penyembuhan yang menyerap dan mengadaptasi berbagai teknik tradisional dikombinasikan dengan ilmu pengetahuan modern kemudian dibagikan kepada siapapun yang membutuhkan, untuk mendorong semakin tersebarnya pengetahuan tersebut.
Rubrik MEDIA, ditulis oleh Any Sulistyowati, memberikan perspektif lain tentang dunia internet yang justru sangat bermanfaat untuk membuat kita semakin kenal siapa kita. Terbukanya informasi dan pengetahuan secara bebas, berdampak pada semakin mudahnya kita mengakses ilmu psikologi populer dan bermanfaat. Berbagai tes pemetaan kepribadian, mulai dari yang sudah cukup dikenal seperti Personality Plus dan MBTI, hingga Eneagram akan membantu kita mengidentifikasi “tipe kepribadian apakah saya?”. Dengan bantuan internet, hasil tesnya bisa langsung dilihat disertai penjelasan yang cukup mudah untuk dipahami.
Rubrik JALAN-JALAN pertama dipandu oleh Debby Josephine yang akan membawa para pembaca pada beberapa tempat asyik di kota Bandung yang kiranya tidak terduga, namun bisa membuat Anda semakin mengenal diri Anda. Menjelajah tempat-tempat tersebut tidak dapat dipisahkan dari aktivitas yang sebaiknya Anda lakukan sembari berada di tempat tersebut.
Rubrik JALAN-JALAN kedua ada Yanti Herawati yang menjadi pemandu Anda menjelajah di suatu wilayah Bumi Parahyangan yang juga tidak terduga. Sebuah areal yang mungkin tidak akrab di telinga Anda, namun penjelajahan yang semakin dalam akan membuat segalanya menjadi tidak asing lagi. Memilih sebuah jalur perjalanan yang tidak biasa, mungkin akan membawa keraguan pada diri Anda, yang kemudian akan terkikis seiring dengan penemuan diri di perbatasan laksana tepi tebing yang siap membuat Anda terjun bebas semakin dalam pada diri sendiri.
Rubrik TIPS menghadirkan Dyah Synta, seorang guru yoga yang membagikan tips melakukan gerakan (asana) yang bisa membawa kita pada relaksasi serta menjadi proses pengenalan diri melalui penghayatan atas bentuk-bentuk asana yang kita lakukan. Yoga sungguh adalah tentang diri sendiri, karena kita tidak melakukannya untuk dilihat dan dinilai oleh orang lain, melainkan sebuah bentuk komunikasi diri kita yang lainnya , seperti pemikiran, perasaan, dan energi.
Rubrik RUMAH KAIL kali ini mengajak para pembaca berkeliling dari perspektif seorang Melly Amalia dalam menjelajah diri melalui salah satu bagian Rumah Kail. Tidak hanya bangunan fisik dari rumah tersebut, namun juga dari kegiatan-kegiatan yang telah menjadi satu bagian dari rumah itu sendiri. Di manakah Anda akan menemukan spot yang nyaman untuk berefleksi di Rumah Kail?
Akhir kata, semoga para pembaca semakin mengenali diri sendiri melalui artikel-artikel yang ada pada edisi “Mengenal Diri Bagi Aktivis”. Kiranya hidup aktivisme kita semakin positif melalui refleksi.

Selamat menemukan diri.

