Uang, kapal pesiar, banyak
uang, uang dan keamanan di masa tua. Itulah jawaban yang keluar dari lima orang
responden Amerika yang diberi pertanyaan, “Apakah yang membuatmu bahagia?”.
Wawancara ini dilakukan oleh wartawan televisi King5 News di Seattle, Amerika
Serikat. Ketika pertanyaan serupa diberikan oleh wartawan Aljazeera di tempat
umum di Seattle, jawaban yang muncul
adalah sehat dan kemampuan untuk memberikan kembali ke masyarakat.
Meskipun kebahagiaan
diinginkan secara universal, bentuk dan nuansanya amatlah bervariasi secara budaya, filosofis
dan sejarah. Kebahagiaan dapat berupa sesuatu yang dianggap hedonisme budaya
barat, kepuasan materi bagi masyarakat miskin Afganistan atau ketenangan bagi
para pemeluk Budha misalnya. Dari jawaban responden di Amerika akan pertanyaan
apa yang membuatmu bahagia, uang hampir mendominasi
jawaban mereka. Seolah uang berbanding lurus dengan kebahagiaan. Di banyak
negara maju yang berfokus pada perkembangan ekonomi, begitulah hipotesisnya.
Benarkah? Menurut Penncock, seorang pakar kesehatan umum di Vancouver,
meskipun negara maju mengalami fakta perkembangan ekonomi di 20-25 tahun terakhir, persentase individu yang menyatakan dirinya puas dengan hidupnya sama saja dan bahkan menurun dalam kurun waktu yang sama. Bhutan, yang merupakan salah satu negara yang paling terisolasi dan berkembang, masuk dalam 10 besar negara paling bahagia di dunia dengan parameter kesehatan, kesejahteraan serta akses untuk pendidikan.
meskipun negara maju mengalami fakta perkembangan ekonomi di 20-25 tahun terakhir, persentase individu yang menyatakan dirinya puas dengan hidupnya sama saja dan bahkan menurun dalam kurun waktu yang sama. Bhutan, yang merupakan salah satu negara yang paling terisolasi dan berkembang, masuk dalam 10 besar negara paling bahagia di dunia dengan parameter kesehatan, kesejahteraan serta akses untuk pendidikan.
Kerajaan Bhutan memang
pelopor untuk masalah kebahagiaan di dunia. Di tahun 1972, Bhutan menjadi
negara pertama yang mengukur kemajuan negaranya menggunakan Gross National
Happiness (GNH) alih-alih menggunakan Gross Domestic Product (GDP). Pusat
Kajian Bhutan telah menyusun survei ilmiah yang secara holistik mendefinisikan
sembilan area kebahagiaan. Kesejahteraan materi berupa uang hanyalah salah satu
diantaranya. Kesejahteraan psikologis, kesehatan, keseimbangan waktu, vitalitas
dan hubungan sosial, akses pada seni dan budaya, pendidikan dan pengembangan
kapasitas, standar hidup, pemerintahan yang bersih serta vitalitas ekologi merupakan delapan area kebahagiaan lainnya.
Raja Wangchuck diusianya yang ke-16 bahkan mengubah Bhutan menjadi negara republik demokratis untuk
memenuhi indikator GNH ini. Survei
GNH dapat memetakan kebahagiaan Bhutan dalam suatu ukuran
yang memungkinkan kebijakan ekonomi menyeimbangkan
kebutuhan spiritual dan materi sesuai dengan nilai-nilai negara yang kental
dipengaruhi agama Budha. Di tahun 2011, PBB membuat kebahagiaan sebagai suatu
indikator kunci untuk agenda pembangunan di seluruh dunia.
Walaupun secara etimologi kebahagiaan lebih lekat dengan keberuntungan,
ilmu kebahagiaan menjelaskan tindakan menentukan 40% kebahagiaan kita dan bahwa
kebahagiaan dapat dibuat dan terbentuk dalam kebiasaan. Seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan, orang mulai terlibat dalam kegiatan pemicu
kebahagiaan seperti meditasi, aktivisme, partisipasi budaya, dan lain
sebagainya. Tak hanya di tingkatan individu; komunitas, universitas, pusat
riset, pemerintah serta juga institusi mulai menciptakan ruang publik,
profesional serta pribadi agar tercipta kehidupan yang lebih berbahagia. Dalam
kasus Bhutan, di tingkat pemerintahan sudah diciptakan ruang untuk terciptanya
kebahagiaan warga negaranya.
Sementara di belahan negara yang
lain, suatu organisasi bernama Sustainable Seattle (S2) juga mulai
mengembangkan alternatif lain selain GDP; yaitu indikator lokal kebahagiaan.
Terinspirasi dari Bhutan, S2 mencoba membuat alternatif dari trend global. Di
tahun 1991, Sustainable Seattle menjadi organisasi pertama di USA yang
mengembangkan indikator lokal kebahagiaan sebagai pilihan lain dari GDP. Saat
ini Sustainable Seattle telah menjadi rujukan dan inspirasi untuk lebih dari
100 kota di Amerika dan banyak kota di seluruh dunia. S2 diakui sebagai
organisasi berkelanjutan selama lebih dari 20 tahun sejarah berdirinya.
