Oleh: Any Sulistyowati
Sebagai manusia, kita tentu merupakan
bagian dari sebuah keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga besar. Posisi dan peran kita di dalam sebuah
keluarga pun berbeda-bada, misalnya sebagai istri, suami, anak, menantu, kakek,
nenek, paman dan bibi dan sebagainya. Setiap peran tentu menuntut perhatian
kita yang kita berikan antara lain dalam bentuk waktu.
Sebagai aktivis, kita juga perlu melakukan
kerja-kerja penting kita untuk mewujudkan impian kita akan perubahan dunia ke
arah yang lebih baik. Masalahnya, kerja-kerja penting kita tersebut banyak
sekali membutuhkan waktu dari kita. Jangankan berbagi waktu untuk keluarga,
banyak aktivis bahkan kekurangan waktu untuk mengurus dirinya sendiri.
Akibat situasi ini amatlah beragam. Banyak
aktivis kemudian memilih untuk tidak menikah, sehingga mereka bisa fokus
membaktikan diri mereka pada kerja-kerja penting untuk mewujudkan impian
mereka. Ada yang menikah, tetapi memilih untuk tidak memiliki anak, agar
masing-masing bisa fokus pada kerja-kerja aktivis mereka. Ada juga yang menikah,
memiliki anak dan kemudian berbagi waktu dengan pasangannya agar masing-masing
dari mereka dapat tetap beraktivitas dengan porsi waktu kerja yang lebih
sedikit. Ada yang kebetulan cukup berada sehingga bisa membayar pembantu atau
mengirim anaknya ke daycare, sehingga
keduanya tetap bisa beraktivitas secara penuh. Apapun pilihan kita, semua
memiliki konsekuensi.
Salah satu konsekuensi dari pilihan
berkeluarga dan berkarir sebagai aktivis adalah pengelolaan waktu. Waktu adalah
sumberdaya yang sangat unik dan berharga yang dimiliki oleh setiap orang. Semua
orang memiliki 24 jam sehari, tidak lebih, tidak kurang. Jika tidak digunakan,
waktu akan berlalu begitu saja. Tidak bisa kita simpan atau ditumpuk sebagai
tabungan. Bagaimana dengan waktu 24 jam setiap hari tersebut kita dapat
memenuhi semua tuntutan, baik untuk pekerjaan-pekerjaan penting kita maupun
untuk keluarga yang kita sayangi.
Setiap orang tentu bebas untuk menggunakan
waktunya. Hanya saja setiap dari kita tidak bebas dari konsekuensi dari pilihan
kita tersebut, termasuk dari cara kita menggunakan waktu yang kita miliki. Berikut
ini adalah beberapa tips yang mungkin dapat berguna bagi para aktivis untuk
mengambil pilihan-pilihan dalam pengelolaan waktunya. Di luar tips ini mungkin ada banyak tips lain
yang bisa digunakan. Silakan dimanfaatkan jika dirasa berguna atau cocok dengan
kebutuhan anda. Atau anggaplah sebagai tambahan pengetahuan, jika ternyata anda
sudah memiliki tips lain yang lebih cocok untuk kondisi anda masing-masing.
Langkah
1: Sediakan waktu untuk diri sendiri
Sebagai aktivis, seringkali kita perlu
bertindak berbeda dari kebiasaan yang berlaku umum dan menjadi contoh agar
orang lain meniru tindakan kita untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.
Kerja-kerja aktivis semacam ini menuntut energi yang besar, baik dari sisi
fisik maupun mental. Untuk itu, kita perlu memperkuat diri sendiri, baik dari
sisi fisik, intelektual, mental maupun spiritual. Untuk semua itu, kita
membutuhkan waktu. Jika kita tidak menyediakan waktu untuk itu, yang terjadi
ibaratnya seperti gergaji yang tumpul yang dipaksakan untuk memotong balok yang
besar dan keras.