[PROFIL] SEJARAH DAN PERKEMBANGAN CAPACITAR

Berbagai peristiwa hidup yang tidak bisa diduga seringkali membawa dampak psikologis yang beragam bagi setiap orang. Keunikan karakter, struktur perkembangan otak, dan sejarah bagaimana seseorang dibesarkan mempengaruhi tingkat resiliensi atau daya lenting seseorang dalam menghadapi berbagai tekanan hidup. Gaya hidup serba cepat, penuh kompetisi, individualis, serta minimnya hubungan sosial karena kemajuan teknologi tanpa disadari telah menjadi makanan sehari-hari setiap orang. Selain itu, kondisi alam yang tidak stabil saat ini juga berkontribusi menghadirkan berbagai bencana, seperti banjir dan gempa bumi. Belum lagi para penguasa (pemerintah) di berbagai negara yang kerap membuat ancaman perang selalu siaga di depan mata. Paduan kondisi hidup ini membuat manusia semakin rentan terhadap masalah psikologis yang lama kelamaan bertransformasi menjadi sakit fisik dan ketidakmampuan untuk menjalani rutinitas sehari-hari. Sementara itu, tenaga psikolog meupun kesehatan mental lainnya sangatlah terbatas. Berkaca pada situasi ini, maka sangatlah penting untuk bisa membekali masyarakat di mana saja dengan kemampuan untuk membantu diri mereka sendiri, salah satunya ialah dengan memberikan pembekalan teknik-teknik penyembuhan diri (self-healing) yang praktis dan menembus batas budaya, bahasa, agama dan pendidikan yang dikenal sebagai karya Capacitar.

[PIKIR] MENJALANKAN PERIKEMANUSIAAN

Oleh: Umbu

… ia menyewa taksi ke Bandung dan minta diturunkan di jalan Braga. Hari sudah malam. Ia meninjau-ninjau dan mengintip-ngintip ke dalam kantor redaksi Medan. Tak seorang pun dikenalnya. Ia ragu-ragu untuk masuk, juga tidak berusaha untuk bertanya. Kemudian ia pergi berjalan kaki….

Seperti burung patah sayap ia berjalan merasuk, memasuki sebuah dangau kosong di pinggir jalan … ia mengenangkan segala-galanya yang sudah lewat. Betapa kedekut Tanah Air dan bangsanya pada dirinya. Di Hindia ini betapa orang mudah melupakan, seperti tulang- belulang paling keras pun, rapuh melenyap oleh kelembapan tanah tropis…

(Rumah Kaca, Pramoedya Ananta Toer)

—— Menjalankan Peri-kemanusiaan

Sebuah perspektif bagi para relawan

Kemanusiaan kita terikat pada berbagai narasi, bukan saja pada kisah-kisah besar alam semesta, kisah penciptaan baik dalam mitologi, agama, pada cerita ilmiah tentang jadinya galaksi dan bintang-bintang, evolusi, dan terbangunnya spesies manusia, sejarah, kebangsaan, suku golongan dan sebagainya—tetapi juga pada kisah-kisah kecil yang spesifik seperti sejarah keluarga, kisah pribadi, detail keseharian, pada cerita tentang kejadian-kejadian personal, karakter, sifat-sifat dan bahkan pandangan hidup pribadi. Tentang setiap kita, selalu bergantung pertanyaan tentang siapakah kita, berdasarkan asal-usul, suku, asal tanah air, ikatan keluarga, sejarah pendidikan dan seterusnya. Bahkan secara pribadi, setiap orang menginginkan hidupnya terbangun dari sebuah narasi yang bermakna — kita seakan selalu ingin menuliskan otobiografi yang sungguh memberi nilai pada kemanusiaan, kita ingin bercerita tentang kisah kita dan ingin menjawab pertanyaan besar tentang siapakah kita dalam narasi yang bermakna.

[PIKIR] MENEMUKAN DIRI DI PUSAT KEBERADAAN

Oleh: Umbu

“To be or not to be, that is the question..” 
 Hamlet, Act III, Scene 1, William Shakespeare 


Pangeran Hamlet dari Denmark dalam cerita drama Shakespeare berbicara pada dirinya sendiri, sebuah soliloqui, atas rasa tak berdaya menjalani kehidupan dan mempertimbangkan apakah sebaiknya ia mengakhiri hidupnya. Ia merasa putus asa terjebak pada tekanan hidup akibat terbunuhnya sang ayah oleh pamannya dan keinginan untuk membalas dendam. Sekali pun terujar dalam sebuah frame yang sangat melankolis, kalimat tersebut menginspirasi begitu banyak karya sastra dunia sesudahnya dan menjadi sebuah warisan literer yang sering diungkap kembali justru sebagai afirmasi eksistensial untuk memberi semangat pada perjuangan memenangkan kehidupan.

