Selain
organisasi dan jaringan, ada satu faktor lain yang berpengaruh bagi munculnya sebuah
gerakan sosial, yakni nilai-nilai yang menggerakkan seseorang sebagai aktor
gerakan sosial, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Nilai-nilai
berperan memandu seseorang untuk melakukan perubahan, sekaligus menemukan kawan
seiring yang mempunyai nilai-nilai yang sama. Nilai-nilai juga memengaruhi
seseorang untuk menetapkan tujuan-tujuan khusus dan mengidentifikasi strategi
yang secara moral bisa diterima ( Donatella Della Porta& Mario Diani, 2006
: 67). Seseorang yang memegang teguh nilai-nilai yang diperjuangkan, akan
memunculkan sikap kerelawanan dalam tindakan-tindakan sosialnya.
Kerelawanan
menggerakkan seseorang untuk melakukan kerja-kerja bagi perubahan sosial dengan
tulus, tanpa pamrih dan kepentingan individu. Ada tujuan-tujuan besar yang
melandasi kerelawanan tersebut, seperti untuk kemanusiaan, terciptanya keadilan
sosial, dan sebagainya. Beberapa gerakan mahasiswa disinyalir didorong oleh
prinsip ini, karena mahasiswa dianggap belum mempunyai pamrih kekuasaan politik
atau keuntungan materi. Tetapi tentu ini perlu dilihat secara lebih teliti mana
saja yang benar-benar mempunyai tujuan mulia tersebut.
Relawan mengajar anak-anak korban gempa 2006, Yogyakarta Sumber : http://www.asiapacificymca.org |
Persoalan
mengemuka ketika fenomena kerelawanan tidak bertahan lama. Karena, setelah lulus
kuliah, berbagai orientasi lain seperti kekuasaan di bidang politik dan keberlimpahan
materi pelan-pelan menggusur nilai kerelawanan tersebut. Sudah jamak kita
dengar cerita tentang mantan aktivis mahasiswa yang dulunya demikian lantang
menyuarakan keadilan sosial dan pentingnya kepedulian terhadap rakyat yang
tertindas, tapi sekarang terbenam dalam ketiak kekuasaan dan keberlimpahan
materi. Jiwa kerelawanan telah menguap. Padahal, kebutuhan terhadap relawan
selalu dibutuhkan sepanjang waktu.
Walau
kebutuhan akan relawan terus ada, tapi relawan sekarang ini seperti spesies
langka. Organisasi-organisasi
sosial tidak mudah mencarinya. Dulu, pasokan relawan maupun aktivis sosial
berasal dari mantan aktivis mahasiswa, tapi kini tidak semudah dulu
mendapatkannya. Ini terkait dengan
tidak adanya upaya yang sungguh-sungguh untuk mengkader relawan di satu sisi. Sementara
di sisi lain terdapat tarikan yang demikian kuat dari dunia dengan kelimpahan materi.
Padahal, keberadaan relawan bagi perubahan sosial tidak bisa diremehkan.
Dalam gerakan sosial, peran relawan menjadi
demikian penting. Beberapa dari mereka terlibat dalam urusan keorganisasian dan
banyak juga yang bekerja secara individual alias tidak terikat di dalam organisasi
tertentu. Ini sejalan dengan pemahaman gerakan sosial sebagai arus kepedulian
yang melibatkan orang atau organisasi yang diikat oleh visi untuk melakukan
perubahan di masyarakat, baik nilai-nilai, struktur, adat istiadat maupun
aturan-aturan yang dianggap keliru dan tidak adil. Jadi, keterlibatan dalam
gerakan sosial untuk tujuan-tujuan mulia bisa dilakukan dalam organisasi maupun
secara sendiri-sendiri yang terkoneksi dengan organisasi atau individu lain,
yang penting ada “arus kepedulian”. Bisa saja arusnya kecil, tapi bila arus
yang kecil-kecil saling terhubung bisa menjadi air bah yang “membahayakan”
dalam bentuk gerakan sosial.
Relawan membantu korban bencana Sumber foto : http://sblog-susi.blogspot.com/2011/09/penelitian-menunjukkan-relawan-lebih.html |
Salah
satu gerakan sosial yang didukung oleh banyak relawan yang berasal dari
jaringan global adalah gerakan anti-globalisasi. Kelompok relawan tersebut
melakukan aksi demonstrasi besar-besaran di Seattle pada November 1999,
bertepatan dengan Pertemuan World Trade Organization (WTO) yang diselenggarakan
di kota tersebut. Banyak
organisasi, relawan, individu dari
penjuru dunia terlibat dalam aksi di Seattle pada November 1999 tersebut.
