Sejak tahun 2014, KAIL telah
menyelenggarakan kegiatan anak di Rumah KAIL. Kegiatan ini antara lain
bertujuan untuk membangun kemandirian anak. Setiap bulannya, tepatnya setiap
hari Minggu ketiga, sekitar 15-30 anak-anak berkumpul di Rumah KAIL. Mereka
berasal dari kampung-kampung di sekitar Rumah KAIL. Kegiatan ini dikenal dengan
nama Hari Belajar Anak (HBA).
Biasanya kegiatan-kegiatan HBA dimulai di
pagi hari sekitar pukul 9 dan berakhir sebelum pukul 12 siang. Selama sekitar 3
jam mereka berkegiatan bersama. Kegiatan HBA biasanya terdiri dari beberapa
jenis aktivitas yang menarik untuk anak-anak. Biasanya sesi dibuka dengan
berolahraga bersama di labirin Kebun KAIL. Kegiatan ini merupakan salah satu
kegiatan favorit anak-anak. Setelah itu barulah masuk ke materi. Seusai sesi
materi, biasanya ada proses kerja mandiri untuk mengolah materi tersebut secara
pribadi. Bagian ini dapat berupa kegiatan menggambar, membuat karya, mengisi
jurnal atau berbagai kegiatan lainnya yang disukai anak-anak. Setelah itu
dilanjutkan dengan menyantap makanan sehat yang disiapkan oleh Rumah KAIL.
Olahraga pagi di labirin kebun KAIL |
Materi
ini biasanya disampaikan dengan berbagai metode penyampaian sehingga anak tertarik
dan memahami materi dengan lebih baik dan mudah. Metode pembelajaran yang digunakan
di HBA sangat beragam. Ada yang melatih kemampuan motorik anak, ada yang untuk
mengembangkan kepekaan rasa, ada juga yang mengembangkan kemampuan kognitif. Dengan
variasi metode ini, diharapkan keseluruhan aspek kehidupan anak dapat tumbuh
dan berkembang. Mereka juga belajar lewat permainan. Lewat permainan-permainan
ini, anak-anak belajar berbagai hal dengan senang hati.
Kegiatan-kegiatan selama HBA |
Keseluruhan kegiatan tersebut disampaikan
oleh para pendamping yang berasal dari para staf dan relawan KAIL. Mereka
berasal dari berbagai latar belakang pendidikan. Beberapa dari mereka masih
duduk di bangku kuliah dan di waktu luangnya menyempatkan diri untuk mendukung kegiatan
HBA. Para relawan ini adalah tulang
punggung dari keberlanjutan kegiatan HBA. Merekalah yang secara rutin
bergantian menyelenggarakan HBA dari masa ke masa.
Penanaman di kebun Kail oleh para peserta |
Menyiapkan lubang untuk menanam di kebun KAIL |
Hasil karya para peserta HBA |
Praktek-praktek
semacam ini diharapkan dapat membantu anak memperoleh wawasan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk hidup mandiri
di masa yang akan datang. Salah satu aspek
kemandirian yang dikembangkan adalah seputar pangan. Topik ini dipilih karena
pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Lewat pangan yang sehat,
kualitas hidup kita akan meningkat. Di sisi lain, pangan yang sehat tidak
selalu tersedia dan mudah diakses. Anak-anak merupakan salah satu kelompok
sosial yang rentan menjadi korban budaya pangan yang tidak sehat yang membentuk
kebiasaan dan preferensi pangan mereka. Kebiasaan mengonsumsi makanan tidak
sehat ini dipromosikan di sekitar mereka, mulai dari para penjual makanan di
sekolah, warung-warung sekitar rumah serta para orang tua yang ingin praktis.
Ketimbang masak makanan sendiri lebih baik membeli yang tampaknya enak dan
menarik. Apalagi kalau harganya murah.
Sayangnya, yang ditawarkan warung dan
kantin sekolah belum tentu jenis-jenis makanan yang dari sisi nilai gizi
merupakan nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Kebanyakan makanan yang dijajakan
biasanya banyak mengandung gula dan terigu, yang apabila dikonsumsi terlalu
banyak akan menanamkan berbagai potensi penyakit akibat pola makan seperti diabetes,
kolesterol dan berbagai jenis penyakit lainnya dalam jangka panjang. Kelebihan
gula juga akan menyebabkan anak merasa kenyang padahal asupan nutrisi yang
dibutuhkan tubuh belum tentu sudah mencukupi. Belum lagi berbagai zat aditif
yang ditambahkan pada makanan untuk membuat warna dan rasanya lebih menarik dan
tahan lama. Bahan-bahan tersebut belum tentu merupakan bahan-bahan yang sehat
untuk dikonsumsi.