Di Indonesia kita mengenal penggalan puisi Chairil Anwar: “Sekali berarti, sudah itu mati”, Sajak Diponegoro, 1943, — sebagai sebuah pernyataan semangat untuk menjadikan hidup yang cuma sekelebat ini tidak berlalu begitu saja. Hidup yang meski cuma secuil dalam pergolakan dunia yang serba absurd, pantas jadi cara untuk memperjuangkan makna.

Dalam soliloqui Hamlet dan sajak Diponegoro kita melihat ciri kehidupan yang paling penting, ketika dihadapkan pada persoalan bereksistensi manusia selalu berhadapan dengan realitas krisis hidup dan mati, bukan sekedar bernyawa atau tak bernyawa, tetapi soal makna yang pantas mengisi jalannya hidup. Begitu individu menyadari eksistensinya, ia sekaligus menangkap makna, bukan dalam konsep atau pengertian, melainkan dalam rasa, dalam seluruh atmosfer keberadaan yang melingkupinya. Rasa berada yang intens, yang hanya bisa tertangkap sepenuhnya ketika seseorang menghadapi kondisi ekstrim, entah sesuatu yang sangat menakjubkan atau pun menakutkan. Di hadapan realitas yang mengancam kehidupan, seseorang merasa berada di batas hidup dan mati, entah ia akan putus asa atau melakukan tindakan ekstrim untuk menyelamatkan hidupnya. Di hadapan sesuatu yang sangat menakjubkan, sesuatu yang melampaui daya tangkapnya, seseorang akan merasa kecil, hilang, dan tak berarti. Hamlet merasa putus asa dan cenderung memilih tidur dalam kematian agar realitas berlalu tanpa tanggung jawabnya, sedangkan penyair sajak Diponegoro yang telah melalui semua penindasan mampu melihat celah sempit bagi masa depan bangsanya yang harus ia perjuangkan dengan menghimpun roh sang pahlawan.

[MASALAH KITA] BERSAMA PARA AKTIVIS DAN RELAWAN: SEBUAH PERCAKAPAN MENGENALI DIRI


“Kenalilah dirimu!” ujar filsuf Socrates dalam dialognya, Phaedrus. "Aku tidak punya waktu luang untuk menjelaskan hal-hal yang luas dan besar itu. Sebuah hal yang aneh bagiku untuk meneliti hal-hal itu ketika aku saja belum bisa mengenali diriku sendiri.”

KONSEP DIRI DALAM SUDUT PANDANG PSIKOLOGI
Mengenali diri adalah penting karena diri kita sendirilah yang mempengaruhi bagaimana kita memahami dunia. Konsep diri, dalam sudut pandang ilmu Psikologi, mempengaruhi kerja-kerja dan pandangan kita. Alvieni Angelica, seorang Psikolog dan pegiat di Capacitar Indonesia, menjelaskan bahwa di dalam konsep diri ada berbagai kumpulan ide antara lain self-image[i], ideal self[ii], self-esteem[iii]. Lebih lanjut, konsep diri adalah bagaimana seseorang memandang, mempersepsikan dan mengevaluasi dirinya.

Konsep diri terbentuk dari pengalaman awal kita sebagai janin, lingkungan pertumbuhan seperti rumah dan sekolah, interaksi dengan orang-orang terdekat hingga pengalaman-pengalaman hidup yang kita lalui. Otak manusia terdiri dari otak bahasa (otak berpikir) dan otak emosi. Pengalaman-pengalaman di atas membentuk konsep diri di dalam otak emosi kita, bahkan sebelum otak berpikir tumbuh sempurna.

Banyak mekanisme diri yang mengubah ide-ide internal kita menjadi sebuah aksi di dunia nyata. Salah satunya, menurut Alvieni adalah proses proyeksi/formasi. Dalam proses proyeksi ini, manusia seringkali mengubah kelemahan dirinya menjadi tampilan sebaliknya. Kelemahan yang kita mudah amati di orang lain, seringkali adalah kelemahan diri kita juga. Sebagai contoh: seseorang yang sangat sensitif terhadap kritik orang lain justru menjadi seorang motivator yang mampu mengubah cara pandang orang lain untuk berpikir positif.

