Masalah
terbesar untuk memperoleh rumah adalah biaya yang besar. Salah satu strategi
untuk mengurangi biaya pembuatan rumah adalah dengan menggunakan material
bekas. Dengan penggunaan material bekas, biaya pembelian bahan bangunan dapat
ditekan. Meskipun ada banyak keterbatasan yang akan kita hadapi ketika
menggunakan material bekas, kita tetap dapat membangun rumah yang berkualitas.
Untuk memastikannya, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut.
Salah
satu keterbatasan ketika menggunakan material bekas adalah ukuran. Hal ini
misalnya terjadi untuk kusen bekas, pintu, jendela bekas. Jika ingin murah,
kita perlu memanfaatkan yang ada sebanyak mungkin dalam bentuk aslinya.
Kalaupun terpaksa dibongkar dan dibuat ulang, maka akan ada sejumlah biaya yang
dibutuhkan untuk membongkar dan mengolah ulang material tersebut menjadi bentuk
dan ukuran sesuai keinginan kita.
|
|
||||
Gambar: Panel pintu Rumah KAIL
ini terbuat dari kayu rasamala bekas bongkaran rumah dan panel kayu pinus bekas
peti kemas. Demikian pula dengan tiang-tiang dan kusen pintunya menggunakan
kayu rasamala bekas. Kaca dan keramik lantainya pun menggunakan material bekas.
Keterbatasan
lain yang perlu diperhatikan ketika menggunakan material bekas adalah
keseragaman. Kadang-kadang cukup sulit untuk mendapatkan sejumlah material
dalam bentuk dan ukuran yang sama. Untuk itu, kita perlu pandai-pandai memilih
dan memadupadankan apa yang ada. Sebagai contoh, lantai keramik. Untuk keramik
putih polos, mungkin stoknya agak banyak, tetapi untuk keramik bercorak, belum
tentu tersedia sejumlah yang dibutuhkan. Jika barang yang kita cari tidak
tersedia dalam jumlah yang cukup, alternatifnya adalah membuat kombinasi dari
apa yang ada. Jika cukup kreatif maka desain komposisi yang baru bisa jadi
malah lebih bagus dari jika menggunakan jenis dan warna keramik yang seragam
saja.
Gambar: Perlu kreativitas untuk
memanfaatkan sisa keramik dengan corak dan warna berbeda sehingga menjadi pola
yang unik.
Lokasi pengambilan foto: Rumah Pribadi,
Bandung
Persoalan
ukuran ini juga menjadi masalah pada bahan bangunan yang membutuhkan ukuran
seragam. Meskipun jenis barangnya sama atau bahkan berasal dari pabrik yang
sama, kadang-kadang material bekas yang kita beli berbeda ukurannya. Perbedaan
ini seringkali kecil, tetapi apabila tidak diperhatikan akan mempengaruhi
kualitas rumah kita.
Genteng
adalah salah satu contohnya. Jika kita menggunakan genteng sebaiknya digunakan
genteng dengan ukuran seragam. Ukuran genteng yang tidak seragam akan menyebabkan
kuncian genteng di reng menjadi kurang rapat dan potensial menimbulkan
kebocoran di musim penghujan. Jika terpaksa digunakan genteng dengan ukuran
beragam, kelompokkan genteng yang ukuran dan bentuknya sama untuk digunakan di
bagian tertentu rumah. Sementara ukuran genteng yang lain dapat digunakan di
sisi rumah yang lain. Hal ini akan meminimalisir kebocoran akibat pemasangan
genteng yang kurang sempurna karena ukuran yang berbeda-beda.
|
Gambar: Pemasangan genteng
yang rapi dan seragam akan mengurangi kemungkinan tampyas dan bocor.
Lokasi pengambilan foto: Rumah Kail (kiri) dan Rumah
Pribadi (kanan), Bandung
Keterbatasan
lain yang perlu diperhatikan ketika menggunakan material bekas adalah
kebersihan atau bahkan cacat pada material. Sebagai contoh adalah geropel pada
keramik bekas, adanya paku atau lubang bekas paku pada kayu, atau adanya sisa
adukan semen yang masih menempel di keramik bekas.
Untuk
mengatasi hal ini, ada teknik-teknik tertentu yang dapat diterapkan tergantung
jenis materialnya. Sebagai contoh, paku yang menempel di kayu dapat dicabut,
kemudian lubang bekas pakunya dapat diatasi dengan memberi dempul. Untuk
menghaluskan dapat digunakan amplas. Geropel pada keramik biasanya terjadi pada
tepiannya. Hal ini dapat diatasi dengan memperbesar ukuran nat, sehingga bekas
geropel tidak terlalu terlihat. Sisa adukan semen dapat dibersihkan dengan
menggunakan cetok atau sekap, kemudian dibersihkan dengan air dan lap. Jika
adukan masih sulit dihilangkan, maka dapat dilakukan mengamplasan sebelum
dilap. Untuk kayu bekas, kadang kadang warnanya menjadi hitam karena tertutup
jamur. Jika hal ini terjadi, maka kayu dapat disikat dengan menggunakan sikat
kawat untuk menghilangkan jamur dan lumut yang menempel, kemudian dilakukan
pengecatan atau pemelituran ulang sesuai dengan kebutuhan.
|
|
|||||
Gambar: Panel dinding bekas –
sebelum dan setelah dibersihkan jamurnya kemudian dicoating ulang
Lokasi pengambilan foto: Rumah
KAIL, Bandung
Hal lain
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan material bekas adalah kekuatan.