Waktu untuk diri sendiri ibarat kegiatan
mengasah gergaji itu. Ada waktu yang dibutuhkan untuk mengasah gergaji. Setelah
diasah, gergaji menjadi tajam dan pekerjaan memotong kayu menjadi lebih cepat
dengan gergaji yang lebih tajam. Sebaliknya jika gergaji tidak diasah, gergaji
menjadi tumpul, dan akhirnya membutuhkan waktu yang lebih lama dan tenaga yang
lebih besar untuk memotong kayu yang besar dan keras itu.
Banyak orang merasa enggan meluangkan waktu
untuk diri sendiri. Merasa sayang untuk meluangkan waktu 20 menit setiap hari
untuk berolahraga, atau membaca buku, atau sekedar bersantai untuk kesenangan
diri sendiri. Mereka selalu menghabiskan waktu untuk orang lain, entah di
pekerjaan ataupun di keluarga. Tidak ada waktu untuk diri sendiri. Kalau
kebetulan hubungan di dalam keluarga dan pekerjaan baik, mungkin tidak terlalu
masalah; tetapi jika kondisi tersebut tidak didapatkan, kemungkinan kita akan
merasa kelelahan (burnt out). Dalam
kondisi seperti ini tentu sangat sulit bagi kita untuk fokus melanjutkan
kerja-kerja pelayanan kita. Bahkan kalau kita kelelahan, keluargapun dapat
terkena dampak dari kondisi kita. Khususnya untuk orang-orang terdekat seperti
anak-anak dan pasangan.
Kondisi kelelahan dapat memunculkan stress
dan berbagai bentuk emosi negatif yang dapat mendorong kita menjadi lebih tidak
sabaran dan tidak dapat berpikir jernih, sehingga tindakan kita justru
berdampak negatif baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, termasuk
orang-orang yang kita layani. Jika hal ini terjadi, tentu kualitas kerja-kerja
aktivis kita menjadi menurun. Kita akan menjauh dari impian kita. Demikian juga
dengan hubungan kita dengan rekan-rekan sekerja dan juga keluarga kita
kemungkinan akan ikut terpengaruh.
Menyediakan Waktu untuk Diri Sendiri |
Diri kita adalah aset terpenting dalam
mewujudkan impian kita. Saya adalah orang yang paling bertanggung jawab
terhadap diri saya. Begitu pentingnya diri kita, maka penting sekali bagi kita
untuk merawat dan mencintai diri kita lebih dari kita mencintai apapun di dunia
ini. Hal ini mungkin tampak egois menurut ukuran moral yang berlaku di
masyarakat. Tetapi jika kita tidak memiliki cinta untuk diri kita sendiri,
bagaimana kita dapat berbagi cinta yang tidak kita miliki kepada pekerjaan dan
keluarga kita?
Bagaimana kita dapat mewujudkan cinta pada
diri kita sendiri? Salah satu bentuk cinta pada diri sendiri adalah memberi
alokasi waktu khusus untuk diri kita sendiri.
Pertama-tama, kita perlu mengenali diri
kita sendiri dan kebutuhan-kebutuhannya. Kita perlu mencari hal-hal apa yang
kita sukai. Ketika kita melakukan itu kita merasa bahagia. Tidak masalah apakah
ketika kita akan melakukannya dibayar atau tidak, diketahui orang atau tidak,
berhasil atau tidak. Kita hanya merasa bahagia dan berenergi lagi ketika sedang
dan telah melakukannya. Jika ada kegiatan-kegiatan semacam itu yang dapat anda
lakukan, mungkin anda perlu mengalokasikan waktu untuk melakukannya secara
rutin sebagai cara untuk mengisi ulang batere energi anda. Dengan pasokan
energi internal yang tinggi, kita akan siap lagi untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
penting kita dan juga memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh keluarga dan
orang-orang yang kita sayangi.
Berapa lama dan berapa sering kita perlu
mengalokasikan waktu untuk diri sendiri, tentu berbeda-beda untuk setiap orang.
Kita perlu mengenal diri kita sendiri untuk dapat memutuskan polanya. Ada orang
yang mengambil waktu untuk diri sendiri setiap hari, setiap minggu, setiap
bulan, setiap tahun, setiap lima tahun dan bahkan setiap sepuluh tahun.