Dalam bekerja maupun berkegiatan di berbagai bidang, siapa saja termasuk aktivis pasti mengalami proses pembentukan maupun pengenalan konsep diri. Menurut Alvieni, salah satu cara untuk mengenal diri sendiri adalah dengan berlatih kesadaran. Di sela-sela kesibukan kita, menyisihkan waktu untuk refleksi dan berlatih kesadaran adalah penting.

BAGAIMANA PARA AKTIVIS MEREFLEKSIKAN DIRI?


Hal serupa diceritakan oleh Sri Suryani, seorang arsitek yang bekerja di Divisi Tata Ruang Ciliwung Merdeka. Dalam berproses mendampingi penggusuran warga Bukit Duri bersama rekan-rekan satu tim, Sri mengutarakan bahwa salah satu komponen penting adalah penyadaran diri. Sebagai pribadi, Sri mencoba menyadari seberapa luas konflik yang terjadi, apa saja yang dia alami dan keterbatasan diri baik sebagai anggota tim kerja maupun dalam keprofesian arsitek. Kesadaran itulah yang membentuk kerja dan pikirnya sehingga terwujud dalam suatu keberpihakan tertentu.

[OPINI] AKTIVIS BEREFLEKSI


Apa tujuan Anda menekuni aktivitas keberpihakan dan membela kaum lemah?
Menegakkan keadilan?
Membantu sesama memperoleh haknya?
Menciptakan damai dan bahagia dalam kehidupan sekarang?
Memenuhi panggilan hidup?
Mengikuti teladan idola?
Menekuni kesempatan yang terberi?
Balas jasa atas pembelaan yang sebelumnya sudah diterima?
Atau, Anda belum memiliki tujuan spesifik secara jelas? Anda sekedar mengikuti arus hidup di depan mata, sambil menunggu pekerjaan yang tepat untuk Anda tekuni. Perlukah aktivis memiliki, ataupun menyadari tujuan dari keberpihakan dan aksinya? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita hayati terlebih dahulu dua kondisi berikut.

Ada seorang pemuda yang ditugaskan untuk menyelamatkan sebuah desa di seberang hutan. Hal pertama yang ia lakukan dalam perjalanan menuju desa itu adalah mencari pohon yang sangat tinggi. Setelah menemukan pohon yang dirasanya paling tinggi, ia pun memanjat hingga puncak dan berupaya melihat desa yang menjadi arah tujuannya. Ternyata, pohon yang ia panjat masih kalah tinggi dengan rimbunan pohon di tengah hutan, sehingga pandangannya terhalang ke arah desa. Namun ia cukup puas, karena ia tahu sasaran terdekat yang perlu ia wujudkan. Ia masuk ke tengah hutan. Setibanya di rimbunan pohon tinggi, ia memanjat kembali salah satu pohon, dan kali ini, ia dapat memandang leluasa ke arah desa. Ia melihat rintangan-rintangan yang akan ia lalui. Ia turun, melakukan persiapan menghadapi rintangan, dan fokus melanjutkan perjalanan hingga sampai tujuan.

[TIPS] YOGA SEBAGAI CERMINAN DIRI

Oleh: Dyah Synta


Untuk sebagian besar orang, yoga adalah salah satu alternatif olah raga yang menyenangkan. Umumnya dilakukan di dalam ruangan sehingga tidak perlu terhambat oleh cuaca, termasuk salah satu olah raga yang low impact sehingga terkesan mudah untuk dilakukan, dan tidak memerlukan peralatan khusus sehingga lebih murah. Sekitar enam tahun yang lalu, saya sendiri adalah salah satu orang yang mulai tertarik untuk melakukan yoga karena alasan-alasan tersebut.

