Salam Transformasi!
Pro:aktif Online kembali hadir di
tengah pembaca sekalian. Dalam edisi kali ini, KAIL membawakan tema “Ekonomi Baru: Peluang dan Tantangannya”.
Ekonomi secara bahasa berakar dari Bahasa Yunani “oikonomia” yang berarti seni
mengatur rumah tangga. Mengatur rumah tangga di sini, erat kaitannya dengan
pengaturan sumberdaya, yang bertujuan agar manusia memperoleh kesejahteraan.
Namun demikian, upaya manusia untuk memperoleh kesejahteraan tersebut bergeser
hingga akhirnya sistem ekonomi dipandang sebatas pada perdagangan, hal-hal
terkait dengan uang, maupun usaha eksploitasi sumber daya materi.
Ekonomi di masa kini mengalami
bentuk baru yang ditopang oleh kemajuan di bidang teknologi informasi atau
komunikasi atau yang lebih sering kita kenal dengan istilah dikenal sebagai
ekonomi digital. Ekonomi digital ini menjadi menarik karena sifatnya yang
mengganggu (bahasa kerennya disrupt)
semua bentuk praktik ekonomi konvensional. Hampir semua aspek kehidupan kita
sehari-hari pun terpapar oleh teknologi digital. Dalam abad yang disebut
sebagai abad disrupsi (the age of
disruption), diktum yang beredar adalah terdigitalisasi atau terlindas
zaman.
Begitu masifnya dampak yang ditimbulkan oleh
penemuan-penemuan teknologi ini, beberapa pihak bahkan sampai menyebutkan bahwa
kita tengah berada di dalam sebuah awal dari masa yang baru. Sesuatu yang oleh
beberapa pihak disebut sebagai revolusi industri 4.0. Dengan penemuan
teknologi-teknologi baru di bidang informasi dan komunikasi seperti IoT, AI,
sampai Blockchain, revolusi industri ini akan ditandai oleh terkoneksinya semua
hal, dari mulai manusia, benda, hingga komputer. Hal inilah yang membuat Klaus
Schwab, salah satu co-founder dari World Economic Forum dan juga pemopuler
istilah ini, mendefinisikan revolusi industri 4.0 sebagai mengaburnya
batas-batas antara dunia digital, dunia fisik, serta dunia biologis.
Merasuknya teknologi informasi
dan komunikasi di semua lini kehidupan pun membawa dampak yang cukup
signifikan, terutama bagi ekonomi. Dengan semua aspek kehidupan yang kini dapat
terhubung dengan internet, jarak dan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sebuah nilai dalam aktivitas ekonomi pun dapat dipangkas menjadi sangat kecil.
Bahkan Jeremy Rifkin, seorang ekonom dari Amerika Serikat, menyatakan bahwa
kita kini berada di dalam zero marginal
cost society, sebuah masyarakat dimana marginal
cost, biaya yang ditambahkan kepada biaya total dalam memproduksi sebuah
produk (jasa atau barang) karena diproduksi secara massal (lebih dari satu),
mulai jatuh mendekati angka nol.
Namun hilangnya biaya jarak dan
waktu tersebut juga mengakibatkan hal yang tidak dapat kita duga. Kita
merasakan bahwa roda ekonomi berputar begitu cepat. Hal ini membuat apa yang
kita kira sebagai praktik umum ekonomi di masa kini dapat berubah hanya dalam
waktu satu pekan bahkan kurang. Hal ini membuat kita merasa kebingungan dan
tidak dapat menerka, sesungguhnya kemana bergeraknya roda ekonomi digital ini?
Apakah tengah membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, atau sebaliknya?
----
Untuk memahami hal tersebut, maka
pada Pro:aktif kali ini, Angga Dwiartama akan mengajak kita secara bersama-sama
untuk memahami apa makna sesungguhnya dari kata revolusi industri 4.0 pada
Rubrik PIKIR. Pada Rubrik ini, Angga akan mengupas secara tuntas apa
sesungguhnya yang disebut dengan revolusi industri 4.0 itu, bagaimana dia
berdampak kepada hidup kita sehari-hari, hingga bagaimana kita seharusnya
menyikapi kata ini dengan bijak.
Setelah itu, pada Rubrik MASALAH
KITA, Achmad Assifa akan mengajak kita memahami bagaimana ekonomi digital
merubah struktur dasar aktivitas ekonomi kita menjadi sebuah model ekonomi yang
disebut sebagai Gig Economy. Gig Economy adalah sebuah model ekonomi
dimana hubungan antara pekerja dan majikan bersifat fleksibel dalam hal ruang
dan waktu. Hal ini dimungkinkan oleh perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi sendiri yang membuat kita dapat bekerja kapan saja dan dimana saja.
Meskipun memberikan banyak kemudahan baik bagi para pekerja, yang dicirikan
oleh mulai menjamurnya jenis pekerja lepasan (freelancer), menurut Sifa model ekonomi yang dipopuleri oleh Uber
dan AirBnB ini ternyata menghasilkan
beragam permasalahannya sendiri.
Sementara untuk Rubrik OPINI,
Pro:aktif kali ini akan diisi oleh M. Sena Luphdika yang akan membahas mengenai
akar permasalahan dari ketimpangan dalam sistem ekonomi yang berjalan saat ini.
Dari sana Sena akan membahas mengenai salah satu kemungkinan jalan keluar yang
ternyata telah berada di Indonesia cukup lama, yaitu model ekonomi koperasi. Di sini juga Sena akan membahas
mengapa koperasi itu menjadi salahsatu jalan keluar yang paling mungkin serta
contoh-contoh nyata keberhasilan dari model koperasi di seluruh dunia.