Add caption |
Snack HBA - enak! |
Di tengah situasi semacam itulah, snack HBA hadir untuk memperkenalkan
kepada anak rasa asli dari makanan. Snack-snack
yang disajikan di HBA bukanlah makanan yang mahal. Makanan-makanan itu berasal
dari yang ada di sekitar Rumah KAIl, khususnya Kebun KAIL. Diolah dengan proses
minimal untuk mempertahankan sebanyak mungkin nilai gizinya. Di HBA anak-anak
makan beraneka buah sesuai dengan musimnya, mencicipi aneka resep olahan kue
sesuai dengan apa yang ada di Kebun KAIL atau yang bisa disediakan oleh warga
sekitar. Untuk menjaga kualitas kesehatan makanan, KAIL mensyaratkan semua makanan
yag disajikan diproses tanpa pengawet, pewarna dan perasa kimia. Para penyedia
makanan tampaknya tidak keberatan dengan aturan ini dan sejauh ini makanan yang
mereka sediakan tetap enak meskipun tanpa MSG.
Mungkin karena itulah beberapa anak peserta
HBA kemudian datang setiap Sabtu ke Rumah KAIL untuk belajar lebih lanjut
tentang kebun. Mereka melakukan berbagai aktivitas berbasis Kebun KAIL, mulai
dari mendata jenis tanaman di Kebun KAIL dan menggambarkannya di dalam buku
catatan mereka. Mereka menjiplak daun, melukis bunga dan membuat herbarium dari
bagian tanaman yang bentuknya mereka sukai.
Mereka turut melakukan proses pemeliharaan seperti pemangkasan, pemupukan
dan penyiraman. Dan salah satu yang paling mereka sukai adalah memanen aneka
jenis tanaman dan mengolahnya menjadi berbagai produk pangan yang mereka sukai.
Pengalaman mencecap nikmatnya rasa makanan
alami akan membekas di benak anak-anak. Begitu juga riuh rendahnya kegembiraan
mereka selama proses memasak bersama akan diingat bersama kenangan akan rasa
makanan yang akhirnya mereka santap. “Enak”, begitu kata salah satu anak.
“Senang bisa membuatnya,” menurut anak yang lain. “Saya suka,” menurut anak
yang lain lagi. Itulah yang diharapkan dari mereka ketika mengonsumsi makanan
sehat ala HBA. Apalagi makanan-makanan yang mereka olah sendiri, dan bahkan
mereka tanam sendiri pohonnya.
Semoga kebiasaan ini dapat mereka terapkan
di dalam keluarga mereka. Kalaupun sulit di keluarga mereka saat ini, semoga
bisa terjadi di keluarga mereka kelak saat mereka menjadi orang tua. Semoga proses
sederhana yang mereka alami di Rumah dan Kebun KAIL dapat menjadi bekal
kemandirian mereka di masa mendatang. Dengan kemandirian tersebut, diharapkan
mereka memiliki lebih banyak peluang untuk mengembangkan kualitas kehidupan
yang mereka cita-citakan. Dengan ketrampilan menanam dan mengolah makanan
sendiri, diharapkan mereka bisa lebih mandiri dalam penyediaan pangan keluarga
mereka. Selain mendapatkan makanan sehat, pengeluaran untuk pangan keluarga pun
dapat berkurang. Uang yang semula dialokasikan untuk membeli kebutuhan pangan
dapat dihemat untuk keperluan lain. Syukur-syukur kalau kemudian mereka mampu
membuat usaha ekonomi berbasis keterampilan tersebut atau bahkan mampu menularkannya
kepada kerabat, teman, tetangga dan masyarakat sekitarnya. Jika hal ini
terjadi, maka diharapkan akan terbangun masyarakat yang mandiri, baik dari sisi
pangan, ekonomi, kesehatan maupun kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
No comments:
Post a Comment
Silakan berikan tanggapan di sini