[MEDIA] MEMAHAMI DIRI MELALUI DUNIA MAYA

Oleh: Any Sulistyowati

Di zaman modern ini, berbagai jenis informasi dapat dengan mudah kita peroleh melalui dunia maya. Salah satu cara termudah dan murah antara lain dengan mengakses layanan-layanan gratisan di internet. Di internet, tersedia berbagai informasi sesuai kebutuhan kita. Informasi tersebut dikemas dalam berbagai bentuk seperti teks tertulis/dokumen, video, suara, maupun kartun/ilustrasi. Metodenya pun beragam, mulai dari pengisian kuesioner, mendengarkan ceramah narasumber, membaca artikel, mengikuti petunjuk yang ada dalam video, dan lain-lain. Tidak terkecuali berbagai informasi / metode untuk memahami diri. Memahami diri adalah salah satu proses yang sangat penting bagi seorang manusia. Lewat proses pemahaman diri, seseorang dapat mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dirinya, talenta-talenta yang dimilikinya serta menggunakannya secara bijaksana untuk mencapai impian-impiannya. Salah satu bagian penting dari proses pemahaman diri adalah penerimaan diri.

Melalui proses penerimaan diri, kita akan terbantu untuk memiliki konsep diri yang lebih positif. Proses ini memungkinkan kita untuk memilih bidang ilmu yang sesuai, karir yang tepat, kegiatan-kegiatan yang bermakna, serta pasangan hidup yang cocok. Singkatnya, dengan pemahaman diri yang tepat, kita bisa lebih baik dalam menyusun strategi menjalani kehidupan. Salah satu cara untuk memahami diri adalah dengan mengenal tipe-tipe kepribadian. Ada cukup banyak konsep tipe-tipe kepribadian yang dikenal saat ini. Dengan mengenali tipe-tipe kepribadian, seseorang dapat lebih baik memetakan pola-pola yang ada di dalam hidupnya dan membuat langkah-langkah antisipatif untuk menjalani kehidupan. Ia dapat mengenali hal-hal positif yang dimiliki serta mengasahnya sehingga berkembang ke arah yang makin mendewasakan dirinya. Ia juga dapat mengenali hal-hal yang mungkin dianggap negatif atau kelemahan tipe tersebut serta berlatih untuk menggunakan hal-hal negatif tersebut untuk hal-hal yang sangat positif di dalam kehidupannya.

[JALAN-JALAN] 5 TEMPAT INI BISA JADI PILIHAN ANDA UNTUK MENGENAL DIRI LEBIH DALAM LAGI!

Oleh: Debby Josephine


“The better you know yourself, the better your relationship with the rest of the world.” 

-Toni Collette-

Kemampuan mengenal diri secara utuh diketahui memiliki banyak manfaat bagi diri sendiri yang mana akan bermanfaat juga bagi sekitar. Kemampuan mengenal diri secara utuh artinya Anda mampu melihat diri sebagai entitas yang dipengaruhi oleh ilahi yang berada dalam jiwa Anda dan bentuk fisik yang Anda miliki saat ini, kemudian secara sadar menerimanya. Dengan kemampuan ini maka Anda dapat menentukan jalan hidup Anda sekaligus berkompromi dengan kelebihan dan kekurangan diri. Apalagi, jika Anda adalah pelaku perubahan yang secara aktif dan tekun menjalani visi misi untuk dunia yang lebih baik, maka terlebih dahulu masuk dan kenalilah diri Anda lebih dalam lagi.

Kemampuan mengenal diri secara utuh dapat diasah melalui berbagai cara, Anda dapat mencoba dan memilih cara yang seperti apa yang cocok untuk Anda. Salah satu cara yang dapat membantu Anda mengenal diri secara utuh adalah melakukan interaksi dengan diri sendiri dan merefleksikan perjalanan hidup Anda. Sesi interaksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara di berbagai tempat, yang terpenting adalah Anda melakukannya sendirian – bukan berarti Anda mengusir orang di sekitar Anda – tetapi dengan melihat sekitar Anda, masuklah ke dalam diri dan gali lebih dalam tentang diri Anda. Berikut adalah 5 tempat dan jenis kegiatan yang bisa jadi pilihan untuk berinteraksi dengan pikiran, tubuh, dan jiwa Anda:

1. Rumah/Kamar Pribadi
Begitu padatnya kegiatan yang Anda lakukan baik itu rutinitas sehari-hari maupun perjuangan-perjuangan yang Anda lakukan menyebabkan sedikitnya waktu yang Anda luangkan untuk memperhatikan tempat Anda tinggal, baik itu di rumah ataupun kamar pribadi Anda. Padahal ruang pribadi ini dapat membantu merefleksikan diri Anda dan mengisi ulang energi Anda yang tersita setelah berkegiatan seharian.

