Oleh: Melly Amalia
Dari masa perjuangan sebelum Proklamasi sampai
mencapai kondisi seperti sekarang, Indonesia tidak akan bisa besar tanpa adanya
uluran tangan para Srikandi Nusantara. Dengan gigih mereka berjuang, mengajak menggali
harapan dan membangun perubahan demi kemajuan bangsa Indonesia. Tanpa pamrih,
tanpa lelah, tanpa tanda jasa mereka terus berjuang dalam segala kondisi.Di
masa sebelum proklamasi banyak tokoh-tokoh perempuan yang berjuang melawan
penjajah. Lalu perlahan di masa orde lama peranan perempuan mulai dihargai dan
mereka memperjuangkan hak-haknya untuk memperoleh pendidikan walaupun masih
sangat terbatas. Kemudian di masa orde baru, mulai muncul kesetaraan bahwa
perempuan punya hak untuk mengeluarkan pendapat dan pemikirannya. Di masa
reformasi peranan perempuan semakin
dihargai dalam banyak hal. Perempuan juga bisa memegang jabatan atau posisi
tertentu, punya banyak kesempatan dalam hal pendidikan, berpendapat, pemikiran
bahkan berkarya. Bentuk gerakan
perubahan yang dilakukan oleh kaum perempuan ini setiap masa berbeda, ada yang
melakukannya secara individu atau dalam satu wadah komunitas/organisasi.
Disini kita akan mengulas lebih dalam bagaimana para
Srikandi Nusantara ini memulai gerakannya, apa yang melatarbelakangi
perjuangannya, bagaimana cara mereka melakukan perjuangan dan perubahan apa
saja yang telah mereka kontribusikan dari masa ke masa.
Srikandi masa
sebelum kemerdekaan
Dewi Sartika
Rd. Dewi Sartika |
Sakola Istri |
Dua tahun kemudian (1904) Dewi
Sartika mendirikan sekolah khusus untuk kaum perempuan yang bernama Sakola
Istri (Sekolah Perempuan), sekolah perempuan pertama se-Hindia Belanda.
Murid-murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, dan mereka melakukan
aktivitas menggunakan ruangan pendopo kabupaten Bandung. Lama kelamaan muridnya
bertambah banyak dan membutuhkan ruangan yang cukup besar.Dengan berbekal
tabungan pribadinya, Dewi Sartika membeli lokasi baru didaerah Kebon Cau. Meski
awalnya mendapat pertentangan dari masyarakat akibat budaya pengekangan pada
kaum perempuan, namun berkat kegigihannya, Sakola Istri mulai mendapat
tanggapan positif dari masyarakat.
Nyi Ageng Serang
Nama aslinya adalah Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi. Ia merupakan
keturunan Sunan kali Jaga dan mempunyai seorang cucu yang kelak menjadi
pahlawan pendidikan Indonesia, yaitu Ki hajar Dewantara. Meskipun namanya tidak
sepopuler R.A. Kartini, tapi perjuangannya sangat berguna bagi bumi Indonesia.
Di usia 16 tahun, ia mempunyai kepribadian yang luwes, cerdik, pandai dan
berwatak keras. Harapannya untuk membebaskan rakyat dari jajahan Belanda sangat
kuat. Beliau selalu menyebarkan benih-benih nasionalisme ketengah-tengah rakyat
untuk melawan penjajah.
Ditengah adat yang masih kuat, Nyi Ageng Serang rajin mengikuti latihan
militer bersama kaum lelaki. Ia juga sering mengikuti ayahnya, seorang yang
ahli dibidang keprajuritan yang terjun ke medan perang melawan penjajah
Belanda. Sampai ayahnya wafat, Nyi Ageng Serang menggantikan posisi ayahnya
sebagai penguasa Serang. Barulah nama gelar Nyi Ageng Serang ini diberikan
kepada beliau. Dengan kegigihannya, Nyi Ageng Serang membantu rakyatnya dan
melakukan perlawanan fisik untuk mengusir pasukan Belanda.
Nyi Ageng Serang juga membantu perjuangan Pangeran Diponegoro melalui
laskar Semut Ireng-nya. Pangeran
Diponegoro menganggap Nyi Ageng Serang adalah sesepuh dan seorang yang ahli
dalam strategi perang. Yang paling membuat sedih Nyi Ageng Serang adalah bukan
sekedar berjuang melawan penjajah, tapi ia harus melawan bangsanya sendiri yang
sudah menjadi antek-antek Belanda.Perjuangannya tidak sampai disini, bahkan di
usia lanjut pun beliau masih memimpin pasukannya meski dari atas tandu.
Di usia 76 tahun, beliau meninggal dan menyisakan Serang sebagai daerah
yang merdeka. Banyak teladan yang ditinggalkan dari seorang Nyi Ageng Serang.
Semangat pengabdian, kegigihan, kesetiaannya terhadap bangsa Indonesia bahkan
rela meninggalkan kemewahan demi perjuangannya.