Adakalanya kekuatan bahan menjadi menurun setelah dipakai. Untuk itu kita perlu
pandai-pandai memilih agar diperoleh material yang masih kuat. Sebagai contoh
adalah besi. Perhatikan besi bekas yang dibeli, apakah masih utuh? Adakah
bagian yang sudah berkarat? Hal yang sama berlaku untuk kayu. Perhatikan apakah
ada kelapukan atau bubuk yang membuat kayu menjadi hancur? Seringkali material
bekas dengan merek tertentu lebih awet daripada material baru merek yang lain.
Untuk itulah kita perlu pandai-pandai memilih, material mana yang cocok untuk
kebutuhan dan kantong kita.
Aspek
lain yang perlu diperhatikan adalah kelengkapan onderdil. Hal ini berlaku
antara lain untuk kloset bekas serta kran air. Perhatikan apakah bautnya masih
lengkap. Jika sudah berkurang, periksalah apakah tersedia alternatif pengganti
onderdil yang hilang tersebut? Kadang-kadang ketidaklengkapan satu komponen
kecil dapat mempengaruhi efektivitas pemakaian. Misalnya penggunaan keran bekas
yang bautnya kendor sehingga menyebabkan kebocoran kecil mungkin tampaknya
sepele. Tetapi apabila tidak diperbaiki, air yang menetes bocor sebetulnya akan menjadi banyak apabila
dikumpulkan atau ditampung dalam waktu yang cukup lama. Ini berdampak pada
pemborosan sumberdaya dan biaya tentunya.
Adakalanya
kita menggunakan bahan bekas yang bukan bahan bangunan untuk dijadikan bahan
bangunan. Sebagai contoh, saya menggunakan panel dinding yang diolah dari kotak
kayu peti kemas. Agar dapat menjadi panel dinding yang cantik, kayu peti kemas
tersebut perlu diserut halus, disusun dengan rapi dan diberi pelitur transparan
agar serat kayunya kelihatan. Harga kotak peti kemas tersebut sangat murah,
apalagi apabila membelinya dalam jumlah banyak. Hanya saja diperlukan biaya
tukang untuk menyerut dan mengolah kayu-kayu tersebut menjadi bahan bangunan
yang siap pakai.
Gambar: Panel dinding dari kayu
petikemas
Lokasi pengambilan foto: Rumah
Pribadi, Bandung
Lepas
dari segala keterbatasan di atas, berikut ini adalah beberapa keuntungan dalam
menggunakan material bekas. Salah satu keunggulan menggunakan material bekas
adalah harga yang lebih murah daripada material baru. Dengan harga yang lebih
murah, kita dapat memperoleh material berkualitas sesuai kebutuhan pembangunan
rumah kita. Meskipun demikian, kita
perlu berhati-hati. Tidak semua material bekas harganya lebih murah dari
material baru. Dalam kasus barang-barang kuno langka, seperti tegel bercorak,
harganya bisa jadi jauh lebih mahal daripada harga keramik corak yang baru.
Untuk itu kita perlu pintar-pintar menyesuaikan kebutuhan material dengan
ketersediaan dana yang ada.
Keuntungan
kedua adalah memacu kreativitas dalam merancang rumah kita. Dengan keterbatasan
material yang tersedia, kita bisa mengeksplotasi kombinasi-kombinasi yang
cantik dan sesuai dengan selera kita. Rumah kita menjadi unik dan berbeda
dengan rumah orang lain. Lewat merancang rumah, kita bisa mengekspresikan diri
kita dan mencari pola-pola rancangan yang sesuai dengan kebutuhan kita.
Manfaat
lain dari penggunaan material bekas adalah kita memperpanjang umur pakai
material. Kita akan membantu mengurangi limbah yang mencemari bumi dan
mengurangi pemakaian material baru. Setiap penggunaan material baru tentu ada
sejumlah sumberdaya dan energi yang diambil dari alam. Dengan menggunakan
material bekas kita membantu mengurangi beban bumi untuk menghasilkan
barang-barang kita. Kitapun dapat memperpanjang umur pakai material yang lama
dan mengurangi sampah. Semoga dengan semakin banyak material bekas yang dapat
dimanfaatkan, bumi kita makin terjaga.
***
[1]Any Sulistyowati adalah Koordinator KAIL,
sebuah LSM yang memiliki misi untuk mendukung tumbuhnya agen-agen perubahan
sosial di masyarakat yang berkedudukan di Bandung. Ia merupakan Fellow LEAD
(Leadership for Environment and Development), Donella Meadows Institute dan
Sustainability Leaders Network.
No comments:
Post a Comment
Silakan berikan tanggapan di sini