Oleh: Umbu Justin
“A querencia is a place the bull naturally wants to go to in the ring, a preferred locality... It is a place which develops in the course of the fight where the bull makes his home. It does not usually show at once, but develops in his brain as the fight goes on. In this place he feels that he has his back against the wall and in his querencia he is inestimably more dangerous and almost impossible to kill."
-Ernest Hemingway, Death in the Afternoon
Umbu Robaka
Ketika para
arsitek muda dari Construye Identidad Peru, melakukan survei arsitektur di
kampung adat Weelewo, Sumba, mereka mengajukan pertanyaan biasa kepada wali
adat Marapu, Rato Umbu Robaka: “Apakah
dianggap penting anak-anak diajarkan kecakapan membangun rumah?” Rato tersebut
menujuk ke langit, pada bintang-bintang yang menaungi Weelewo, "Jalan
terdekat!"serunya.
Construye
Identidad adalah kelompok aktivis-arsitektur yang pergi ke sejumlah negara
sepanjang lintasan lintang khatulistiwa untuk membawa pesan keberlanjutan
kepada dunia. Mereka belajar kebijaksanaan berkelanjutan yang dijalankan oleh
masyarakat lokal tradisional. Di Weelewo
mereka tinggal dan belajar hidup bersama warga kampung tersebut sambil
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kebiasaan hidup dan seni membangun
rumah.
Para arsitek
tersebut menangkap beberapa hal yang sukar dipahami terutama masalah gender,
biaya pernikahan yang sangat mahal, paham ketuhanan yang tidak mengarah pada
entitas personal dan juga hubungan kekerabatan dalam kampung yang ternyata
bersumber pada satu garis keturunan bersama. Namun yang paling sulit dipahami
pada saat pertama kali diungkapkan adalah jawaban Rato Umbu Robaka tentang
pewarisan keahlian membangun kepada generasi muda.
Membangun Rumah sebagai Jalan
Terdekat
Umbu Robaka
adalah penjaga warisan Marapu, keyakinan suci setiap orang Sumba tentang alam
semesta, hidup, dan pelaksanaan diri manusia serta 'Tuhan' pemilik segala
sesuatu. Marapu bukan agama. Itu lebih mirip sebuah visi kosmologis yang
bersifat mistis, dimana ide ketuhanan bukan merupakan faktor sentral meskipun
di sana-sini ada cukup indikasi spiritual tentang pengakuan adanya relasi
transenden antara manusia dan roh yang sangat suci darinya segala sesuatu
memancar menjadi kehidupan.
Jawaban Umbu
Robaka pada Construye Identidad tentang kecakapan membangun berasal dari visi
kosmologis Marapu tersebut. Umbu itu 'master
builder' ahli membangun rumah sumba.
Membangun
rumah Sumba dimulai dengan menemukan empat tiang utama. Para Rato,
pemuka adat, masuk ke dalam hutan
larangan dan meminta kesediaan pohon-pohon tua untuk menginisiasi kehidupan di
kampung. Pohon-pohon tua yang telah memikul tugas mengikat air dari langit,
memberi rumah pada burung-burung, binatang-binatang kecil, keteduhan bagi
tetumbuhan muda di dasar hutan. Dengan tarian dan lantunan syair, batang pohon
ditarik menuju kampung untuk menjadi peneduh kehidupan baru. Master builder, Umbu Robaka akan memilih sejumlah tukang
untuk mengukir keempat tiang utama tersebut dan sesudah itu dengan upacara
meriah seisi kampung dan anggota suku dari rumah tersebut akan mendirikanmya
dan melanjutkan penyelesaian rumah tersebut.
Rumah Sumba
melambangkan roh Marapu, berupa orangtua penuh kebaikan yang memangku
anak-anaknya. Figur anthropomorphic
dari rumah Sumba tergambar dari kesepadanan antara bagian-bagian bangunan
dengan wujud tubuh manusia. Atap teduh dengan menara menjulang mengambarkan
tubuh yang dihiasi dengan kepala berikat kain destar yang sekaligus mewakili
daya feminin dan maskulin. Rangka atap melambangkan rusuk dan tali-tali hutan
yang mengikatnya melambangkan otot. Tiang-tiang utama melambangkan tumpuan ke
atas tanah, kaki yang kokoh, sekaligus membawakan pesan kehadiran penghuni
rumah, anak lelaki dan menantu perempuan di depan, serta ayah dan ibu di
belakang mereka. Di ruang tengah antara keempat tiang utama terdapat perapian
yang senantiasa bernyala, menyebarkan kehangatan dan membumbungkan asap untuk
memuliakan peti suci di atasnya. Peti suci itu berisi hasil panenan serta
ari-ari dari setiap keturunan keluarga suku tersebut.
Daya
simbolik yang dinyatakan oleh rumah Sumba menjadi lengkap ketika keluarga
berkumpul di sekitar perapian dan makan bersama. Di sinilah Marapu, yakni daya
kehidupan berlangsung dalam keseharian yang sahaja.
Rumah Sumba
dengan demikian adalah sebuah cerita tentang manusia yang mempercayakan
hidupnya pada Marapu, daya hidup semesta. Kecakapan membangun, pengetahuan,
penghayatan relasi eksistensial antara manusia dengan lanskapnya, dengan alam
mahaluas, tindakan berumah itu sendiri, semuanya menjawab pertanyaan kita tentang Jalan
Terdekat dari Umbu Robaka.
No comments:
Post a Comment
Silakan berikan tanggapan di sini