Luangkanlah waktu khusus untuk mengenali setiap sudut tempat tinggal Anda. Carilah tempat yang paling nyaman dan diamlah di sana untuk beberapa saat. Sapalah dan hargai tempat itu sebagai tempat yang memberikan Anda perlindungan dan kenyamanan. Perhatikan tempat tersebut, bagaimana teksturnya, warnanya, dan apa saja yang mata Anda tangkap di sudut tersebut? Kemudian, berinteraksilah dengan tempat tersebut. Anda dapat duduk, bersujud, merebahkan diri, sampai berguling-guling dan rasakan betapa sudut yang Anda tempati saat ini hadir untuk Anda. Jika sudah, tanyakan kembali pada diri Anda, apa yang dimiliki tempat tersebut sehingga membuat Anda nyaman? Mengapa tempat tersebut nyaman?

[JALAN-JALAN] BUMI PARAHYANGAN, SINGGASANA JELITA SARANA MENGENAL DIRI

Oleh: Yanti Herawati

Bumi Parahyangan, Singgasana Jelita Sarana Mengenal diri Alam selalu mengundang keingintahuan. Memandang pegunungan dan perbukitan yang mengelilingi dataran tinggi Kota Bandung, akan memancing tanya. Ada apakah di sana? Bagaimana medan untuk mencapainya? Bagaimana bentang alam seperti itu bisa terjadi? Apakah kita sanggup berjalan mencapai singgasana Parahyangan ini? Semuanya berkecamuk dalam benak. Pertanyaan dan keraguan yang wajar dan alami.

Keraguan memulai perjalanan hanya sulit di awalnya. Lepaskan pikiran dari beban prasangka. Gembira dan nikmati berjalan sesuai kemampuan sendiri. Bersandarlah pada kekuatan pikiran dan bantuan Tuhan. Keyakinan, keberanian, kebulatan tekad akan berproses seiring langkah menjejak bumi. Jika menyerah sebelum mulai, kita akan terpasung pada asumsi pikiran-pikiran yang menegasikan potensi diri. Kita akan menemukan sisi diri yang lain tatkala mampu mendorong batas-batas diri atau memutus belenggu pikiran yang membatasi.

Berjalan di alam, menyusuri jalan yang landai, menurun, menanjak, berliku. Deburan air terjun, sungai jernih mengalir, kubah lava menggetarkan, gua gamping menakjubkan, taman batu mempesona, tebing ibarat agar raksasa, lembah hijau sejuk, danau jernih melenakan adalah keajaiban ciptaan Yang Maha Kuasa. Berjalan dan berpeluh membuat jiwa egois dan sombong dalam diri seolah melebur. Kelelahan bercampur kenikmatan sujud syukur, ketika badan tiba di singgasana jelita Sang Pencipta.

Setiap langkah berat, nafas tersengal, lelah keringat akan tersapu oleh kesejukan dan keagungan alam. Alam mengantar pikiran, batin, dan raga saling berdialog panjang tentang kehidupan yang telah dijalani. Ibarat drama dalam benak penjelajah. Rasa marah, dendam, sakit hati, putus asa, harapan, dosa, kesalahan, kekuatan, ketabahan, kemalasan dan berbagai sifat-sifat dalam diri seolah dihadirkan. Kita akan menemukan makna relasi dengan teman, keluarga, orang yang kita cintai dan Tuhan. Kita akan menemukan nilai dan kualitas hubungan kita dengan mereka.