Srikandi
masa kini
Di era transformasi, kita menemui banyak kaum
perempuan yang memperjuangkan
hak-haknya. Diantaranya ada Mama Yosefa, pendiri Yayasan
Hak Asasi dan Kemanusia di Papua, yang berjuang membela kaum perempuan yang
menjadi korban pelecehan, penganiayaan, pemerkosaan dan pembunuhan di pedalaman Kabupaten Mimika, Papua. Mama Yosefa juga mengimbau agar
kaum pria menghargai hak dan martabat perempuan sehingga kasus-kasus yang
dialami perempuan di pedalaman Kabupaten
Mimika, Papua tidak terulang lagi. Selain itu ada Ni Made Indrawati di Bali yang mengupayakan reaktualisasi sistem
tradisional dalam mengelola manajemen lingkungan. Indra bersama penduduk desa
Sumber Kelampok di Taman Nasional Bali
Barat membuat KUB (Kelompok Usaha Bersama) untuk mengatasi konflik yang terjadi
dengan program peningkatan pendapatan, pertanian, konservasi hutan dan kelompok
kerajinan tradisional dengan melibatkan nilai-nilai adat disana. Baru-baru ini
bertepatan di Hari Ibu tanggal 22 Desember 2014, seorang aktivis perempuan Eva Susanti Hanafi Bande mendapat grasi
dari Presiden jokowi. Eva dituduh melakukan tindak pidana penghasutan karena
memperjuangkan hak agraria masyarakat di Sulawesi Tengah.Eva menjadi korban
kriminalisasi karena melawan ketidakadilan dan menyuarakan hak-hak rakyat serta
mengadvokasi konflik lahan antara masyarakat dengan perusahaan kelapa sawit.
Gerakan
Perempuan Indonesia
Selain pejuang perempuan yang individu, banyak pula gerakan-gerakan dalam
bentuk organisasi atau perkumpulan yang isu garapannya memperjuangkan dan memfasilitasi
kebutuhan kaum perempuan. Diantaranya adalah :
Suara Ibu
Peduli
Suara Ibu Peduli (SIP) adalah suatu komunitas atau perkumpulan yang
mayoritas pengurus dan anggotanya adalah kaum hawa. Awal didirikan untuk
menjadi wadah bagi ibu-ibu yang memiliki rasa kepedulian tinggi terhadap
permasalahan yang ada dalam lingkungan sekitarnya. Masa krisis moneter tahun
1998 menjadi titik awal terbentuknya
SIP. Kondisi waktu itu adalah harga sembako sangat mahal dan masyarakat miskin
tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya. Hal ini menginspirasi sekelompok ibu
rumah tangga untuk mendirikan komunitas. Waktu itu SIP salah satu bagian divisi
sosial organisasi Jurnal Perempuan. Kemudian tahun 2002 SIP berdiri sendiri dan menjadi
perkumpulan yang independen dan mempunyai ketertarikan dengan isu sosial, yang
akhirnya bisa menjadi suara keprihatinan ibu dan perempuan. Pengurus SIP
bersifat relawan . Mereka berjuang demi kepentingan sosial dan kepentingan
masyarakat banyak dengan menggali potensi yang ada diantara mereka. Sebagai
aktivis perempuan, anggota SIP tetap bisa menyeimbangkan antara mengurus
keluarga dan aktivitasnya di SIP. Motto yang dianut oleh anggota SIP adalah :
Karena kami manusia Kami bersuara, Karena kami ibu Kami peduli, Karena kami
perempuan Kami berdaya.www.suaraibupeduli.org
The Urban
Mama
The Urban Mama menjadi salah satu forum yang cukup
menarik perhatian para orang tua dan calon orang tua. Hal-hal yang diulas dalam
The Urban Mama terkait dengan dunia parenting.
Kalau kita menengok websitenya http://theurbanmama.com/, ada
berbagai tema menarik yang bisa kita ulik seperti breast feeding, parenting,finance, home&kitchen, recipes,
health &fitness, dan ruang forum.
Artikelnya sangat beragam dan sangat bermanfaat bukan hanya untuk yang sudah
menikah tapi juga untuk calon orang tua, bahkan juga yang belum menikah. Mereka percaya bahwa setiap orang tua
mempunyai gayanya sendiri dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. The Urban Mama mempunyai forum khusus untuk
memfasilitasi para membernya berbagi informasi dari topik bisnis sampai topik
kesehatan maupun pendidikan.
AMAN
Indonesia
The Asian
Muslim Action Network (AMAN) adalah jaringan Muslim dan non Muslim -baik
individu maupun institusi- di Asia. Didirikan tahun 1990, AMAN bekerja untuk
mempromosikan keadilan dan perdamaian, termasuk pemberdayaan masyarakat, dialog
antar umat beragama, serta advokasi atas hak-hak asasi manusia dan perempuan.
Sedang AMAN Indonesia adalah lembaga yang bekerja untuk Pembangunan Perdamaian
melalui peningkatan kapasitas dan partisipasi perempuan dan mulai berdiri pada
tahun 2007.
AMAN
mempunyai visi terciptanya masyarakat harmoni tanpa kekerasan melalui
peningkatan kapasitas dan partisipasi perempuan dalam pengambilan kebijakan
dengan spirit cinta kasih, saling pengertian dan tanpa kekerasan. Salah satu
bentuk kegiatan yang dilakukan oleh AMAN dalam program pendidikan dan
pendampingan adalah membuat Sekolah Perempuan untuk Perdamaian. .http://amanindonesia.org/
###
No comments:
Post a Comment
Silakan berikan tanggapan di sini