Pada Rubrik TIPS kali ini kita
akan mendapati bagaimana tips dan trik untuk membuat pikiran yang lebih sehat
melalui teknik KonMari dari Aristogama. Teknik yang dipopulerkan oleh Marie
Kondo ini terbukti menjadi sangat penting karena di zaman yang serba cepat dan
baru ini, manusia semakin berperilaku konsumtif dan sangat bergantung
produk-produk tertentu. Teknik KonMari mampu menjernihkan manusia dari segala
perilaku konsumtif dan kemelekatan terhadap produk tertentu. Gamma, menceritakan melalui pengalamannya
dalam mempelajari teknik KonMari, berbagi kepada kita bahwa ternyata dengan
secara sadar menyadari “kemelekatan” psikologis yang ada pada diri kita terhadap
barang-barang kita, kita secara perlahan juga dapat mulai kembali menjernihkan
pikiran kita dari segala kecenderungan kita untuk selalu membeli atau
berbelanja. Kesadaran ini tentu merupakan langkah awal menuju pada kemandirian
ekonomi.
Pada Rubrik PROFIL, Jeremia Manurung mewawancarai Sena Luphdika
yang merupakan salah satu co-founder serta CEO dari perusahaan start-up digital bernama Meridian.id
yang juga merupakan seorang pegiat koperasi. Dalam wawancaranya kali ini,
Jeremia memperlihatkan kepada kita bagaimana perjalanan Sena yang tidak puas
dengan ketidakadilan yang terjadi dalam dunia start-up digital dan sistem ekonomi secara umum membawanya kepada
ide mengenai koperasi. Tidak saja terbatas pada sekedar ide, dalam wawancaranya
kali ini juga Jeremia memperlihatkan bagaimana Sena mulai menerapkan ide
mengenai koperasi tersebut menjadi sebuah aksi nyata yang bisa dimulai dari hal
yang kecil yang berada di sekitar kehidupan kita sehari-hari.
Rubrik MEDIA akan dibawakan oleh
Fransiska Damarratri yang akan membahas bagaimana sesungguhnya praktik di
belakang sistem ekonomi yang menghasilkan krisis 2008 di Amerika Serikat dalam
film The Big Short. Dalam reviewnya kali ini Siska akan mengulas bagaimana film
ini menunjukan kepada kita cara kerja sesungguhnya dari mesin ekonomi yang
berjalan di dunia pada umumnya dan Amerika Serikat khususnya. Selain itu Siska
juga membahas bagaimana praktik-praktik di belakang sistem ini berdampak secara
negatif terhadap ekonomi serta kehidupan kita sehari-hari.
Pada Rubrik JALAN-JALAN kali ini,
kita akan dibawa oleh Sally Anom melalui pengalamannya untuk berkunjung ke Suku
Baduy Dalam. Dalam perenungannya yang mendalam ini mengenai cara hidup
masyarakat Baduy Dalam, Sally memberikan kita perspektif yang segar mengenai
cara hidup masyarakat tersebut dalam melakukan praktik ekonomi. Di sana Sally
menceritakan bagaimana kegiatan ekonomi dari suku Baduy dalam yang bertumpu
kepada azas hidup secukupnya serta
menjaga kelestarian alam sehingga dalam kegiatan transaksi mereka jarang
sekali untuk menggunakan uang. Salah satu perspektif yang segar yang dapat
membantu kita untuk merenungi bagaimana praktik ekonomi alternatif yang mungkin
bagi sistem yang berjalan sekarang ini.
Sebagai penutup, pada Rubrik RUMAH KAIL kali ini Any
Sulistyowati akan membagikan bagaimana pengalaman KAIL dalam membangun
kemandirian ekonomi melalui kegiatan berkebun di program Hari Belajar Anak atau
disingkat HBA. Melalui kegiatan berkebun di HBA, KAIL berusaha untuk membangun
kemandirian ekonomi yang dimulai dengan memupuk kesadaran bahwa berkebun dan
mengolah pangan dari hasil kebun memampukan mereka untuk membuat makanan
sendiri dan tidak bergantung dari makanan yang dibeli dari luar. Kemandirian
dari sisi pangan ini diharapkan menjadi awal dari kemandirian ekonomi. Kegiatan
ini diperkenalkan kepada anak-anak, dimana harapannya sehingga ketika mereka
dewasa mereka akan mulai bisa memulai mempraktekkan kemandirian tersebut di
rumah tangga masing-masing.
----
Akhir kata, keseluruhan artikel
dalam edisi ini diharapkan dapat menginspirasi kita semua terutama dalam hal
(1) memahami bagaimana sesungguhnya roda ekonomi yang ditunjang oleh
perkembangan teknologi digital informasi dan komunikasi ini bekerja, manfaat,
peluang, serta tantangannya (2) mengimajinasikan kemungkinan-kemungkinan dari
bentuk-bentuk praktik ekonomi yang lain; serta yang terakhir (3) mengambil
tindakan-tindakan nyata yang dapat membuat praktik kehidupan yang ditunjang
oleh bentuk-bentuk ekonomi baru tersebut ke arah kesejahteraan masyarakat
secara lebih luas dan selaras alam.
Semoga dengan diterbitkan Pto:aktif edisi baru ini kita bersama dapat lebih memahami lagi perubahan besar apa yang
sesungguhnya tengah terjadi di antara kita semua yang diakibatkan oleh
teknologi digital dan dapat mengambil tindakan nyata sehingga kehidupan manusia
ke depannya tidak berjalan menuju ke arah yang lebih buruk melainkan berjalan
ke arah yang lebih selaras dengan manusia dan alam.
Tim Editor:
Kukuh Samudra
Okie Fauzi Rachman
Navita Kristi Astuti