Percayakah anda bahwa kebahagiaan dapat diraih dan dapat bertahan
lama menetap di dalam diri anda?
Bagaimana memperoleh kebahagiaan semacam itu? Di dunia yang hiruk pikuk oleh
berbagai tuntutan dan tekanan, entah itu dari sekolah, pekerjaan maupun rumah
tangga, tentu semakin banyak orang mendambakan kebahagiaan. Siapa yang tidak
ingin menjadi bahagia? Semua orang pasti ingin bahagia.
Definisi
Kebahagiaan
Apakah kebahagiaan menurut anda? Hmm…pertanyaan yang gampang-gampang sulit
menjawabnya. Jika anda
menjawabnya dengan, “Saya berbahagia kalau …” atau “Saya berbahagia ketika …”, anda perlu
mempertanyakan kembali apa makna sesungguhnya sebuah kebahagiaan bagi diri anda.
Dr. Russ Harris, dalam
bukunya Happiness Trap
mengklasifikasikan kebahagiaan dalam dua jenis. Jenis kebahagiaan pertama
meliputi perasaan senang, berbunga-bunga, melambung, dan melayang. Namun,
perasaan yang dialami cepat sekali hilang. Sekali hilang, orang akan kembali
pada ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan mereka.
Sedangkan jenis kebahagiaan
kedua adalah perasaan bermakna dalam hidup ketika melakukan sesuatu sesuai
dengan hasrat hati dan ketika hidup dijalani dengan tulus dan penuh rasa
syukur. Jenis kebahagiaan yang kedua ini menyentuh sisi terdalam batin manusia,
sehingga kebahagiaan itu tidak bersifat sementara.
Mengapa
kebahagiaan tidak berlangsung lama?
Konstruksi sosial masyarakat
menciptakan bahwa setiap orang harus terlihat bahagia dan tegar. Seperti
ungkapan demikian, “Wah, nggak nyangka ya, ternyata hidupnya bermasalah.
Padahal selama ini melihat orang itu penuh dengan tawa dan canda. Tak ada
sedikit pun terlihat keresahan dan kesedihan di wajahnya!” atau ungkapan
seperti ini, “Aku memiliki pekerjaan yang layak, rumah yang besar dan mobil
trend terbaru. Anak-anakku manis dan penurut, suamiku menyayangi aku lebih dari
segalanya. Tetapi, mengapa di dalam hati ini kegelisahan itu senantiasa
muncul?”
Perhatikan bahwa
cerita-cerita dalam dongeng maupun film yang umumnya digemari, biasanya diakhiri
dengan happy ending. Perhatikan juga
anggapan tentang lelaki yang menangis adalah lelaki cengeng atau seseorang yang
menunjukkan kesedihannya dengan air mata, seringkali dianggap lemah dan tidak
tegar. Ternyata, dunia telah turut merekayasa pemikiran manusia, bahwa
kehidupan haruslah selalu diwarnai dengan kehidupan yang manis, teratur dan
penuh tawa. Padahal, kenyataannya hidup manusia tidak sesederhana itu.
Berangkat dari gambaran dunia
tentang kebahagiaan, maka Dr. Russ Harris mengungkapkan sebuah istilah :
kebahagiaan semu. Rupanya, kebahagiaan semu ini tak bertahan lama. Kebahagiaan
semu ini terlihat di permukaan, namun tak menyentuh kedalaman hati seseorang,
sehingga ia dapat hilang begitu saja. Oleh karena itu, sebaiknya setiap orang
mulai meneliti kembali apa makna kebahagiaan bagi dirinya. Mengapa kebahagiaan
yang ia miliki tak berlangsung lama.
Kebahagiaan semu adalah
kebahagiaan yang dangkal, tak menyentuh ke dalam hati manusia. Kebahagiaan yang
dangkal ini sangat mungkin terjadi, ketika manusia menyandarkan kebahagiaannya
di luar dirinya. Seperti contoh sederhana berikut ini : “Saya merasa bahagia
apabila diberi perhatian oleh orang-orang yang saya cintai.” Apa yang terjadi
apabila orang-orang yang ia cintai tidak mampu lagi memberi perhatian padanya?
Kebahagiaannya mungkin saja hilang.
“Saya merasa bahagia jika
memiliki uang yang banyak.” Ini merupakan contoh bahwa kebahagiaan seseorang
diletakkan pada kepemilikan di luar dirinya. Apa yang terjadi ketika uangnya habis?
Ia tak akan berbahagia.
Namun, bagaimana caranya
meletakkan kebahagiaan di dalam diri kita sendiri? Bagaimana mengusir perasaan
negatif yang sering muncul tanpa diundang? Bagaimana mengatasi kekecewaan yang
bersumber dari hal-hal di luar kita?
Bagaimana
Cara Keluar dari Kebahagiaan Semu?