Gerakan ini berlanjut dengan World Sosial Forum (Forum Sosial Dunia) sebagai
tandingan dari World Economic Forum (WEF) yang selama ini dianggap justru
menciptakan ketimpangan dan kemiskinan di negara-negara selatan, memperkaya
negara utara, khususnya para pemilik korporasi besar. Gerakan ini tidak sekedar
anti terhadap globalisasi neoliberal, tapi juga memberi alternatif terhadap
sistem ekonomi, politik dan kebudayaan yang adil dan lestari.
Senada
dengan di muka, gerakan sosial di Indonesia, baik gerakan perempuan,
lingkungan, petani, buruh, rakyat miskin kota, juga melibatkan banyak
organisasi dan individu, termasuk para relawan. Gerakan ini mengalami pasang
naik dan surut, ada organisasi yang terus bertahan dan ada pula yang tenggelam,
sebagai dampak dari perkembangan eksternal sekaligus internal dari mereka yang
terlibat dalam gerakan sosial ini. Keberadaan relawan tentu memengaruhi pasang
naik dan surut organisasi sosial tersebut. Walau demikian, sudah dapat
dipastikan, peran relawan tak bisa dikesampingkan dalam gerakan sosial yang
terjadi di Indonesia maupun di dunia.
Relawan PMI Sumber foto : http://sentanaonline.com/detail_news/main/707/1/12/02/2011/index.php |
Tiga Peran Penting Relawan
Setidaknya
ada tiga peran penting relawan dalam gerakan sosial. Pertama, relawan berperan
dalam menambah energi bagi gerakan sosial. Mereka bekerja dengan komitmen tinggi, tanpa pamrih pribadi
dan memiliki daya tahan tinggi, karena dipandu oleh nilai dan visi. Jika
relawan seperti ini melibatkan diri dalam sebuah organisasi, maka daya juang
dan daya tahan para aktivis dalam organisasi tersebut juga akan terpengaruh,
walaupun untuk keterampilan atau kompetensi belum tentu memadai. Tetapi,
biasanya relawan tidak terikat lama dalam sebuah organisasi secara formal, atau
dengan kata lain tidak terus-menerus terlibat dalam sebuah organisasi. Berbeda
dengan staf atau aktivis organisasi.
Kedua, relawan berperan dalam menyebarkan nilai-nilai, visi dan
gagasan untuk perubahan. Relawan
seperti ini biasanya bukanlah relawan pemula, tapi memang sudah terbiasa
melakukan hal-hal sesuai dengan kompetensinya untuk mendukung perubahan, walau
tidak terlibat dalam sebuah organisasi.
Karena, walaupun tidak terlibat dalam organisasi, relawan bisa bekerja
secara individu dalam menyebarkan nilai-nilai, visi, serta gagasan melalui
tulisan, media visual atau audio-visual. Melalui berbagai media tersebut,
relawan ikut andil dalam peningkatan kepedulian dan kesadaran warga tentang
sebuah isu, misalnya kerusakan lingkungan, kemiskinan atau epidemi korupsi.
Seniman yang terlibat dengan rakyat serta intelektual organik bisa dimasukkan
dalam kategori ini.
Ketiga, relawan juga mempunyai peran dalam menggerakkan komunitas. Banyak individu-individu
melebur ke komunitas akar rumput; seperti komunitas buruh, petani, rakyat
miskin kota, masyarakat adat; untuk melakukan pemberdayaan. Upaya yang
dilakukan misalnya meningkatkan kesadaran kritis rakyat, meningkatkan kohesi
sosial dan solidaritas antar rakyat, melakukan advokasi, dan membentuk
organisasi akar rumput tanpa harus masuk dalam organisasi tersebut. Peran
seperti ini biasa juga disebut juga community
organizer, atau ada juga yang menyebutnya penggerak komunitas. Penggerak
komunitas tidak harus berasal dari luar komunitas, dia bisa berangkat dari komunitas atau bagian dari pemilik
masalah. Tapi mereka bekerja secara sukarela untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi komunitas tersebut.
Langkah
yang harus dilakukan kemudian adalah bagaimana tiga peran penting relawan
tersebut bisa selalu ada dalam sebuah gerakan. Atau, minimal relawan dengan
peran-peran seperti tersebut di muka bisa saling terkoneksi atau berjejaring. Karena
perannya penting, sedangkan keberadaannya langka, maka perlu upaya-upaya ‘menciptakan’
relawan-relawan baru bagi transformasi sosial. Salah satu upaya menciptakan
relawan ini bisa melalui berbagai kegiatan yang menarik bagi kalangan muda,
tapi tetap dengan nilai-nilai dan visi untuk transformasi sosial. Jika upaya
ini terus menerus dilakukan, apalagi dilakukan oleh banyak organisasi sosial,
maka kelangkaan tersebut dapat diatasi dan proses transformasi sosial melalui
gerakan sosial semakin cepat terjadi, dengan dukungan relawan-relawan yang
tangguh.
Ari Ujianto
(Penulis adalah Direktur Yayasan Desantara dan Associate KAIL)
No comments:
Post a Comment
Silakan berikan tanggapan di sini