Salam Transformasi!
Di bulan Agustus
ini, Pro:aktif Online kembali hadir di tengah-tengah Anda. Setelah pada edisi
sebelumnya kita merefleksikan salah satu kebutuhan dasar, yaitu pangan, kini
kami mengajak pembaca sekalian untuk merefleksikan ‘papan’ yang juga merupakan
kebutuhan mendasar dalam hidup manusia.
Papan (shelter
atau hunian) yang memadai adalah salah satu kebutuhan paling mendasar manusia.
Manusia butuh tempat untuk bermukim: beristirahat, berlindung, dan berkegiatan
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan baik secara individu maupun kolektif.
Papan yang memadai akan mendukung kondisi jiwa dan raga manusia yang tinggal di
dalamnya. Sehingga, kondisi hunian serta pemukiman yang memadai hendaknya dapat
mendukung pencapaian kualitas hidup kita sebagai manusia. Tercapainya kualitas
hidup yang baik, mengoptimalkan kemampuan manusia untuk beraktivitas,
mewujudkan visi dan misi hidupnya di dunia.
Oleh karena itu,
dengan mengusung tema “Tantangan Pemenuhan Kebutuhan Papan (Hunian) di Masa
Kini” kami mengajak Anda untuk menelusuri artikel-artikel di dalam edisi ini.
Rubrik PIKIR
menghadirkan tiga buah tulisan, yang mengajak pembaca untuk merefleksikan makna
sebuah rumah atau tempat tinggal. Dua artikel yang dibawakan oleh Eventus Ombri
Kaho dan Umbu Justin mengungkapkan tentang makna sebuah rumah bagi masyarakat
tradisional di kedua tempat berbeda di Indonesia, yaitu di Besikama (Kabupaten
Malaka) dan Weelewo (Kabupaten Sumba Barat Daya). Bagi masyarakat di kedua
tempat tersebut, rumah tak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung semata.
Rumah merupakan pusat aktivitas spiritual, yaitu ruang pertemuan manusia dengan
Sang Pencipta sekaligus perwujudan daya juang manusia di tengah alam semesta
ini. Setiap bagian dari rumah yang mereka bangun memiliki maknanya
masing-masing yang terhubung dengan pengalaman spiritual tersebut. Artikel
ketiga dari rubrik ini, masih oleh Umbu Justin, mengajak pembaca untuk
merenungkan sebuah seni membangun ‘papan’ atau bangunan tempat tinggal menurut
sudut pandang almarhum Romo Mangunwijaya Pr., seorang rohaniwan sekaligus
arsitek. Bagi Romo Mangun, membangun sebuah rumah adalah pemaknaan kembali
hidup manusia yang bertarung dalam kompleksitas hidup sekaligus merayakan
keindahan dari kehidupan itu sendiri.
Rubrik MASALAH
KITA dibawakan oleh Kristoporus Primeloka, membawakan permasalahan yang
dihadapi sebagian besar masyarakat Indonesia dalam pemenuhan tempat tinggal,
yaitu fenomena terpusatnya lokasi pembangunan perumahan yang pada lokasi mata
pencaharian, yang berakibat pada terjadinya arus perpindahan masyarakat
mendekati lahan pencaharian, yang kemudian mengakibatkan masalah lainnya,
seperti terbentuknya perkampungan kumuh-padat penduduk dan terjadinya
penggusuran. Penyebab lain dari kepadatan pemukiman adalah terdapatnya
paradigma bahwa satu keluarga perlu memiliki satu rumah. Penulis menggugah
pembaca dengan pemikiran tentang alternatif lain yang bisa dilakukan terkait
dengan pengadaan rumah bagi keluarga.
Rubrik OPINI
menghadirkan artikel dari Ari Ujianto yang mengungkapkan permasalahan yang sama
seperti di rubrik sebelumnya, yaitu kurangnya akses perumahan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah. Di dalam artikel tersebut, Ari Ujianto mengajukan dua
terobosan bagi pemenuhan hak atas tempat tinggal yang layak bagi masyarakat,
pertama, melalui perbaikan kebijakan pemerintah atas penataan perumahan bagi
rakyat, kedua, melalui peningkatan keswadayaan masyarakat dalam mencukupi
kebutuhan tempat tinggalnya.