Bentuk kegiatannya pun bermacam-macam. Ada
yang mengambil berbagai jenis olah raga untuk kegiatan untuk diri sendiri harian,
ikut klub hobi untuk kegiatan mingguan, atau berkunjung ke tempat-tempat
menarik untuk belajar sesuatu untuk kegiatan tahunan. Apapun bentuk kegiatan
tersebut, pastikan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut memang kita sukai, kita
inginkan, dengan alokasi waktu yang memang kita luangkan dan biaya yang memang
kita rela untuk keluarkan. Jangan sampai ketika melakukan kegiatan tersebut
kita justru kepikiran beban pekerjaan atau keluarga yang ditinggalkan atau
merasa rugi karena membayar terlalu mahal. Jika ini terjadi, tujuan awal
melakukan kegiatan justru berbalik menimbulkan stress baru bagi kita.
Langkah
2 – Tetapkan orang-orang kunci dan alokasikan waktu untuk mereka
Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah
mengenali peran-peran kita. Peran-peran kita ini lahir dari impian kita tentang
hidup seperti apa yang ingin kita wujudkan. Untuk mencapai impian tersebut,
peran-peran apa yang perlu kita lakukan. Untuk setiap peran kita, kita perlu
mengalokasikan waktu yang cukup agar pelaksanaan peran tersebut bisa berjalan
dengan baik.
Misalnya, saya adalah aktivis yang
berkeluarga. Peran saya saat ini adalah aktivis di organisasi saya, ibu untuk
kedua anak saya, pasangan hidup untuk suami saya dan anak untuk orang tua saya.
Dalam peran-peran itu saya menemukan bahwa orang-orang kunci bagi saya adalah:
kawan-kawan di organisasi, anak-anak, pasangan dan orang tua saya. Nah setelah
itu, kita perlu membuat daftar tentang hal-hal penting apa yang perlu kita
lakukan bersama dengan orang-orang kunci tersebut. Misalnya, untuk kawan-kawan
di organisasi, saya perlu meluangkan waktu untuk mengerjakan berbagai proyek
impian bersama-sama. Saya perlu mendata kebutuhan waktunya dan
mendistribusikannya di dalam hari-hari saya. Demikian juga dengan anak-anak.
Saya perlu mendata hal-hal penting apa yang perlu saya lakukan bersama dengan
anak-anak dan kapan saya akan melakukannya bersama mereka. Hal yang sama
berlaku untuk orang-orang dan peran-peran kunci lainnya.
Setelah semua terdata maka saya akan
memasukkannya dalam kalender atau agenda. Dengan memasukkan seluruh daftar yang
ingin saya lakukan berikut alokasi waktunya, saya akan tahu apakah waktu saya
cukup untuk melakukan semua hal penting yang ingin saya lakukan? Berdasarkan
data tersebut, saya dapat membuat keputusan apakah saya perlu melakukan
penjadwalan ulang, atau perlu membuat alokasi baru kegiatan-kegiatan yang saya
anggap penting untuk setiap orang kunci dan berbagai penyesuaian lainnya.
Dengan melakukan langkah di atas, kita akan
memastikan bahwa orang-orang yang terpenting di dalam hidup kita telah
mendapatkan alokasi waktu yang cukup dari diri kita. Orang-orang penting
tersebut termasuk keluarga yang kita sayangi, baik keluarga inti, maupun keluarga
besar.
Berapa banyak waktu dan seberapa sering
waktu yang perlu kita alokasikan untuk masing-masing peran dan orang-orang kunci
tentu berbeda-beda untuk setiap orang. Hal pertama yang dapat dijadikan
pertimbangan adalah kebutuhan. Hal kedua yang menjadi pertimbangan adalah
ketersediaan waktu. Pada akhirnya waktu yang kita alokasikan adalah optimasi
antara kebutuhan dan ketersediaan waktu.
Menyediakan waktu untuk orang-orang kunci |
Kadang-kadang kita perlu melakukan berbagai
penyesuaian terhadap rencana, karena salah satu kegiatan yang sudah dijadwalkan
ternyata berubah waktunya, sehingga perlu menggeser kegiatan yang sudah ada di
waktu tersebut. Ketika hal ini terjadi, kita perlu mengkomunikasikan dengan
baik rencana perubahan tersebut kepada pihak-pihak terkait. Hal penting yang
perlu kita pertimbangkan adalah sikap hormat kita kepada pihak-pihak tersebut
yang mungkin sudah mengalokasikan waktunya untuk kita juga.