Tahun 1993, S2 mengeluarkan set indikator
keberlanjutan yang pertama. Indikator yang mengukur Masyarakat Berkelanjutan
ini berbentuk laporan dengan 20 indikator yang dipelajari dengan detil.
Indikator keberlanjutan ini terus berevolusi, disusul oleh set kedua yang
dikeluarkan dua tahun setelahnya. S2 mengeluarkan set ketiga indikator keberlanjutan
regionalnya di tahun 1998. Setelah
merilis Indikator 1998, Sustainable Seattle memutuskan
untuk meninjau kembali program indikator-nya. Hanya menerbitkan indikator
seperti yang dilakukan di tahun 93, 95 dan 98 membuat Dewan prihatin upaya tersebut
tidaklah cukup. Program yang sukses perlu melibatkan dukungan aksi oleh warga
negara, bisnis dan pembuat kebijakan sehingga mempengaruhi tren yang
didokumentasi oleh indikator.
Bekerja dengan indikator sendiri cukup
menantang karena indikator amatlah bervariasi sebagaimana sistem yang
dimonitornya. Meskipun demikian, ada beberapa karakteristik serupa yang
dimiliki oleh indikator yang efektif; relevan, menampilkan nilai-nilai
komunitas, menarik untuk media lokal, terukur secara statistik, mampu dipertanggungjawabkan
secara ilmiah dan logis, dapat diandalkan, terdepan serta relevan dengan
kebijakan.
Ada dua pendekatan umum
untuk mengembangkan indikator untuk seluruh populasi (misalnya, kota, negara,
atau negara). Salah satu pendekatan bergantung pada para ahli untuk menentukan
indikator yang sesuai untuk mengukur tren. Yang lainnya bergantung pada
pendekatan akar rumput dan terikat pada nilai-nilai warga negara. Banyak
program menggunakan kombinasi dari keterlibatan warga dikombinasikan dengan
saran dari para ahli teknis. Dalam model Sustainable Seattle, nilai-nilai dan
kebutuhan warga negara mendorong proses namun data ilmiah dan metode memberikan
dasar untuk indikator sehingga ukuran yang dipilih dapat dimengerti dan valid.
Set indikator yang keempat baru
diterbitkan sembilan tahun setelah yang ketiga. Sustainable Seattle juga
menerbitkan kartu Laporan Komunitas Berkelanjutan untuk dua lingkungan (RT)
sebagai proyek pilotnya. Di ulang tahunnya yang
ke-20, bersama para mitranya, S2 menciptakan model Happiness Initiative dari
hasil survei dan pengukuran untuk kebahagiaan serta keadilan sosial sehingga
dapat direplikasi di kota manapun di Amerika. S2 terinspirasi oleh
Deklarasi Kemerdekaan yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak atas hak yang
melekat padanya, kebebasan, hidup dan mengejar kebahagiaan.”
Happiness Initiative (HI)
menyediakan perangkat, bantuan teknis, pendidikan, kampanye kesadaran serta
layanan untuk mendukung proyek kebahagiaan. HI menawarkan suatu cara berpikir
mengenai kesejahteraan dan memulai konservasi berkelanjutan untuk semua faktor
yang mempengaruhi kesejahteraan dalam hidup di
komunitas, tempat kerja atau bahkan di kampus. Di bulan Juni 2011, lebih dari
7000 orang sudah mengerjakan surveinya. Survei
HI mengukur kondisi dan kepuasan hidup respondennya dalam 10 area kebahagiaan.
Area tersebut adalah; kesejahteraan materi, kesehatan fisik, keseimbangan
waktu, kesejahteraan psikologis, pendidikan dan pembelajaran, kualitas dan
vitalitas lingkungan, vitalitas budaya, pemerintahan, vitalitas komunitas,
pengalaman kerja.
Hasil survey menunjukkan
bahwa rata-rata skor dari kesembilan parameter di Seattle sama atau lebih besar
daripada di tempat-tempat lain di luar Seattle. Kesejahteraan psikologis
diwakili dengan indikator tingkat bunuh diri, kesejahteraan materi diwakili
oleh GDP area metropolitan, kesehatan diwakili oleh tingkat obesitas, vitalitas
komunitas oleh laporan kekerasan, vitalitas budaya oleh persentase populasi
orang non kulit putih yang teridentifikasi, tata pemerintahan oleh kehadiran
pemilih di pemilihan presiden yang terakhir, vitalitas ekologis oleh
emisi gas rumah kaca dan keseimbangan waktu oleh waktu tempuh rata-rata ke
tempat kerja.
S2 menawarkan layanan berupa
kuliah, seminar serta konsultasi. Donasi yang diharapkan dibedakan berdasarkan
siapa yang menjadi klien mereka. Ketika klien mereka adalah suatu kelompok
mahasiswa misalnya, donasi yang dipatok hanya sepersepuluh donasi untuk klien
korporasi perjamnya. Kesemua bentuk layanan S2 pada dasarnya meliputi langkah-langkah
melakukan suatu inisiatif kebahagiaan.
(Hilda Lionata)
No comments:
Post a Comment
Silakan berikan tanggapan di sini