Lingkungan buatan pun memberi andil untuk berkontemplasi. Kampung padat dinamika perjuangan manusia, artefak dan bangunan Belanda hampir 2 abad lalu, dan lain sebagainya. Objek-objek buatan manusia ratusan tahun silam bukti pencapaian peradaban manusia. Bagaimana manusia bertahan hidup dalam kerasnya peradaban menjadi perenungan tersendiri.

Noorduyn, seorang sarjana Belanda menemukan naskah kuno di Perpustakaan Bodleian, Oxford Inggris (1627). Naskah ini berisi catatan perjalanan Pangeran Jaya Pakuan, putra raja Istana Pakancilan. Dia mencari Ilmu dengan menempa diri di alam, berjalan kaki selama 4 tahun. Ia menyusuri Pulau Jawa dan Bali, termasuk Bumi Parahyangan. Bujangga Manik julukan lain Pangeran, menuliskan kisah perjalanannya dalam bentuk puisi mistik bernafaskan Shiwaisme (Hawe Setiawan, Amanat Gua Pawon, hal 23, 2004). Puisi ini memuat sekitar 450 topomini (nama-nama tempat), 90 gunung, dan 50 sungai.

Seorang Pastur dan Psikolog Belanda MAW Brouwer mengungkapkan pesona tanah Parahyangan dengan ungkapan populer: “Tuhan menciptakan tanah Parahyangan tatkala tersenyum” (Her Suganda, Kawasan Kars Citatah: Pusaka Masyarakat Sunda, Amanat Gua Pawon, hal 15, 2004). Dahulu kala dataran tinggi Bandung adalah danau Bandung Purba, pusat tanah Parahyangan yang dikelililingi pegunungan dan perbukitan. Dataran tinggi atau plateau Bandung ini menyimpan hikayat geologi dan cerita rakyat yang menarik.

Aliran Ci Mahi, Curug Tilu, Curug Layung, Curug Bubrug, Curug Cimahi, dan Curug Panganten

Sedikitnya ada 6 air terjun indah di sepanjang aliran Ci Mahi. Dari Curug Tilu di hulu hingga Curug Panganten di hilirnya (Pemukiman Katumiri, Cimahi). Lokasi keenam curug ini berjauhan. Untuk menikmatinya sambil merenung, disarankan satu curug dalam satu perjalanan. Kecuali Curug Bubrug yang bisa ditempuh sekali jalan dengan Curug Tilu.

Curug Tilu


Curug Panganten

[RUMAH KAIL] RUMAH KAIL, TEMPAT BEREFLEKSI DAN MEMPERDALAM DIRI

Oleh: Melly Amalia

Rumah Kuncup Padang Ilalang atau lebih sering disebut Rumah KAIL berlokasi di Kampung Cigarugak, Desa Girimekar, Kabupaten Bandung. Jarak dari pusat kota Bandung menuju Rumah KAIL sebenarnya hanya sekitar 15 km dengan jarak tempuh 1 jam (dalam kondisi lalu lintas lancar). Kondisi jalan yang menanjak terasa jauh bagi mereka yang pertama kali berkunjung ke Rumah KAIL. Tapi pada kunjungan selanjutnya, Rumah KAIL bisa membuat rindu untuk ingin datang ke sana lagi.

Rumah KAIL merupakan bangunan berbentuk limasan khas Jawa Tengah, yang materialnya sebagian besar terdiri dari bahan kayu dan material bekas lainnya. Dikelilingi oleh kondisi alam yang masih asri, udara yang bersih, keberadaan kebun dengan aneka jenis tumbuhan yang bisa dimanfaatkan, ternak hewan peliharaan (seperti bebek, kelinci dan marmut), pepohonan yang rindang, serta pemandangan sawah di kejauhan, memberi kesan rileks dan sejuk ketika menginjakkan kaki ke dalamnya. Dalam kondisi jenuh dan penat dari akvitas rutin keseharian, Rumah KAIL memberi ‘angin segar’ dan menyebarkan hembusan aura penuh kedamaian.

Rumah KAIL