Apakah cara yang terbaik
untuk keluar dari kebahagiaan semu? Pertama-tama, kita perlu mengenal diri kita
terlebih dahulu. Kenali perasaan-perasaan negatif yang seringkali membuat kita tidak bahagia. Kenali saat-saat kita terjebak dalam kebahagiaan semu. Salah satu
cara sederhana untuk mengenali diri adalah dengan membuat catatan harian untuk
merefleksikan pengalaman kita setiap harinya. Kita dapat mencoba mencatat pikiran-pikiran negatif apa yang muncul
sepanjang hari itu, misalnya.
Langkah selanjutnya, mungkin
terdengar baru bagi anda.
Alih-alih mengenyahkan pikiran negatif, Dr. Russ Harris menganjurkan setiap
orang untuk menerima hadirnya pikiran-pikiran negatif dalam hidup manusia. Bukan
menerima untuk kemudian berkubang dalam kesedihan dan kekecewaan tentu saja.
Tetapi, menerima bahwa kesedihan, kekecewaan dan pikiran negatif adalah bagian
dari kehidupan dan
melatih diri untuk tidak terseret dalam pusaran kesedihan itu sendiri.
Bagaimana caranya?
Ketika anda telah mengenali sumber-sumber kesedihan anda, tenangkanlah diri anda. Ya, mungkin anda sedih karena pacar anda tidak
bertindak seperti yang anda harapkan.
Atau mungkin anak-anak anda tidak
mengindahkan nasehat-nasehat anda, dan
itu membuat anda kecewa. Bagaimana mengatasinya? Sebaiknya
tidak usah memaksakan diri untuk membuang kekecewaan tersebut, namun
berdamailah dengan kekecewaan itu. Terimalah ia sebagai bagian dari jalan hidup
yang harus ditempuh. Ketika anda mampu
berdamai dengan situasi seperti ini, anda akan
menjadi lebih tenang dan siap menghadapi kekecewaan-kekecewaan berikutnya.
Menggali
Faktor Penentu Kebahagiaan Sejati
Yakinlah, bahwa kebahagiaan
sejati dapat anda temukan. Tidak usah pula jauh-jauh mencari
bahkan sampai menguras habis isi dompet, karena kebahagiaan itu sesungguhnya
terletak di dalam hati anda
sendiri. Ya, sesederhana itu. Ketika anda
mengerjakan segala sesuatu dengan penuh kesungguhan, tulus dan ikhlas, di situlah
letak sumber kebahagiaan anda.
Bagaimana cara untuk melihat
ke hati yang terdalam? Gobind Vashdev, pengarang buku Happiness Inside, menganjurkan agar kita menentukan fokus dan setia
pada fokus tersebut. Tentunya, fokus pada kelebihan dan kekuatan kita
masing-masing. Meski terdengar mudah, pada kenyataannya manusia sering salah
fokus. Manusia lebih senang melihat kelemahan-kelemahan yang terjadi pada
dirinya maupun orang lain. Manusia lebih mudah terpuruk pada hal-hal yang
melemahkan dirinya, dibandingkan mengasah kekuatannya. Maka tak heran, ada
peribahasa yang mewakili keadaan seperti itu, “Kuman di seberang laut nampak,
gajah besar di depan mata tak nampak.”
Ketika kita telah menyadari
segala kekuatan kita, janganlah ragu untuk terus meniti tujuan dengan kekuatan
yang kita punyai. Setia pada proses, meski panjang dan melelahkan merupakan bagian
dari pencapaian kebahagiaan. Karena setelah anda mencapai sesuatu dan menengok sejenak pada proses yang telah
dilalui, anda akan merasa hidup anda bermakna. Ketika manusia dapat memaknai
hidupnya sendiri, di sanalah letak kebahagiaan itu.
Kita dapat mengambil contoh
berikut : anda bahagia dengan menjadi seorang pelukis atau
pemusik, jangan ragu untuk meniti tujuan anda, meski
harus mengalami proses panjang belajar melukis dan berlatih musik. Tak jarang,
ungkapan-ungkapan negatif dari luar menyerang anda, mengatakan, “Apa anda mampu?”
Dalam hal ini, diperlukan komitmen yang kuat yang didasari oleh keyakinan bahwa
siapapun dapat mencapai apa yang diimpikannya jika ia memang memiliki niat dan
kemauan.
Pada akhirnya, yang terpenting,
periksalah hati anda
sendiri, apakah anda bahagia
menjalani kehidupan sebagai pemusik? Atau, apakah anda bahagia menjalani kehidupan sebagai seorang
istri dan ibu dari anak-anak anda? Apakah
anda bahagia menjalani kehidupan sebagai seorang
manajer yang membawahi ratusan pekerja? Seseorang yang mengejar sesuatu hanya
karena latah pada trend tertentu, atau karena bujukan orang lain, tak akan
pernah sebahagia ketika seseorang melakukan sesuatu sesuai dengan fokus,
kekuatan dan suara hatinya sendiri. Nah, selamat menemukan rahasia kebahagiaan anda sendiri!
(Navita Kristi Astuti)
No comments:
Post a Comment
Silakan berikan tanggapan di sini