Pihak-pihak tersebut termasuk juga
anak-anak kita yang masih kecil atau pasangan kita, jika kebetulan kita
berkeluarga dan memiliki anak-anak. Kebanyakan anak-anak sangat mengharapkan
menghabiskan waktu bersama orang tuanya. Mereka merasa disayangi ketika kita
meluangkan waktu khusus untuk mereka. Ketika kita telah menjanjikan sesuatu,
sangat penting bagi kita untuk memenuhi janji kita tersebut. Dan jika kita
tidak dapat memenuhi janji tersebut, kita perlu berani meminta maaf dengan
tulus kepada mereka. Dengan begitu, mereka dapat merasakan bahwa kita memang
sungguh-sungguh menganggap mereka orang-orang penting di dalam hidup kita. Banyak orang justru mengabaikan orang-orang
terpenting dalam hidup mereka, karena mereka menganggap orang-orang terdekat
tersebut otomatis mengerti dan memaklumi akan tindakan kita. Kalaupun memang
demikian, tetaplah baik untuk memberitahukan perubahan jadwal kita yang
menyangkut mereka kepada orang-orang penting tersebut.
Langkah
3 – Fokus pada waktu kini
Ketika kita telah menetapkan pilihan untuk melakukan apa pada setiap waktu kita, yang perlu kita lakukan adalah fokus pada waktu kini. Jika kita sudah menetapkan waktu untuk menulis laporan, fokuslah pada laporan itu dan lupakan yang lain. Dedikasikan seluruh konsentrasi, tenaga dan perhatian kita untuk sesuatu yang sudah kita putuskan. Pasrahkan yang lain pada perawatan Tuhan atau pemeliharaan alam semesta.
Hanya dengan cara demikian kita bisa
menggunakan waktu kita secara efektif. Akan sangat sulit ketika kita sudah memutuskan
untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak, tetapi pikiran kita melayang-layang
ke pekerjaan yang belum selesai. Atau ketika kita sedang mengalokasikan waktu
untuk bekerja, kita teringat anak-anak yang sedang ulangan umum. Dengan
penggunaan waktu semacam itu, tentulah hasil yang kita capai malah tidak
maksimal. Penggunaan waktu yang tidak maksimal artinya, kita akan perlu
mengalokasikan waktu lagi untuk melaksanakan kegiatan yang terhutang. Bisa jadi
akhirnya malah mengurangi waktu kita untuk mengurus hal-hal yang kita cemaskan.
Kemampuan berfokus pada waktu kini adalah
salah satu kunci keberhasilan banyak orang. Cara-cara untuk membantu kita
berfokus berbeda untuk setiap orang. Ada orang yang memerlukan waktu hening,
tanpa suara untuk bekerja. Ada yang memerlukan musik atau suara pengiring untuk
membantu fokus. Ada orang yang perlu kita tatap matanya saat kita bicara. Ada
yang justru merasa nyaman ketika kita berbicara dengan mereka sambil melakukan
sesuatu yang lain. Pilihan-pilihan untuk dapat berfokus perlu dikenali baik
untuk kita sendiri maupun untuk orang-orang kunci. Dengan demikian, kita bisa
saling membantu untuk fokus di dalam pertemuan-pertemuan kita dengan mereka.
Mudah-mudahan dengan demikian, setiap waktu yang kita luangkan untuk
orang-orang kunci tersebut menjadi waktu yang bermakna, baik bagi kita maupun
bagi mereka.
Demikian beberapa tips berbagi waktu antara
keluarga dan aktivitas. Semoga bermanfaat. Jika anda tertarik untuk mendalami
lebih jauh tentang pengelolaan waktu anda, anda dapat menghubungi KAIL untuk
mendapatkan layanan pelatihan dan pendampingan mengenai Pengelolaan Waktu
Pribadi.
No comments:
Post a Comment
Silakan berikan tanggapan di sini