Rubrik TIPS
menghadirkan tiga artikel. Dua artikel ditulis oleh Any Sulistyowati. Artikel
pertama, berdasar pengalaman pribadinya, Any Sulistyowati menulis tentang
langkah-langkah membangun rumah impian sesuai dengan kondisi aktual sumberdaya
maupun finansial yang dimiliki. Sedangkan pada artikel kedua, masih ada
hubungannya dengan artikel pertama, adalah tentang langkah-langkah membangun
tempat tinggal dengan biaya hemat dan selaras alam, yaitu dengan material
bekas. Pembaca dapat mempelajari latar belakang pemilihan material membangun
rumah yang selaras dengan alam di dalam artikel ini. Artikel ketiga, ditulis
oleh Jaladri, yang menuliskan tentang gaya hidup hemat dan selaras alam yang
perlu dilakukan oleh aktivis dalam bertempat tinggal.
Rubrik MEDIA dibawakan oleh Kukuh Samudra yang menulis
resensi sebuah buku berjudul Halaman Rumah/YARD, dari Tanah Indie, sebuah
komunitas pemerhati isu papan di Makassar. Buku tersebut memuat esai-esai
terkait pekarangan atau halaman rumah sebagai bagian dari tempat tinggal
manusia, yang dibidik dari berbagai tema, yaitu antara lain: tradisi, interaksi
sosial dan ruang hidup.
Rubrik JALAN-JALAN dibawakan oleh Any Sulistyowati.
Artikelnya membawa pembaca untuk melihat sebuah komunitas bernama Cobb Hill
Community Co-housing di Amerika Serikat. Cobb Hill merupakan sebuah komunitas yang
bertempat tinggal bersama sekaligus menjalankan pola hidup bersama untuk hidup
selaras alam. Komunitas tersebut memenuhi kebutuhan harian mereka secara
mandiri. Oleh karena itu, selain membangun rumah-rumah tempat tinggal,
komunitas ini melengkapinya dengan lahan pertanian dan peternakan sebagai
sarana pemenuhan kebutuhan hidup.
Rubrik PROFIL dibawakan oleh Fransiska Damarratri yang
menulis profil 4 komunitas dan organisasi pemerhati isu papan yang ada di
Indonesia. Dari artikel tersebut, kita
dapat mengetahui bahwa terdapat sepak terjang berbagai pihak di Indonesia
maupun di dunia, yang mengupayakan tercapainya ruang hidup yang lebih baik,
swadaya, dan bersama (komunal) bagi seluruh masyarakat.
Rubrik RUMAH KAIL dibawakan oleh Didit Indriati yang membagikan
pengalaman KAIL dalam merawat dan memelihara rumah dan kebun dengan cara yang
selaras dengan alam.
Keseluruhan artikel dalam edisi ini diharapkan menginspirasi
kita semua, dimulai dari pemetaan masalah-masalah yang muncul seputar pemenuhan
kebutuhan akan tempat tinggal. Untuk mengatasi masalah, disajikan berbagai
tawaran solusi antara lain : (1) alternatif cara mengorganisir diri dan
masyarakat agar swadaya dalam pemenuhan kebutuhan tempat tinggal, (2) penerapan
gaya hidup bertempat tinggal, (3) cara-cara membangun dan merawat rumah yang
selaras alam. Kita dapat mengetahui berbagai pihak baik individu maupun
komunitas telah mengupayakan langkah-langkah pemenuhan ruang hidup yang lebih
baik dari hari ke hari, demi tercapainya kualitas hidup manusia yang semakin
baik serta selaras dengan alam.
Akhir kata, seiring dengan gempita peringatan kemerdekaan
Republik Indonesia yang jatuh pada bulan ini, kami berharap bahwa kita semua
semakin merdeka terhadap pilihan dan tindakan yang kita ambil sehubungan dengan
pemenuhan ruang hidup yang mendorong tercapainya kualitas hidup manusia yang
lebih baik serta selaras dengan alam.
MERDEKA!
Navita Kristi Astuti